Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Umumkan Strategi Baru, Makin Nekat untuk Cegah Rusia Bagi 2 Wilayahnya seperti Korea

Ukraina berencana menggunakan taktik yang berbeda setelah sebulan berhadapan dengan pasukan Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
BBC.com
Suasana pasukan Ukraina menghalau pasukan militer Rusia di kompleks perumahan warga sipil di Kota Kharkiv. Terbaru, pasukan Ukraina dikabarkan akan menggunakan strategi perang gerilya, Senin (28/3/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Ukraina berencana menggunakan taktik yang berbeda setelah sebulan berhadapan dengan pasukan Rusia.

Tak seperti sebelumnya, tentara Ukraina akan melakukan hal yang lebih nekat.

Hal ini merupakan upaya untuk mencegah niat Rusia yang diprediksi akan membagi wilayah Ukraina seperti halnya Korea Utara dan Selatan.

Pasukan militer Rusia melakukan kegiatan bersih-bersih ranjau milik pasukan Ukraina di Kherson, Sabtu (26/3/2022).
Pasukan militer Rusia melakukan kegiatan bersih-bersih ranjau milik pasukan Ukraina di Kherson, Sabtu (26/3/2022). (YouTube CGTN)

Baca juga: Zelensky Akui Tak Mampu Usir Seluruh Tentara Rusia, Santer Kabar Ukraina akan Dibagi 2 seperti Korea

Baca juga: Kibarkan Bendera Putih dan Tak Mau Lanjutkan Perang, Tentara Rusia Ingin Pindah Kubu ke Ukraina

Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Minggu (27/3/2022), Kyrylo Budanov, kepala intelijen pertahanan Ukraina, mengatakan mereka akan segera meluncurkan perang gerilya di wilayah yang diduduki Rusia.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan, dia mengatakan Putin menyadari bahwa pihaknya tak bisa menguasai seluruh Ukraina.

Kemungkinan besar, Rusia akan membagi Ukraina di bawah 'Skenario Korea', merujuk pada perpecahan negara tersebut.

"Para penjajah akan mencoba menarik wilayah-wilayah pendudukan ke dalam satu struktur kuasi-negara dan mengadunya dengan Ukraina yang merdeka," ucap Budanov.

Dia mengutip upaya Rusia untuk mendirikan pemerintahan paralel di kota-kota yang diduduki dan upaya untuk melarang orang menggunakan mata uang Ukraina, hryvnia.

Dilansir The Daily Mail, Minggu (27/3/2022), hal ini diperkuat kabar mengenai pihak separatis yang didukung Rusia di wilayah timur Ukraina, Luhansk, akan mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia dalam waktu dekat.

Leonid Pasechnik, kepala Republik Rakyat Luhansk yang memproklamirkan diri, mengatakan akan mengadakan referendum untuk menjadikan wilayah itu bagian dari Rusia.

"Faktanya, ini adalah upaya untuk menciptakan Korea Utara dan Selatan di Ukraina," ujar Budanov mengacu pada pembagian Korea setelah Perang Dunia Kedua.

Budanov memperkirakan tentara Ukraina akan bisa memukul mundur pasukan Rusia.

Antara lain dengan menggelar perang gerilya untuk merebut kembali kota Ukraina yang diduduki Rusia.

"Selain itu, musim safari gerilya total Ukraina akan segera dimulai. Kemudian akan ada satu skenario relevan yang tersisa untuk Rusia, bagaimana bertahan hidup," seru Budanov.

Ukraina mengatakan bahwa pemungutan suara semacam itu tidak akan memiliki dasar hukum dan justru memicu tanggapan internasional yang lebih kuat.

"Semua referendum palsu di wilayah yang diduduki sementara adalah batal demi hukum dan tidak akan memiliki validitas hukum," kata juru bicara kementerian luar negeri Ukraina, Oleg Nikolenko dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

"Sebaliknya, Rusia akan menghadapi tanggapan yang lebih kuat dari komunitas internasional, yang semakin memperdalam isolasi globalnya."

Baca juga: Rahasia Ukraina Tak Menyerah Hadapi Rusia, Ternyata Dipasok Persenjataan dari 33 Negara Berikut

Baca juga: Belum Juga Berhasil Kuasai Ukraina, Ini 4 Kesalahan Fatal Rusia Menurut Analis Militer

Rusia Sebut Ukraina Panik

Di tengah konflik dengan Ukraina, pemerintah Rusia mengklaim menemukan bukti adanya keterlibatan Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah bio lab di Ukraina yang meneliti penyakit berbahaya.

