Konflik Rusia Vs Ukraina
Poin Penting Permintaan Zelensky pada Putin, Ukraina Siap Bersikap Netral jika Rusia Berikan Hal Ini
Presiden Volodymyr Zelensky telah mengatakan bahwa Ukraina siap untuk membahas status netral negara sebagai bagian dari kesepakatan damai dengan Rusia
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Presiden Volodymyr Zelensky telah mengatakan bahwa Ukraina siap untuk membahas status netral negara sebagai bagian dari kesepakatan damai dengan Rusia.
Hanya saja, Zelensky tak mau secara cuma-cuma memenuhi tuntutan Presiden Rusia Vladimir Putin itu.
Demi keamanan negara, ia perlu adanya perjanjian dan jaminan dari Kremlin.

Baca juga: Putin Ambil Sikap soal Proposal Damai Zelensky, Rusia Soroti Usul Pemungutan Suara Rakyat Ukraina
Baca juga: Presiden Ukraina Zelensky Minta Israel Kirim Iron Dome, Kewalahan Hadapi Invasi Rusia?
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Minggu (27/3/2022), Zelensky mengungkapkan hal tersebut saat berbicara kepada wartawan Rusia dalam panggilan video yang diterbitkan oleh media lokal.
Meskipun otoritas Moskow memperingatkan agar pemberitaan tentang konflik Ukraina tidak dipublikasikan.
Dalam pernyataannya, Zelensky siap berunding mengenai netralitas Ukraina.
Tetapi langkah itu harus dijamin oleh pihak ketiga dan dimasukkan ke dalam referendum.
"Jaminan keamanan dan netralitas, status non-nuklir negara kita. Kami siap untuk melakukannya. Ini adalah poin yang paling penting," kata Zelensky.
Berbicara dalam bahasa Rusia, Zelensky mengatakan invasi tersebut telah menyebabkan kehancuran kota-kota Ukraina.
Ia menggambarkan bahwa kerusakannya lebih buruk daripada perang Rusia di Chechnya.
Zelensky menegaskan kesepakatan damai tidak akan mungkin terjadi tanpa gencatan senjata dan penarikan pasukan.
Dia mengesampingkan upaya untuk merebut kembali semua wilayah yang dikuasai Rusia dengan paksa, dengan mengatakan itu akan mengarah pada perang dunia ketiga.
Zelensky juga mengatakan keinginan untuk berkompromi atas wilayah Donbas timur, yang dipegang oleh pasukan separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
Sementara itu, dilansir Ukrinform, Senin (28/3/2022), Zelensky menekankan bahwa tujuan pihak berwenang Ukraina adalah perdamaian.
Selain itu juga pemulihan kehidupan normal di negara itu sesegera mungkin
Presiden 44 tahun itu mencatat bahwa babak baru pembicaraan dengan Rusia akan segera dilakukan.
"Seperti yang saya informasikan, ada peluang dan kebutuhan untuk pertemuan tatap muka di Turki. Ini tidak buruk. Kita lihat saja hasilnya," kata Zelensky.
Adapun sejumlah prioritas telah ditetapkan untuk diangkat dalam perundingan tersebut.
"Kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina, tidak diragukan lagi. Jaminan keamanan yang efektif untuk negara kita adalah wajib. Tujuan kita jelas, perdamaian dan pemulihan kehidupan normal di negara asal kita sesegera mungkin," tegas Zelensky.
Upaya perdamaian terbaru dilakukan Presiden Turki Erdogan melalui percakapan teleponnya dengan Putin.
Kedua pemimpin negara itu sepakat untuk kembali melakukan perundingan antara Kyiv dan Moskow di ibukota Turki, Istanbul.
Belum ada tanggal yang diumumkan untuk pertemuan itu.
Tetapi, negosiator Ukraina David Arakhamia mengatakan pertemuan berikutnya akan berlangsung di Turki pada 28-30 Maret.
Baca juga: Zelensky Akui Tak Mampu Usir Seluruh Tentara Rusia, Santer Kabar Ukraina akan Dibagi 2 seperti Korea
Baca juga: Kadyrov Desak Zelensky Berpaling ke Rusia, Bujuk Ukraina Menyerah demi Keuntungan Berikut
Joe Biden Ingin Pertemukan Putin dan Zelensky di Indonesia
Amerika Serikat berupaya mendepak Rusia dari KTT G20 yang akan diadakan di Bali, Indonesia, akhir tahun.
Namun, jika Presiden Rusia Vladimir Putin tetap diizinkan datang, AS menuntut Ukraina juga diundang hadir.
Dalam pernyataannya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden seolah ingin mempertemukan langsung Putin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail UK, Kamis (24/3/2022), hal tersebut dinyatakan setelah AS menghadiri pertemuan darurat antara negara NATO, Uni Eropa dan G7.
Biden mengaku dia lebih suka mengeluarkan Rusia dari G20 sebagai hukuman atas tindakan brutalnya.
Ketika ditanya apakah Rusia harus dapat menghadiri pertemuan ekonomi terkemuka dunia G20 di Indonesia.
"Pada poin selanjutnya jawaban saya adalah ya," ujar Biden.
"Itu tergantung pada G20."
Biden mengatakan masalah itu diangkat ketika para pemimpin bertemu untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia dan membantu Ukraina.
Dikutip dari AFP, Jumat (25/3/2022), bila Indonesia dan negara lain tetap mengundang Rusia, Biden menyerukan agar Ukraina juga turut hadir.
Meskipun sejatinya negara Zelensky tersebut tak termasuk dalam anggota G20.
"Jika Indonesia dan negara lainnya tidak setuju, maka menurut pandangan saya kita harus meminta agar keduanya, (Rusia dan) Ukraina dapat menghadiri pertemuan juga," sebut Biden.
Sementara itu, dilansir Kompas.com, Kamis (24/3/2022) disebutkan bahwa Indonesia memiliki kewajiban untuk mengundang semua negara anggota G20, termasuk Rusia.
Duta Besar RI sekaligus Staf Khusus Program Prioritas Kemlu dan Co-Sherpa G20 Indonesia, Triansyah Djani menyebutkan adanya aturan presidensi.
"Sebagai presidensi dan sesuai dengan presidensi-presidensi sebelumnya adalah untuk mengundang semua anggota G20, dan bahwa diplomasi Indonesia selalu didasarkan pada prinsip-prinsip base on principal," ujar Triansyah.
"Oleh karena itu, memang kewajiban Presidensi G20 untuk mengudang semua anggotanya."(TribunWow.com)