Konflik Rusia Vs Ukraina
Pilih Menyerah ke Rusia, Tentara Azov Ukraina Ungkap Taktik Licik Pasukannya, Korbankan Rakyat Sipil
Seorang militan dari resimen nasionalis Ukraina Azov, Aleksey Smykov mengungkapkan strategi yang digunakan pasukannya.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Seorang militan dari resimen nasionalis Ukraina Azov, Aleksey Smykov mengungkapkan strategi yang digunakan pasukannya.
Setelah memilih menyerah ke Rusia, ia membongkar sikap tak manusiawi yang terjadi dalam perang.
Ia menyebutkan bahwa pasukan Azov sengaja menggunakan masyarakat sipil sebagai tameng.

Baca juga: Ulangi Kekejaman PD II, Rusia Dituding Sengaja Lakukan Rudapaksa sebagai Strategi Perang di Ukraina
Baca juga: Sadap Telepon Pasukan Rusia, Ada Tentara Mengeluh Harus Bepergian Bersama Mayat
Dikutip TribunWow.com, Sabtu (26/3/2022), pengakuan ini dibeberkan Smykov kepada RIA Novosti saat diwawancarai.
Tentara yang ikut bertempur di kota pelabuhan Mariupol itu mengecam strategi yang dipakai pasukannuya sendiri.
"Mari kita lihat dari sudut pandang ini, bagi saya pribadi, taktik seperti itu tidak dapat dipahami, karena ketika seseorang memposisikan dirinya sebagai seorang pejuang, bercita-cita tinggi, seperti pejuang Viking, dan hal-hal seperti itu. Kemudian, katakanlah, dia melakukan hal-hal seperti yang disebut," ucap Smykov.
"Bagi saya pribadi, ini tidak dapat dipahami. Artinya, jika anda menyebut diri anda seorang pejuang, maka berjuanglah sampai titik akhir."
"Ini tindakan keji, menurut saya," ujarnya.
Smykov menekankan sebagai tentara, seharusnya rekan-rekannya bertarung secara berani.
Bukan malah mengorbankan rakyat sipil sebagai perisai perang.
"Artinya, jika anda ingin melawan Chechnya, bertarunglah, jika anda ingin melawan Rusia inilah kesempatannya, bertarunglah, dengan pemerintah," ucap Smykov.
"Tapi saya tidak mengerti politik, saya tidak pernah menjadi pendukung ketika orang yang tidak bersalah, katakanlah, digunakan sebagai tameng."
Smykov mengatakan dia tidak tahu siapa yang memulai ditrapkannya dengan taktik ini.
"Saya tidak bisa mengatakan, saya sudah tidak lagi di Mariupol pada saat semua ini sudah mulai terjadi,” kata anggota Resimen Nasional itu.
Pengakuan tersebut didukung oleh kesaksian Kolonel Jenderal Sergei Rudskoy, Wakil Kepala Staf Umum Pertama Angkatan Bersenjata Rusia, dalam sebuah pengarahan di Moskow pada hari Jumat.