Konflik Rusia Vs Ukraina
Tuding AS Lakukan 7 Kejahatan, Media China Sebut Perburuk Konflik antara Rusia dan Ukraina
Media China menuding Amerika Serikat melakukan provokasi untuk meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
Amerika Serikat disebut sedang sangat terperosok dalam kebuntuan kelembagaan yang terkait dengan polarisasi politik, ketidaksetaraan antara kaya dan miskin, konflik etnis, kerusuhan sosial, dan ketidakstabilan akibat pandemi Covid-19.
Dalam menghadapi hilangnya kekuasaan, satu-satunya jalan keluar yang dapat membantu adalah dengan memprovokasi konflik eksternal.
Baca juga: Sebut Pernah Terjadi di Indonesia, Rusia Tuding AS Lakukan Percobaan Obat Ilegal ke Tentara Ukraina
Baca juga: FBI Rekrut Mata-Mata dari Kedubes Rusia di AS, Pasang Iklan Ajak Bocorkan Info Rahasia soal Ukraina
Rusia Minta Media AS Liput Aksi Kriminal Tentara Rusia
Media massa negara-negara barat termasuk Amerika Serikat (AS) selama ini selalu memantau perkembangan konflik antara Rusia dan Ukraina.
Namun seringkali media-media barat tersebut i hanya memberitakan klaim dari satu pihak saja yakni Ukraina.
Pemerintah Rusia meminta agar media di AS meliput bagaimana pihak Ukraina turut melakukan kejahatan atau aksi kriminal.
Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, permintaan ini disampaikan oleh Kedutaan Besar Rusia untuk Amerika Serikat pada Senin (22/3/2022).
"Media AS seharusnya fokus kepada aksi kriminal pasukan militer Ukraina," ujar Kedubes Rusia untuk AS.
Menurut penjelasan Kedubes Rusia untuk AS, aksi kriminal yang dilakukan oleh tentara Ukraina di antaranya adalah menggunakan warga sipil sebagai tameng dan meletakkan senjata-senjata berat di pemukiman penduduk di Mariupol.
Kedubes Rusia juga menampik bahwa pemerintah Rusia membuat sebuah kamp untuk menampung warga sipil Ukraina yang nantinya akan diminta bekerja tanpa bayaran di Rusia.
Sebelumnya, pada Rabu (16/3/2022) sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang difungsikan sebagai tempat penampungan warga sipil hancur seusai dibombardir.
Pemerintah Ukraina menyebut serangan dilakukan oleh pesawat tempur Rusia.
Sementara itu pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan serangan ke gedung teater tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, bantahan ini disampaikan oleh duta besar pemerintah Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vasily Nebenzya.
"Perang informasi sedang terjadi dalam skala yang lebih besar dibanding perang fisik," ujar Nebenzya.