Konflik Rusia Vs Ukraina
Sindir Putin saat Pidato, Biden Diprotes Diplomat Veteran AS: Membuat Situasi Gawat makin Berbahaya
Pidato Presiden AS Joe Biden diprotes oleh diplomat veteran AS disebut justru memperkeruh suasana.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden baru saja mengunjungi Warsawa, Polandia pada Sabtu (26/3/2022) kemarin.
Saat melakukan kunjungan, Biden turut memberikan pidato terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.
Dalam pidatonya tersebut Biden sempat menyebut Putin tidak bisa lagi dibiarkan memegang kuasa.

Baca juga: Kibarkan Bendera Putih dan Tak Mau Lanjutkan Perang, Tentara Rusia Ingin Pindah Kubu ke Ukraina
Baca juga: Berteriak Beri Tahu Tentara Rusia Ada Anak-anak, Pasutri di Ukraina Berakhir Ditembak Mati
Pidatonya ini kemudian menuai perhatian dari beragam pihak.
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, pidato Biden ini bahkan menuai protes dari internal pemerintah AS sendiri.
Diplomat veteran AS, Richard Haass yang kini menjabat sebagai Presiden Dewan Hubungan Luar Negeri AS mengkritik keras ucapan Biden tersebut.
Ia menyebut ucapan Biden justru semakin memperkeruh suasana.
"Membuat situasi sulit semakin sulit dan situasi gawat semakin berbahaya," kata Haass.
Haass juga menyoroti bagaimana ucapan Biden tersebut berpotensi semakin memperpanjang durasi perang.
Di sisi lain, pidato Biden ini memeroleh apresiasi dari pemerintah Polandia.
"Presiden negara yang paling kuat di dunia datang ke Warsawa dan berbicara sangat jelas soal agresi Rusia," ujar Lukasz Jasina selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Polandia.
"(Biden) mengatakan kepada Rusia bahwa selalu ada waktu untuk mengganti seorang diktator," ujar Jasina mengutip pidato Biden.
Pidato Biden ini kemudian telah ditanggapi oleh pemerintah Rusia.
Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin yakni Dmitry Peskov menyampaikan bukan wewenang AS untuk mencampuri urusan dalam negeri Rusia.
"Presiden Rusia dipilih oleh masyarakat Rusia," ujar Peskov, Sabtu (26/3/2022).
Sementara itu, Putin menyebut nama penulis buku 'Harry Potter', J.K. Rowling, dalam pidatonya, Jumat (25/3/2022).
Ia menuduh barat melakukan diskriminasi terhadap budaya Rusia, membandingkan perlakuan terhadap tokoh budaya Rusia dengan J.K. Rowling.
J.K. Rowling pun memberikan komentar balasan melalui utas yang dibagikan di media sosial pribadinya.
Dikutip TribunWow.com dari The Guardian, Sabtu (26/3/2022), hal ini diungkapkan pada pertemuan yang disiarkan televisi dengan tokoh budaya terkemuka.
Putin saat itu menyoroti pembatalan acara yang melibatkan seniman Rusia sebagai protes atas invasi ke Ukraina.
“Mereka sekarang terlibat dalam budaya pembatalan, bahkan menghapus Tchaikovsky, Shostakovich, dan Rachmaninov dari poster. Penulis dan buku Rusia sekarang dibatalkan," kata Putin.
Diketahui, sejumlah acara melibatkan tokoh budaya Rusia yang telah menyatakan dukungan untuk perang telah dibatalkan.
Di antaranya termasuk konser oleh konduktor Rusia pemenang penghargaan Valery Gergiev, seorang teman dan pendukung Putin.
Beberapa acara yang melibatkan tokoh budaya Rusia yang meninggal juga telah dihilangkan, dengan Cardiff Philharmonic Orchestra menghapus komposer Rusia Tchaikovsky dari programnya, sebuah keputusan yang dikritik secara luas oleh tokoh budaya barat.
Putin mengatakan dalam pidatonya bahwa terakhir kali kampanye semacam itu dilakukan adalah ketika para pendukung Nazi membakar buku-buku pada tahun 1930-an.
"Terakhir kali kampanye besar-besaran melawan literatur yang tidak diinginkan dilakukan oleh Nazi di Jerman hampir 90 tahun yang lalu," sebut Putin dilansir media Rusia TASS, Jumat (25/3/2022).
Dia kemudian membandingkan perlakuan yang diterima Rusia dengan kontroversi seputar komentar J.K. Rowling tentang orang transgender.
"Baru-baru ini mereka memboikot penulis anak-anak Joanne Rowling karena dia, penulis buku yang telah terjual ratusan juta eksemplar di seluruh dunia, tidak disukai oleh penggemar yang disebut kebebasan gender," ujar Putin.
Rowling pada hari Jumat menjauhkan diri dari komentar Putin dengan membagikan artikel tentang kritikus Kremlin yang dipenjara Alexei Navalny di Twitter.
"Kritik terhadap budaya pembatalan (cancel culture) barat mungkin tidak paling baik dilakukan oleh mereka yang saat ini membantai warga sipil karena kejahatan perlawanan, atau yang memenjarakan dan meracuni kritikus mereka,” tulis penulis Inggris itu, menambahkan tagar #IStandWithUkraine.
Andrei Kolesnikov, dari Carnegie Moscow Center, mengatakan pidato Putin memberikan wawasan lain tentang pandangan terdistorsi yang dimiliki pemimpin Rusia tentang barat.
"Putin menggunakan informasi yang dia terima dari para penasihat dan kemudian menciptakan realitasnya sendiri tentang barat," kata Kolesnikov.
"Dia mendengar tentang beberapa contoh ekstrem yang terjadi di barat dan kemudian meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah trennya. Dia tidak suka nuansa itu."
Kolesnikov mengatakan pertemuan hari Jumat dengan elit budaya Rusia dimaksudkan untuk menunjukkan kepada publik Rusia bahwa barat sedang mengobarkan perang budaya paralel melawan negara itu.
"Putin ingin memberi tahu Rusia bahwa mereka dikepung, juga secara budaya. Di matanya, barat sedang berperang tanpa henti melawan nilai-nilai tradisional Rusia," katanya.
Baca juga: Daftar Kekayaan Putin, Disebut Saingi Elon Musk karena Miliki 58 Pesawat hingga Kapal Pesiar Raksasa
Baca juga: Hidup Nyaman Terganggu, Sejumlah Anggota Intelijen Rusia Makin Frustasi ke Putin
(TribunWow.com/Anung/Via)