Menurut keterangan pemerintah Rusia, total terdapat 30 biolab di Ukraina yang aktif bekerjasama dengan AS.

Dikutip TribunWow.com dari RT.com, informasi ini disampaikan oleh Letjen Igor Kirilov selaku komandan pasukan Rusia dalam bidang pertahanan terhadap radiologi, kimiawi, dan biologis.

Letjen Kirilov menjelaskan, sebagian besar lab tersebut aktif sejak tahun 2014 lalu.

Ia juga menyampaikan, sejak lab-lab itu didirikan, sejumlah negara di Eropa pada saat yang sama mengalami peningkatan kasus penyakit menular seperti difteri, tuberculosis (TBC), hingga campak.

Letjen Kirilov melanjutkan, sejak Putin mengumumkan operasi militer spesial pada Kamis (24/2/2022), lab-lab kerja sama dengan AS yang ada di Ukraina buru-buru menghancurkan virus dan patogen yang sedang mereka teliti.

Letjen Kirilov mengklaim memiliki bukti dokumen yang berisi proses penghancuran virus dan patogen berbahya tersebut.

Berdasarkan keterangan dokumen yang diklaim diamankan oleh pasukan Rusia, penyakit berbahaya yang dipelajari di antaranya adalah anthrax.

Penelitian tersebut diduga juga memiliki kaitan dengan program militer.

Letjen Kirilov menjelaskan di bagian barat Kota Lvov, sebanyak 320 wadah berisi patogen berbahaya telah dihancurkan.

"Jika koleksi (patogen) tersebut jatuh ke tangan para ahli di Rusia, mereka sangat mungkin membuktikan Ukraina dan AS telah melanggar konvensi senjata biologis," jelasnya.

Kekhawatiran Letjen Kirilov adalah bahan-bahan penelitian yang diperlukan untuk kepentingan program militer telah dikirim ke AS.

Sementara itu Kementerian Pertahanan AS menyatakan tuduhan Rusia adalah sekadar disinformasi.

Sebelumnya, dikutip TribunWow.com dari kanal berita Rusia, Ria Novosti, Selasa (8/3/2022), Moskow mengaku telah menerima dokumen terkait dari karyawan laboratorium biologi Ukraina.

Dalam berkas tersebut, karyawan tersebut mengkonfirmasi bahwa komponen senjata biologis sedang dikembangkan di Ukraina, dekat dengan wilayah Rusia.

Perwakilan resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengungkapkan temuan tersebut.

"Dalam operasi militer khusus, fakta pembersihan darurat oleh rezim Kiev dari jejak program biologis militer yang dilaksanakan di Ukraina, yang didanai oleh Departemen Pertahanan AS, terungkap," ujar Konashenkov.

Menurut militer Rusia, setelah dimulainya invasi atau operasi khusus ke Ukraina, Pentagon disebut mengalami ketakutan serius.

Disebutkan bahwa AS khawatir dunia akan mengetahui pelaksanaan eksperimen biologis rahasia yang dilakukan di wilayah Ukraina.

Maka dilakukanlah upaya untuk menyembunyikan pelanggaran oleh Washington dan Kiev terhadap aturan pertama Konvensi PBB tentang Larangan Senjata Bakteriologis (Biologis) dan Racun.

Kementerian Kesehatan Ukraina dituduh telah mengirim instruksi ke semua laboratorium biologi untuk segera menghilangkan stok patogen berbahaya.

Menurut Konashenkov, virus atau patogen tersebut bisa menyebabkan wabah penyakit serius jika dilepaskan ke udara.

Ia pun mendapat laporan adanya penghancuran penelitian besar-besaran yang dilakukan saat agresi pertama Rusia dimulai pada Kamis (24/2/2022).

"Kami telah menerima dokumentasi dari karyawan laboratorium biologi Ukraina tentang penghancuran darurat patogen yang sangat berbahaya pada 24 Februari, yakni agen penyebab wabah, antraks, tularemia, kolera, dan penyakit mematikan lainnya," ungkap Konashenkov.

Dalam waktu dekat, Kementerian Pertahanan Rusia bermaksud untuk mempresentasikan hasil analisis dokumen yang diterima.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
UkrainaRusiaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyKorea
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved