Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Sebut Ukraina Telah Tempatkan Senjata Kimia Berbahaya di Sejumlah Lokasi Permukiman

Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia Mikhail Mizintsev menyinggung adanya penggunaan senjata kimia oleh Ukraina.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Telegram/ pavlokyrylenko_donoda/AFP
Sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang disebut oleh pemerintah Ukraina telah dibombardir oleh pasukan Rusia pada Rabu (16/3/2022). Pasukan Ukraina disebut menggunakan senjata kimia berbahaya. 

TRIBUNWOW.COM - Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia Mikhail Mizintsev menyinggung adanya penggunaan senjata kimia oleh Ukraina.

Serangan senjata kimia tersebut telah direncanakan oleh pasukan nasionalis Ukraina jika tentara Rusia memasuki wilayahnya.

Namun rupanya, senjata pemusnah massal itu juga digunakan untuk meracuni penduduk sekitar.

Terjadi ledakan di Kota Sumy, Ukraina pasca Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan agresi ke Ukraina, Kamis (24/2/2022).
Terjadi ledakan di Kota Sumy, Ukraina pasca Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan agresi ke Ukraina, Kamis (24/2/2022). (YouTube Al Jazeera English)

Baca juga: Busana Putin Jadi Sorotan saat Berpidato tentang Ukraina, Disebut Kenakan Jaket Mewah Rp 200 Juta

Baca juga: Video Konvoi Mayat Tentara Rusia, 2.500 Jasad Dibawa dari Ukraina untuk Sembunyikan Jumlah Kematian

Dilansir media Rusia TASS, Minggu (19/3/2022), kabar tersebut disampaikan secara resmi oleh Mizintsev sebagai peringatan pada dunia internasional.

Ia merinci adanya peledak dengan campuran bahan kimia berbahaya yang dipasang di wilayah Sumy, Ukraina.

Ranjau tersebut dipasang untuk meracuni tentara Rusia yang masuk ke wilayah itu, sekaligus dengan penduduknya sendiri.

"Nasionalis telah menempatkan ranjau di fasilitas penyimpanan amonia dan klorin di pabrik kimia Sumykhimprom di Sumy untuk meracuni penduduk wilayah Sumy jika pasukan Rusia memasuki kota," kata Mizintsev.

Selain itu, pasukan nasionalis Ukraina juga telah merencanakan provokasi yang bertujuan mengalihkan kesalahan ke pihak Rusia.

Disebutkan bahwa sejumlah bahan kimia beracun akan sengaja diledakkan di gedung sekolah dan pemukiman saat pasukan Rusia mendekat.

"Di pemukiman Kotlyarovo, wilayah Nikolayev, militan unit nasionalis merencanakan provokasi dengan penggunaan bahan kimia beracun. Untuk tujuan ini, mereka telah menempatkan wadah dengan bahan kimia beracun di gedung sekolah menengah, yang akan meledak ketika Rusia pasukan mendekati pemukiman," tutur Mizintsev.

Karenanya, sebelum insiden tersebut terjadi, Rusia berusaha memberikan peringatan pada dunia.

Hal ini dilakukan agar Rusia tak menjadi kambing hitam dalam penyalahgunaan senjata kimia berbahaya itu.

"Kami memperingatkan seluruh dunia beradab dan organisasi internasional tentang provokasi sinis pihak berwenang Ukraina, yang, jika terwujud, akan disalahkan pada pasukan Rusia karena telah dilakukan lebih dari sekali," tegasnya.

Mizintsev menambahkan bahwa hal itu dilakukan dengan dukungan dari Amerika Serikat dan sejumlah negara Uni Eropa, yang menganggap Ukraina sebagai instrumen kebijakan anti-Rusia.

Dia juga menceritakan tentang beberapa pelanggaran yang dilaporkan oleh markas besar koordinasi respon kemanusiaan Rusia di Ukraina.

Kata Mizintsev, radikal dari batalyon pertahanan teritorial memeras uang dari warga sipil di pos pemeriksaan di sepanjang jalan raya yang menghubungkan Chernigov dan Kiev dengan dalih mengumpulkan dana untuk tentara Ukraina.

"Biaya bagi mereka yang mencoba melarikan diri ke Rusia dua kali lipat lebih tinggi. Hal yang paling sinis adalah jika orang kekurangan uang, kaum radikal merebut mobil mereka dan mengirim orang kembali dengan berjalan kaki," pungkasnya.

