Konflik Rusia Vs Ukraina
Zelensky Rahasiakan Bantuan Militer dari AS, Sebut Adanya Taktik Baru untuk Kalahkan Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengucapkan terima kasih pada Presiden AS Joe Biden.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengucapkan terima kasih pada Presiden AS Joe Biden.
Ia merasa terbantu dengan dukungan dari militer AS, meski enggan memberi rincian lebih lanjut.
Zelensky juga memberi peringatan dan ancaman pada para tentara bayaran yang direkrut staf Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hal ini diungkapkan Zelensky melalui sebuah tayangan video yang disiarkan melalui berbagai media.

Baca juga: Rusia Balas Dendam Kenakan Sanksi pada 13 Pejabat AS, Mulai dari Joe Biden sampai Hillary Clinton
Baca juga: Pemerintah Rusia Tak Terima Joe Biden Sebut Putin Ini saat Jawab Pertanyaan Wartawan
Dilansir Kompas TV, Jumat (18/3/2022), Zelensky menyinggung tentang paket bantuan dari AS.
Dikabarkan sebelumnya, AS berencana memberi tambahan dana untuk membantu Ukraina.
Tak tanggung-tanggung, dana tersebut digelontorkan dengan jumlah 800 juta USD atau sekitar Rp 11,4 triliun.
Selain itu, AS juga sempat membahas mengenai pengiriman jet tempur ke Ukraina.
Tampaknya, bantuan tersebut sudah sampai ke tangan Ukraina yang diwakili Zelensky, mengucapkan rasa terima kasihnya.
"Saya berterima kasih kepada Presiden AS Biden atas bantuan baru yang efektif untuk negara kita," kata Zelensky.
Namun, mantan aktor dan komika tersebut enggan memberi tahu apa saja bentuk bantuan dari AS tersebut.
Menurut Zelensky, bantuan yang dirahasiakan tersebut merupakan taktik baru untuk menghadapi Rusia.
Sehingga, pihak lawan tak bisa mengantisipasi apa saja yang bisa dilakukan oleh pihaknya.
"Anda harus mengerti bahwa saya tidak dapat mengungkapkan semua rincian paket bantuan ini dan lainnya," ujar Zelensky.
"Ini adalah taktik pertahanan kami, agar musuh tidak tahu apa yang diharapkan dari kami."
Di sisi lain, Zelensky mengonfirmasi rumor yang menyebut Rusia telah menyewa tentara bayaran.
Menurut isu yang beredar, pihak Rusia akan mengerahkan pasukan Suriah yang pernah di bantunya saat perang.
Kemudian, ada pula kabar bahwa pemerintah menekan para imigran Asia yang tinggal di Rusia agar bergabung dalam militer.
"Kami memiliki informasi bahwa militer Rusia merekrut tentara bayaran dari negara lain," kata Zelensky.
"Mereka mencoba menipu sebanyak mungkin pemuda untuk dinas militer."
"Kami tahu itu tidak akan membantu mereka."
Zelensky pun memberi peringatan pada para calon tentara bayaran untuk tak ikut campur dalam perang tersebut.
Ia menyebut bahwa bergabung dengan militer Rusia merupakan keputusan terburuk dalam hidup mereka.
"Itu sebabnya saya memperingatkan semua orang yang mencoba bergabung dengan penjajah di tanah Ukraina kami. Ini akan menjadi keputusan terburuk dalam hidup anda," pungkasnya.
Baca juga: Sindir Diplomat Negaranya, Eks Menteri Rusia: Mereka Mempermalukan Diri Sendiri
Baca juga: Tentara Rusia Diberitakan Sengaja Lukai Diri Sendiri agar Bisa Pulang dari Ukraina
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Imigran Asia Dipaksa Ikut Wajib Militer
Warga negara Asia yang tinggal di Rusia dikabarkan mendapat tekanan untuk ikut berperang di Ukraina.
Diprediksi munculnya tekanan ini karena militer Moskow mengalami kerugian yang lebih besar dari perkiraan.
Hal ini diperkuat pengakuan seorang tentara Rusia yang mengaku bergabung agar mendapat hak khusus.
Dilansir TribunWow.com dari The Moscow Times, Kamis (17/3/2022), surat kabar Ukrainska Pravda membocorkan data pribadi 120.000 tentara Rusia yang bertempur di Ukraina.
Daftar berisi 6.616 halaman nama personel militer, nomor registrasi, dan tempat pelayanan yang tidak belum dapat diverifikasi itu berisi beberapa nama etnis Asia Tengah.
Valentina Chupik, seorang advokat hak-hak sipil yang terkenal karena pekerjaannya membela hak-hak migran di Rusia, membenarkan bahwa lebih dari selusin orang Asia Tengah telah meminta nasihat hukumnya.
Hal ini menyusul adanya tekanan untuk mendaftar wajib militer secara kontrak di lembaga perekrutan tentara Rusia sejak 26 Februari.
Chupik mengatakan dia menerima telepon dari 10 warga Tajikistan dan Uzbekistan yang tinggal di Rusia.
Mereka mengaku telah menerima panggilan telepon dari perwakilan firma hukum imigrasi.
Petugas itu mengaku dapat mempercepat proses menerima kewarganegaraan Rusia jika mereka mendaftar untuk layanan kontrak.
"Ini bohong besar, undang-undang tidak mengizinkan ini," kata Chupik.
"Saya memberi tahu orang-orang ini bahwa [penelepon] itu adalah penipu.”
Taktik lain melibatkan tenda tentara di beberapa stasiun metro Moskow, di mana para perekrut mencoba membujuk para imigran untuk mendaftar ke "Tentara Sukarelawan Republik Rakyat Donetsk.
"Mereka menargetkan para migran. Menjanjikan bahwa mereka dapat memperoleh kewarganegaraan Rusia hanya dalam enam bulan," kata Chupik.
"Saya pikir pemerintah Rusia menggunakan tenaga kerja migran sebagai umpan meriam di Ukraina."
"Para migran ini mungkin didaftarkan oleh Kementerian Pertahanan dan oleh perusahaan militer swasta."
Sebelumnya, sebuah video seorang pria Uzbekistan yang diduga mengemudikan truk militer Rusia ke Ukraina dibagikan secara luas melalui aplikasi perpesanan Telegram.
Pria yang tampaknya berusia 50-an dan mengenakan seragam kamuflase, mengatakan di depan kamera bahwa dia direkrut karena pengalamannya melayani di Afghanistan.
Ia juga mengaku tidak punya pilihan selain mendaftar.
"Ada banyak orang Uzbek di sini yang datang untuk ambil bagian dalam perang. Ada juga orang dari Tajikistan. Kami punya kontrak," kata pria itu.
Setelah dilakukan penyelidikan, pria itu mengkonfirmasi bahwa dia telah ditawari kontrak tiga bulan dengan gaji bulanan 50.000 rubel (Sekira Rp 6,5 juta) dan janji kewarganegaraan Rusia.
Tawaran pekerjaan itu datang dari situs web pendaftaran pekerjaan bernama UzMigrant.
Bakhrom Ismailov, direktur perusahaan UzMigrant, membual dalam video berbahasa Uzbekistan pada 20 Februari.
"Layanan kontrak di tentara Rusia akan memungkinkan seseorang memperoleh kewarganegaraan Rusia dalam tiga bulan," kata Ismailov.(TribunWow.com/Via)