Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Sebut Zelensky Tak Lagi Memerintah Ukraina, Tuding Telah Diambil Alih Militer
Pihak Rusia menyebutkan bahwa Presiden Volodymyr Zelensky tak lagi memegang kendali penuh atas Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pihak Rusia menyebutkan bahwa Presiden Volodymyr Zelensky tak lagi memegang kendali penuh atas Ukraina.
Dikabarkan tampuk pemerintahan mantan aktor 44 tahun itu kini telah diambil alih pihak militer.
Sementara, meski kerap mengunggah video, keberadaan Zelensky sendiri hingga kini masih tidak diketahui.

Baca juga: Kasus Rudapaksa Wanita Ukraina oleh Tentara Rusia Meningkat, Pemerintah Kiev Tak Tinggal Diam
Baca juga: Kulit Wajah Mengelupas, Roman Abramovich Mantan Pemilik Chelsea dan 2 Pejabat Ukraina Keracunan
Dilansir TribunWow.com dari RIA Novosti, Selasa (29/3/2022), kabar tersebut disampaikan senator dari wilayah Krimea, anggota komite internasional Dewan Federasi Sergei Tsekov.
Ia percaya bahwa Ukraina sekarang dijalankan oleh militer dan kepala pemerintahan lokal dan bukan oleh Volodymyr Zelensky.
"Meskipun Zelensky menyebut dirinya presiden, dia tidak memerintah negara bagian. Dia hanya menyiarkan dari suatu tempat," kata Tsekov.
"Sekarang negara bagian terutama dikendalikan oleh administrasi lokal dan militer."
"Dan bukan (dipegang-red) oleh menteri pertahanan, tetapi staf umum negara, yang bertanggung jawab atas pertempuran," katanya.
Menurutnya, pihak berwenang Kiev menjerumuskan Ukraina ke dalam bencana kemanusiaan, dan secara metodis menerapkan rencana mereka untuk menghancurkan negara itu.
Kabar ini beredar setelah sebelumnya video yang dibagikan Zelensky diklaim sebagai editan.
Dilansir TribunWow.com dari kanal berita Rusia RIA Novosti, Sabtu (19/3/2022), pesan video itu diklaim difilmkan menggunakan kunci kroma.
Menurut postingan penulis, latar belakang dan sosok Zelensky itu sendiri berbeda dalam pencahayaan dan kualitas gambar.
Selain itu, suara Zelensky dalam video tersebut dinilai terlalu jernih untuk gambar yang diambil di luar ruangan.
"Palsu: Volodymyr Zelensky membuat pesan video dengan latar belakang pusat kota Kiev.
Postingan ini muncul di Instagram miliknya.
Kebenaran: Video ini adalah montase lain dengan bantuan kunci kroma.
Latar belakangnya 'hidup sendiri', ada yang statis padat, tidak ada satu objek pun yang dinamis.
Kualitas video diturunkan untuk menyembunyikan kekurangan pasca produksi.
Suaranya terlalu jernih untuk pemotretan di luar ruangan, tidak ada internoise yang terdengar."
Kemudian, akun tersebut menyoroti sebagaian bahu Zelensky yang sempat terpotong memperlihatkan kondisi latar belakangnya.
Hal ini menjadi cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa Zelensky sebenarnya tak berada di kota tersebut.
"Di awal video, bagian bahu kiri 'menghilang', lengan menjadi transparan dan tangga bangunan bersinar melaluinya."
Lebih lanjut, pencahayaan yang menimpa sosok Zelensky dan latar belakangnya terlihat tidak membaur.
Selain itu, Zelensky tak tampak mengeluarkan uap saat bicara meski udara Kiev begitu dingin dan bersalju.
"Pencahayaan pada lapisan tidak cocok. Objek dalam cahaya dingin, latar belakang dalam cahaya hangat. Mungkin objek itu diterangi oleh sumber cahaya tambahan. Suhu di Kiev sangat dingin pada malam hari, tetapi Zelensky tidak mengeluarkan uap dari mulutnya."
Baca juga: Putin Serius akan Pakai Senjata Nuklir? Jubir Presiden Rusia: Kita Memasuki Fase Perang Total
Baca juga: Tentara Rusia Diduga Terpapar Radiasi Nuklir, Buntut Masuk Zona Hutan Merah Terlarang
3 Skenario Akhir Rusia Vs Ukraina
Dr Chris Tuck, Pakar Konflik dan keamanan dari Universitas King, London, Inggris menyebut ada tiga kemungkinan bagaimana konflik di Ukraina akan berkahir.
Dikutip dari Sky News, menurut Tuck, Putin tidak menyangka bahwa Rusia gagal menyelesaikan operasi militer dengan cepat di Ukraina.
"Seharusnya ini (operasi militer) dilakukan secara cepat," kata Tuck.
Tuck melanjutkan, operasi militer Rusia yang gagal diselesaikan secara cepat disebabkan oleh perlawanan pasukan Ukraina yang lebih kuat di luar dugaan Rusia.
Menurut Tuck saat ini Putin hanya memiliki tiga opsi untuk mengakhiri konflik di Ukraina setelah gagal menguasai Kiev dengan cepat.
1. Senjata Kimia dan Nuklir
Pertama Tuck menyoroti meningkatnya intensitas aksi militer oleh Rusia.
Opsi pertama ini turut meliputi penggunaan senjata kimia dan nuklir yang sudah dimiliki oleh pasukan Rusia.
Namun menurut Tuck opsi ini sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.
Ia menyoroti bagaimana Putin masih menganggap bahwa masyarakat di Ukraina masih banyak yang pro Rusia.
Selain itu Tuck juga menyoroti bagaimana Rusia akan mempertimbangkan risiko dari dunia internasional apabila menggunakan senjata kimia dan nuklir saat menyerang Ukraina.
2. Taktik Anaconda
Opsi kedua adalah Putin akan menggunakan taktik Anaconda yakni melilit Kyiv dengan cara menguasai kota-kota di sekitarnya.
Dengan menguasai kota-kota di sekitarnya, diharapkan moral Ukraina akan turun dan menyerah.
"Intinya Rusia akan memberi contoh kepada Ukraina bahwa terus berperang hanya akan membawa kerugian bagi mereka," jelas Tuck.
Menurut Tuck, opsi ini adalah yang paling mungkin terjadi dan diduga kuat diambil oleh Putin.
3. Negosiasi Damai
Terakhir adalah opsi damai antara Ukraina dan Rusia.
Menurut Tuck opsi ini hampir mustahil terjadi untuk sementara waktu karena Putin yakin operasi militer yang ia lakukan akan sukses.
Selain itu Tuck juga mengungkit soal gengsi dan faktor psikologis Putin jika menyetujui negosiasi damai dengan permintaan yang sedikit. (TribunWow.com/Via/Anung)