Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Peran Unik China Dalam Upaya Damai Rusia dan Ukraina, Pilih Lakukan Hal Ini Alih-Alih Kirim Senjata

China mengaku memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan negara lain terkait konflik Ukraina dan Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AFP/Alexei Druzhinin/Sputnik
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berpose selama pertemuan mereka di Beijing, pada 4 Februari 2022. Terbaru, China mengungkapkan peran uniknya yang bisa membantu perdamaian Ukraina dan Rusia, Senin (21/3/2022). 

TRIBUNWOW.COM - China mengaku memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan negara lain terkait konflik Ukraina dan Rusia.

Pihak Presiden Xi Jinping pun mengklaim keunikan posisi China tersebut akan mempermudah upaya perdamaian kedua pihak.

Peran tersebut adalah hubungan China yang tetap terjadi sebagai penengah antara Rusia dan Barat.

Pada Selasa (8/3/2022) Presiden China Xi Jinping mengadakan pertemuan secara daring bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Ketiga pemimpin negara itu bertemu dan membahas soal konflik antara Rusia dan Ukraina.
Pada Selasa (8/3/2022) Presiden China Xi Jinping mengadakan pertemuan secara daring bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Ketiga pemimpin negara itu bertemu dan membahas soal konflik antara Rusia dan Ukraina. (youtube kompastv)

Baca juga: Ini yang Dilakukan AS jika China Benar-benar Ikut Campur dalam Perang Rusia Lawan Ukraina

Baca juga: Prediksi Putin akan Dikudeta akibat Invasi Rusia ke Ukraina, Pakar: Hanya China yang Bisa Selamatkan

Dilansir TribunWow.com dari Rusia Today, Senin (21/3/2022), Qin Gang, duta besar China untuk AS, mengatakan Beijing akan bekerja untuk mencapai perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

China menekankan cara diplomasi daripada mengirim senjata ke pihak mana pun dalam konflik.

Tampil di CBS News 'Face the Nation' pada hari Minggu, (20/3/2022), Qin menyatakan China tidak akan mengirim senjata atau amunisi ke Rusia atau Ukraina.

"Kami akan melakukan segalanya untuk mengurangi krisis," ucap Qin.

Beijing telah menolak untuk ikut mengutuk Moskow atas penyerangan militernya ke Ukraina.

Tidak seperti negara Barat dan beberapa sekutu mereka, China juga tidak menjatuhkan sanksi apa pun kepada Rusia.

Sikap tersebut mendorong Gedung Putih untuk memperingatkan konsekuensi yang terjadi jika China kedapatan membantu Moskow dengan cara apa pun.

Qin mencatat bahwa China terus mempertahankan hubungan ekonomi secara normal dengan Rusia di semua bidang, termasuk ekonomi.

"Mengutuk Moskow tidak akan membantu untuk mencapai perdamaian," katanya.

Alih-alih menyalahkan salah satu pihak, China memilih berdiri dua kaki di antara negara yang berkonflik.

"Di satu sisi, China menjunjung tinggi tujuan dan prinsip PBB, termasuk menghormati kedaulatan nasional dan integritas teritorial semua negara, termasuk Ukraina," tutur Qin.

"Di sisi lain, kami melihat ada kompleksitas dalam sejarah masalah Ukraina."

Qin meyakinkan bahwa peran unik China tersebut akan dapat membantu menyelesaikan krisis dengan lebih efektif.

"China memiliki hubungan baik dengan Rusia, memiliki hubungan baik dengan Ukraina, dan China terus menjalin komunikasi yang erat dengan Amerika Serikat dan dengan Eropa. Hal ini memungkinkan China untuk menjangkau semua pihak yang terkait dalam krisis,” kata Qin.

Baca juga: Xi Jinping Ngaku Khawatir soal Situasi di Ukraina, CIA Sebut Presiden China sedang Gelisah

Baca juga: China, Amerika, dan Uni Eropa, Siapa yang akan Diuntungkan Akibat Konflik Rusia dan Ukraina?

China Dituding Tahu Rencana Rusia Invasi Ukraina

China membantah kabar bahwa pihaknya mengetahui soal rencana invasi Rusia ke Ukraina.

Apalagi terkait kabar China meminta serangan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut ditunda hingga Olimpiade Musim Dingin selesai.

Namun sejumlah sumber menuding China memiliki sejumlah informasi rahasia mengenai invasi tersebut.

Kolase rute penerbangan armada berjuluk Pesawat Kiamat Putin (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat (4/3/2022). Pesawat tersebut tampak terbang ke beberapa rute, dan mendarat Bandara Internasional Moskow Vnukovo.i
Kolase rute penerbangan armada berjuluk Pesawat Kiamat Putin (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat (4/3/2022). Pesawat tersebut tampak terbang ke beberapa rute, dan mendarat Bandara Internasional Moskow Vnukovo.i (Tribunnews/tangkapan layar Express.co.uk)

Dikutip TribunWow.com dari The Guardian, Sabtu (5/3/2022), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, memberikan keterangan.

Ia merujuk pada artikel yang diunggah New York Times, berisi klaim bahwa China sudah mengetahui rencana Rusia sejak awal.

"Retorika semacam ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian dan kesalahan, dengan cara yang benar-benar tercela," kata Wang Wenbin.

Di sisi lain, Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022), empat hari setelah Olimpiade China tersebut berakhir.

Sementara pada Senin (21/2/2022), tepat saat Olimpiade itu selesai, Putin mengakui kemerdekaan wilayah Donbas yang dikuasai separatis di Ukraina timur.

Namun, Wang Wenbin lagi-lagi menyalahkan ekspansi NATO ke arah timur dan sikap pemerintah AS terhadap keanggotaan NATO di Ukraina.

Hal inilah yang diklaim mengakibatkan memburuknya hubungan Ukraina dengan Rusia.

"Hanya mereka yang memulai masalah yang bisa mengakhirinya," ujar Wang Wenbin.

Sementara itu, New York Times menerbitkan artikel yang merujuk pada administrasi Presiden AS Joe Biden yang mengutip laporan intelejen.

Dikatakan bahwa pejabat China meminta Rusia untuk menunda invasi tersebut hingga hasil kejuaraan Olimpiade Musim Dingin diumumkan.

Pertemuan itu sangatlah dirahasiakan, dan belum jelas apakah Xi Jinping dan Putin bertemu langsung pada awal Februari, atau melalui cara lain.

Pejabat senior China disebut mengetahui informasi penyerangan tersebut hingga batas-batas tertentu.

Selain New York Times, Reuters juga melaporkan klaim serupa dari sumber berbeda.

Sebuah sumber yang mengetahui urusan tersebut, membenarkan bahwa China mengajukan permintaan penundaan pada Rusia.

Namun, sumber yang tak mau disebutkan identitasnya itu menolak memberikan rincian lebih lanjut.

Lagi-lagi, hal ini dibantah oleh juru bicara kedutaan besar China di Washington, Liu Pengyu.

"Itu adalah spekulasi tanpa dasar yang dimaksudkan untuk menyalahkan dan mencoreng China," tandas Liu Pengyu.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
ChinaRusiaUkrainaMoskow
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved