Konflik Rusia Vs Ukraina
Sebulan Terjebak di Mariupol, Ibu dan Anak Nekat Kabur dari Kepungan Rusia, Sebut seperti Film Horor
Pasangan ibu dan anak asal Mariupol, Ukraina berhasil mengungsi dari kotanya yang dikepung pasukan Rusia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pasangan ibu dan anak asal Mariupol, Ukraina berhasil mengungsi dari kotanya yang dikepung pasukan Rusia.
Natalya Serdyuk dan putranya, Bogdan Serdyuk (15), berhasil keluar setelah sebulan terjebak.
Keduanya memberi kesaksian mengenai betapa mengerikannya kondisi di kota pelabuhan tersebut.

Baca juga: Kembali Jemput Keluarga, Pria Asal Mariupol Ukraina Kaget Kotanya Dipenuhi Mayat dan Reruntuhan
Baca juga: Liput Medan Perang Rusia-Ukraina, Jurnalis Perlihatkan Mayat Dibiarkan di Jalan
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Kamis (24/3/2022), ibu dan anak itu selamat meski kehilangan rumah dan mobil mereka akibat pengeboman tentara Rusia.
Keduanya berlindung di ruang bawah tanah selama hampir sebulan dengan makanan yang cukup hanya untuk beberapa hari.
Mereka pun merasa tidak punya pilihan selain melarikan diri.
Keduanya melihat kejadian tragis saat pasangan pria dan wanita tua menjadi korban kekejaman tentara.
"Kami melihat saat kami pergi ke pos pemeriksaan, ada mobil ditembak di sana," kata Bogdan.
"Ada seorang pria dan wanita tua di dalam mobil. Mereka ditembak bersebelahan, dan selama berhari-hari mereka hanya berbaring di dalam mobil, tidak ada yang mengangkat tubuh mereka," terang Natalya.
Mariupol menjadi kota di Ukraina yang menderita kerusakan paling parah.
Sejumlah bangunan luluh lantak sementara ribuan orang masih tejebak di kota tanpa air, makanan dan listrik.
"Kami berjalan di jalanan dan hanya ada kiamat di sekeliling kami," ujar Natalya.
"Sangat menakutkan di sana. Rasanya seperti kami sedang berada di film horor. Saat kami berjalan menjauh dari kota, kami melihat tank pecah, bus, dan bom yang tidak meledak."
Upaya melarikan diri itu dilaksanakan empat hari lalu.
Keduanya pun berhasil mencapai pos pemeriksaan di pinggiran Mariupol dengan berjalan kaki.
Di sana mereka dicegat oleh pasukan Rusia yang akan membawa mereka ke negaranya.
Namun, keduanya menolak tawaran tersebut dan memilih melanjutkan perjalanan.
Mereka menghabiskan malam di pos pemeriksaan sebelum berjalan kaki ke desa tetangga di mana mereka menerima tawaran dari orang asing untuk naik mobil.
Ibu dan anak itu kemudian menunjukkan gambar rumah mereka yang dibom.
"Rudal mulai mengenai (rumah-red). Misil itu terbang ke halaman, menabrak balkon. Seorang pria yang keluar ke balkon untuk merokok terkena peluru. Dia meninggal," kata Natalya.
"Sebuah bom juga terbang ke rumah tetangga, rumah itu terbakar habis."
"Kami memutuskan untuk pindah dari rumah kami ke rumah berikutnya. Ketika kami sampai di sana, ledakan besar dimulai. Kami melompat ke pintu masuk dan sebuah bom terbang ke dalam mobil dan meledak."
Mereka punya uang dan kartu bank tapi tidak ada gunanya.
Uang tidak akan membuat mereka keluar dari Mariupol.
Uang bahkan tidak bisa mendapatkan obat-obatan yang sangat dibutuhkan orang.
Jika orang mulai sakit, mereka akan meninggalkan catatan di luar rumah untuk meminta bantuan pengobatan.
Makanan juga menjadi sangat langka.
"Ketika kami pergi, orang-orang hampir tidak punya apa-apa. Tidak ada makanan, air, obat-obatan," tutur Natalya.
"Ada masalah dengan makanan karena semua orang mengira itu selama beberapa hari, dan kemudian kami duduk dan menyadari bahwa kami berada di sana selama 22 hari."
"Kami tinggal selama hampir sebulan. Jadi kami makan sesendok bubur. Sangat sedikit. Semua orang menjadi kurus."
