Konflik Rusia Vs Ukraina
Berteriak Beri Tahu Tentara Rusia Ada Anak-anak, Pasutri di Ukraina Berakhir Ditembak Mati
Beredar sebuah video mobil yang ditumpangi oleh warga sipil Ukraina diberondong tembakan oleh tentara Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Berniat melarikan diri dari Kyiv/Kiev, sebuah mobil yang ditumpangi oleh warga sipil Ukraina ditembaki oleh tentara Rusia yang berjaga.
Dalam insiden ini pasangan suami istri tewas seusai ditembak.
Sebuah drone milik pasukan militer Ukraina merekam jelas kejadian tersebut mulai dari saat mobil korban melaju hingga detik-detik mereka hendak berputar balik karena menyadari ada tentara Rusia yang berjaga.

Baca juga: Amerika Beri Sanksi Rusia, Mulai Lumpuhkan Ekonomi hingga Bekukan Cadangan Emas Negara Putin
Baca juga: Beredar Video Tentara Rusia Tembaki Mobil Warga Ukraina, Korban Selamat Dibiarkan Kabur
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, dalam insiden ini ada dua korban selamat yakni anak korban yang masih berusia enam tahun dan seorang wanita tua yang merupakan ibu dari teman korban.
Korban meninggal dalam insiden itu diketahui bernama Maksim Lovenko dan istrinya.
Wanita yang merupakan korban selamat bercerita, Maksim saat itu mencoba berputar balik.
Maksim diketahui sempat berhasil berputar balik namun mobilnya rusak sebab sempat tertembak oleh tentara Rusia yang berjaga.
Ketika mobilnya tertembak Maksim keluar dari mobil sambil mengangkat tangannya.
Maksim kemudian berteriak memberitahu kepada tentara Rusia bahwa dirinya membawa anak kecil di dalam mobil.
Namun pada akhirnya Maksim dan istrinya ditembak mati oleh tentara Rusia tersebut.
Sergiy Lovenko selaku ayah Maksim mengaku mendapat kabar ini dari rekan anaknya.
"Dia memberi tahu saya lewat telepon," ujar Sergiy.
Sergiy sendiri kukuh enggan menerima fakta hingga ia melihat sendiri.
"Saya melihat videonya tetapi saya tidak dapat percaya hingga saat saya menyentuh jasadnya," ungkap Sergiy.
Terkait insiden ini tim BBC mencoba menghubungi Kementerian Pertahanan Rusia untuk meminta komentar namun belum ada balasan.
Taktik Licik Pasukan Ukraina
Sementara itu, seorang militan dari resimen nasionalis Ukraina Azov, Aleksey Smykov mengungkapkan strategi yang digunakan pasukannya.
Setelah memilih menyerah ke Rusia, ia membongkar sikap tak manusiawi yang terjadi dalam perang.
Ia menyebutkan bahwa pasukan Azov sengaja menggunakan masyarakat sipil sebagai tameng.
Dikutip TribunWow.com, Sabtu (26/3/2022), pengakuan ini dibeberkan Smykov kepada RIA Novosti saat diwawancarai.
Tentara yang ikut bertempur di kota pelabuhan Mariupol itu mengecam strategi yang dipakai pasukannya sendiri.
"Mari kita lihat dari sudut pandang ini, bagi saya pribadi, taktik seperti itu tidak dapat dipahami, karena ketika seseorang memposisikan dirinya sebagai seorang pejuang, bercita-cita tinggi, seperti pejuang Viking, dan hal-hal seperti itu. Kemudian, katakanlah, dia melakukan hal-hal seperti yang disebut," ucap Smykov.
"Bagi saya pribadi, ini tidak dapat dipahami. Artinya, jika anda menyebut diri anda seorang pejuang, maka berjuanglah sampai titik akhir."
"Ini tindakan keji, menurut saya," ujarnya.
Smykov menekankan sebagai tentara, seharusnya rekan-rekannya bertarung secara berani.
Bukan malah mengorbankan rakyat sipil sebagai perisai perang.
"Artinya, jika anda ingin melawan Chechnya, bertarunglah, jika anda ingin melawan Rusia inilah kesempatannya, bertarunglah, dengan pemerintah," ucap Smykov.
"Tapi saya tidak mengerti politik, saya tidak pernah menjadi pendukung ketika orang yang tidak bersalah, katakanlah, digunakan sebagai tameng."
Smykov mengatakan dia tidak tahu siapa yang memulai diterapkannya dengan taktik ini.
"Saya tidak bisa mengatakan, saya sudah tidak lagi di Mariupol pada saat semua ini sudah mulai terjadi,” kata anggota Resimen Nasional itu.
Pengakuan tersebut didukung oleh kesaksian Kolonel Jenderal Sergei Rudskoy, Wakil Kepala Staf Umum Pertama Angkatan Bersenjata Rusia, dalam sebuah pengarahan di Moskow pada hari Jumat.
"Hanya di Mariupol, mereka termasuk lebih dari 7 ribu militan yang berperang dengan kedok warga sipil, menggunakan mereka sebagai perisai manusia," kata Rudskoy.
"Pejuang batalyon Azov mengusir perempuan dan anak-anak dari ruang bawah tanah, mengancam mereka dengan senjata, mengarahkan mereka ke unit DPR yang maju untuk menghalangi kemajuan polisi rakyat. Ini sudah menjadi praktik umum bagi mereka," pungkasnya.
Baca juga: Berdebat dengan Putin, Menhan Rusia Disebut Kena Serangan Jantung, Video Kemunculannya Diduga Palsu
Baca juga: Kesaksian Tentara Azov yang Menyerah ke Rusia, Bongkar Kebobrokan Dinas Militer Ukraina
(TribunWow.com/Anung/Via)