Konflik Rusia Vs Ukraina
Bocah 5 Tahun Teriak Tak Ingin Mati seusai Gedung Teater di Ukraina Dibom Pasukan Rusia
Korban selamat serangan bom di gedung teater di Mariupol menyampaikan situasi kacau ketika serangan terjadi.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pada Rabu (16/3/2022) lalu pasukan militer Rusia sempat dituding bertanggung jawab atas serangan terhadap sebuah gedung teater yang digunakan sebagai tempat berlindung warga sipil di Mariupol, Ukraina.
Disebut menampung ribuan warga, sampai saat ini masih belum jelas berapa korban jiwa akibat insiden itu namun pemerintah setempat menyatakan ada 130 korban selamat.
Satu di antaranya mengaku sempat melihat kondisi di dalam gedung teater seusai hancur terkena serangan bom.

Baca juga: Rusia Klaim Invasi di Ukraina Berjalan Sesuai Rencana: Putin Ingin Dunia Mendengarkan
Baca juga: Ahli di Italia Diskors dari Kampus karena Salahkan Uni Eropa soal Konflik Rusia-Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, informasi ini disampaikan oleh Vladyslav (27) seorang tukang kunci yang kebetulan sedang berada di gedung teater tersebut pada hari kejadian.
Saat ledakan terjadi, Vladyslav mengaku berada di gerbang masuk utama.
Vladyslav mengaku sempat berlari menyelamatkan diri masuk ke basemen.
Sekira 10 menit setelah serangan, Vladyslav menyebut situasi di gedung teater tersebut sangat kacau.
Ia melihat banyak warga terluka, berdarah-darah.
"Seorang ibu mencoba mencari anaknya di bawah puing-puing," kata Vladyslav.
Vladyslav juga mengaku mendengar seorang bocah lima tahun berteriak.
"Saya tidak ingin mati," ucap Vladyslav menirukan teriakkan seorang bocah.
Wali Kota Mariupol menyampaikan ada 130 korban yang berhasil selamat.
Namun tidak ditemukan informasi lebih detail terkait serangan ini.
Perusahaan penyedia jasa intelijen, McKenzie menyampaikan, diduga hanya ada satu bom yang dijatuhkan di gedung teater di Mariupol.
Bom yang diduga dipakai oleh pasukan Rusia adalah KABB 500-L yang memiliki berat 525 kilogram.