Baca juga: Hidup Tak Manusiawi, Kondisi Sehari-hari Warga di Mariupol Diungkap Presiden Ukraina Zelensky
Baca juga: 4 Alasan Rusia Terobsesi Kuasai Mariupol, Disebut akan Jadi Pukulan Berat bagi Ukraina
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Kondisi Terkini Mariupol
Nasib mengenaskan dialami oleh para penduduk yang mendiami Kota Mariupol, Ukraina.
Tempat mereka tinggal saat ini telah beberapa minggu berada di bawah kepungan pasukan militer Rusia.
Kebutuhan dasar hidup di Mariupol semakin hari semakin menipis bahkan tidak dapat diperoleh.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, beberapa waktu yang lalu sempat viral sebuah foto menampilkan warga Mariupol beramai-ramai mengubur jasad manusia di sebuah pemakaman massal.
Jasad para warga dibungkus menggunakan kantong plastik hitam lalu dikubur bersama dengan jenazah lainnya.
Seorang warga Mariupol mengatakan, karena langkanya makanan, warga terpaksa memakan daging anjing liar untuk bertahan hidup.
Warga lain bernama Victoria menyampaikan, ada tiga anak-anak di Mariupol tewas karena dehidrasi.
"Ini abad ke-21, dan anak-anak tewas karena dehidrasi di kota saya, mereka saat ini kelaparan," ungkap Victoria.
Victoria bercerita, dirinya, temannya dan keluarganya saat ini sudah tidak lagi memiliki rumah.
"Warga bersembunyi di basemen tetapi itu tidak menyelamatkan mereka. Mereka (pasukan Rusia) menyerang begitu keras bahkan menghancurkan basemen," jelasnya.
"Mereka (warga Mariupol) tidak memiliki air, beberapa hari lalu kami berkumpul mengumpulkan salju untuk air."
Eks jurnalis ITN, Bill Neely menyampaikan, warga yang kehausan nekat meminum air radiator hingga memakan daging anjing.
Neely menyampaikan aliran air sungai di Mariupol juga tercemar akibat jasad yang membusuk.
Sementara itu anjing-anjing liar memakan jasad manusia yang dibiarkan di jalan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan saat ini ada kira-kira 100 ribu warga Mariupol yang terjebak di sana tak bisa keluar.
Pernyataan ini disampaikan oleh Zelensky pada Selasa (22/3/2022) malam.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, menurut keterangan dari Zelensky ratusan ribu warga Mariupol yang terjebak di dalam kini hidup dalam kondisi tak manusiawi.
"Ada sekira 100 ribu warga di dalam kota (Mariupol), hidup dalam kondisi tak manusiawi, dalam blokade total," kata dia.
"Tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada obat-obatan," ujar Zelensky.
Zelensky juga menyampaikan warga yang terjebak di sana terus berada di bawah serangan dan bombardir pasukan Rusia.
Diketahui Rusia sempat menawarkan memperbolehkan warga di Mariupol untuk pergi ke luar dari zona perang jika mau menyerah namun tawaran tersebut ditolak.
Tetapi ada sejumlah warga Mariupol yang berhasil kabur ke luar.
Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, satu di antara mereka adalah Roman Skliarof yang berhasil kabur dari Mariupol di minggu pertama terjadinya invasi Rusia di Ukraina.
Kala itu ia mengaku terpaksa meninggalkan sang nenek di Mariupol karena neneknya tak mau pergi meninggalkan rumah.
Saat ini Roman mengaku tidak bisa mengontak neneknya di Mariupol.
Menurut Roman saat ini di Mariupol tidak ada listrik dan sinyal.
Roman mengaku masih terus berusaha untuk menghubungi neneknya lewat sukarelawan di luar Mariupol.
"Kami harap setelah semua ini berakhir, kami akan kembali pulang untuk menyelamatkannya," ujar Roman.
Penduduk lain yakni Anastasiya berhasil kabur dari Mariupol dengan cara pergi menumpang dengan orang lain.
"Kami mengatakan kami tidak peduli ke mana kami pergi, kami hanya perlu keluar," ujar Anastasiya menceritakan krolonogi dirinya kabur dari Mariupol.
Anastasiya bercerita saat pergi dari Mariupol, ia sempat melewati pos pemeriksaan pasukan Rusia.
Di sana ponsel miliknya diperiksa dan para laki-laki dipaksa untuk melepas pakaian mereka.
Menurut kesaksian Anastasiya, Kota Mariupol terus-terusan dibombardir pasukan Rusia.
"Mustahil untuk pergi ke luar (apartemen)," ujar Anastasiya.
Anastasiya bercerita, satu per satu kebutuhan dasar hidup seperti listrik, suplai air hingga internet susah ditemukan.
Kemudian warga Mariupol mulai menjarah dan menghancurkan toko-toko. (TribunWow.com/Via/Anung)