Baca juga: AS Mengelak, Rusia Ungkap Bukti Lab Senjata Biologis di Ukraina, Penyakit Menular dari Kelelawar

Rusia Sebut Ukraina Panik

Di tengah konflik dengan Ukraina, pemerintah Rusia mengklaim menemukan bukti adanya keterlibatan Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah bio lab di Ukraina yang meneliti penyakit berbahaya.

Menurut keterangan pemerintah Rusia, total terdapat 30 biolab di Ukraina yang aktif bekerjasama dengan AS.

Dikutip TribunWow.com dari RT.com, informasi ini disampaikan oleh Letjen Igor Kirilov selaku komandan pasukan Rusia dalam bidang pertahanan terhadap radiologi, kimiawi, dan biologis.

Letjen Kirilov menjelaskan, sebagian besar lab tersebut aktif sejak tahun 2014 lalu.

Ia juga menyampaikan, sejak lab-lab itu didirikan, sejumlah negara di Eropa pada saat yang sama mengalami peningkatan kasus penyakit menular seperti difteri, tuberculosis (TBC), hingga campak.

Letjen Kirilov melanjutkan, sejak Putin mengumumkan operasi militer spesial pada Kamis (24/2/2022), lab-lab kerja sama dengan AS yang ada di Ukraina buru-buru menghancurkan virus dan patogen yang sedang mereka teliti.

Letjen Kirilov mengklaim memiliki bukti dokumen yang berisi proses penghancuran virus dan patogen berbahya tersebut.

Berdasarkan keterangan dokumen yang diklaim diamankan oleh pasukan Rusia, penyakit berbahaya yang dipelajari di antaranya adalah anthrax.

Penelitian tersebut diduga juga memiliki kaitan dengan program militer.

Letjen Kirilov menjelaskan di bagian barat Kota Lvov, sebanyak 320 wadah berisi patogen berbahaya telah dihancurkan.

"Jika koleksi (patogen) tersebut jatuh ke tangan para ahli di Rusia, mereka sangat mungkin membuktikan Ukraina dan AS telah melanggar konvensi senjata biologis," jelasnya.

Kekhawatiran Letjen Kirilov adalah bahan-bahan penelitian yang diperlukan untuk kepentingan program militer telah dikirim ke AS.

Sementara itu Kementerian Pertahanan AS menyatakan tuduhan Rusia adalah sekadar disinformasi.

Sebelumnya, dikutip TribunWow.com dari kanal berita Rusia, Ria Novosti, Selasa (8/3/2022), Moskow mengaku telah menerima dokumen terkait dari karyawan laboratorium biologi Ukraina.

Dalam berkas tersebut, karyawan tersebut mengkonfirmasi bahwa komponen senjata biologis sedang dikembangkan di Ukraina, dekat dengan wilayah Rusia.

Perwakilan resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengungkapkan temuan tersebut.

"Dalam operasi militer khusus, fakta pembersihan darurat oleh rezim Kiev dari jejak program biologis militer yang dilaksanakan di Ukraina, yang didanai oleh Departemen Pertahanan AS, terungkap," ujar Konashenkov.

Menurut militer Rusia, setelah dimulainya invasi atau operasi khusus ke Ukraina, Pentagon disebut mengalami ketakutan serius.

Disebutkan bahwa AS khawatir dunia akan mengetahui pelaksanaan eksperimen biologis rahasia yang dilakukan di wilayah Ukraina.

Maka dilakukanlah upaya untuk menyembunyikan pelanggaran oleh Washington dan Kiev terhadap aturan pertama Konvensi PBB tentang Larangan Senjata Bakteriologis (Biologis) dan Racun.

Kementerian Kesehatan Ukraina dituduh telah mengirim instruksi ke semua laboratorium biologi untuk segera menghilangkan stok patogen berbahaya.

Menurut Konashenkov, virus atau patogen tersebut bisa menyebabkan wabah penyakit serius jika dilepaskan ke udara.

Ia pun mendapat laporan adanya penghancuran penelitian besar-besaran yang dilakukan saat agresi pertama Rusia dimulai pada Kamis (24/2/2022).

"Kami telah menerima dokumentasi dari karyawan laboratorium biologi Ukraina tentang penghancuran darurat patogen yang sangat berbahaya pada 24 Februari, yakni agen penyebab wabah, antraks, tularemia, kolera, dan penyakit mematikan lainnya," ungkap Konashenkov.

Dalam waktu dekat, Kementerian Pertahanan Rusia bermaksud untuk mempresentasikan hasil analisis dokumen yang diterima.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaRusiaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyAmerika Serikat
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved