Konflik Rusia Vs Ukraina
Bocah 5 Tahun Teriak Tak Ingin Mati seusai Gedung Teater di Ukraina Dibom Pasukan Rusia
Korban selamat serangan bom di gedung teater di Mariupol menyampaikan situasi kacau ketika serangan terjadi.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Sementara itu, di ibukota Ukraina, Kiev, sebuah gedung apartemen yang terkena peluru artileri Rusia terbakar hebat.
Seorang petugas pemadam kebakaran terlihat menghibur wanita yang baru saja diselamatkan, sementara wanita lain yang turut menjadi korban dari serangan itu berteriak ngeri.
Ini adalah gambar orang-orang tak berdosa yang terperangkap dalam pertempuran pada hari ke-20 serangan Rusia di Ukraina.
Di tempat lain, selama pemakaman di sebuah gereja di Lviv, keluarga dan teman berduka atas tewasnya seorang tentara Ukraina.
Tentara tersebut menjadi korban serangan udara di sebuah pangkalan militer di Yarokiv, hanya beberapa mil dari perbatasan Polandia pada akhir pekan.
Seorang pelayat mencengkeram bendera Ukraina, sedangkan yang lain meratap dalam kesedihan di dekat peti mati mendiang.
Tangisan Pengungsi Ukraina: Ini Seperti Neraka
Pemerintah Polandia mengatakan lebih dari 115.000 pengungsi Ukraina telah mencari perlindungan.
Sebagian besar dari para pengungsi tersebut masuk lewat perbatasan utama Polandia-Ukraina di Medyka.
Para pengunsi membawa cerita kelam mengenai pengalaman mereka menghindar dari perang.
Namun hal ini tak menyurutkan keinginannya untuk kembali ke Ukraina dan berperang jika dibutuhkan.
Dilansir Aljazeera, Minggu (27/2/2022), Badan Perlindungan Pengungsi PBB mengatakan lebih dari 120 ribu pengungsi Ukraina telah meninggalkan negara itu sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Tetapi bagi sebagian besar pengungsi Ukraina, butuh berhari-hari untuk melarikan diri dari perang.
Helena (49), dari Drohobych di Ukraina barat, menuturkan pengalamannya sembari menyeruput teh dan makan sandwich yang dia terima dari sukarelawan.
Dia memiliki keluarga di Poznan, Polandia, dan merasa lega lantaran perjalanan yang sulit itu akan segera berakhir.
Tak seperti biasanya, ia butuh waktu 24 jam untuk menyeberangi perbatasan dan tiba di tempat yang aman.
"Pengalaman itu seperti neraka," kata Helena kepada Al Jazeera sebelum kemudian menangis.
Baca juga: Pihak Rusia Tawarkan Uang untuk Tangkap Jurnalis Ukraina, Diduga Serukan Ajakan Bunuh Anak-anak
Baca juga: Daftar Komandan Rusia yang Tewas di Ukraina, Terkini 1 Jenderal dan 7 Tim Elite Putin Gugur
Sementara itu, bagi Denis (30) dari Chernivtsi, Ukraina, yang bekerja di lokasi konstruksi di Polandia, itu juga merupakan malam yang sulit.
Dia tiba di Medyka pada hari Kamis untuk bertemu dengan istri dan anak-anaknya yang datang dari Ukraina.
Tapi setelah semalaman menunggu, mereka tidak terlihat.
"Mereka telah berada di perbatasan selama lebih dari 24 jam. Awalnya, mereka ingin menyeberang dengan berjalan kaki tetapi sulit, sehingga mereka menaiki bus. Setidaknya agar tidak sedingin di luar," tutur Denis.
"Tapi selama lima jam terakhir, mereka tidak membiarkan siapa pun lewat. Tidak jelas alasannya."
Sementara istri dan anak-anak Denis sedang dalam perjalanan untuk berkumpul kembali dengannya, ibunya memutuskan untuk menyeberang kembali ke Ukraina.
Ibu Denis tidak ingin jauh dari suami dan dua putra lainnya, yang mungkin akan segera menerima panggilan untuk melayani negara.
Denis pun menyebutkan bahwa ayahnya merupakan mantan tentara yang pernah bertempur untuk Uni Soviet.
Kini, sang ayah akan kembali bertarung mempertahankan negaranya sendiri.
"Ayah saya bertempur di Afghanistan dan dia tahu seperti apa perang itu," kata Denis.
"Dia siap mengorbankan hidupnya untuk Uni Soviet. Sekarang dia siap mengorbankan hidupnya untuk Ukraina melawan kekuatan baru Rusia."
"Ini sebuah paradoks. Tapi semua orang bisa melihat apa yang dilakukan Rusia. Mereka merebut Krimea, Donbas, sekarang mereka menginginkan Kharkiv."
Denis mengatakan kemungkinan bahwa dirinya akan kembali ke Ukraina untuk ikut berperang.
Tetapi pertama-tama, Denis ingin memastikan istri dan anak-anaknya aman.
Dalam satu atau dua minggu, katanya, jika musuh lebih dekat ke kampung halamannya di Chernivtsi, dia harus kembali dan mengangkat senjata.
"Jika mereka datang lebih dekat ke rumah kami, kami harus kembali dan bertarung. Selama bertahun-tahun, kami telah bekerja untuk membangun negara. Meski beberapa dari kami pergi, yang lain harus tetap tinggal. Jika semua orang pergi, siapa yang akan membela kita?” ungkap Denis.(TribunWow.com/Anung/Via)