Konflik Rusia Vs Ukraina
Rilis Hasil Survei, Media Rusia Tunjukkan Jumlah Rakyat yang Dukung Putin Invasi Ukraina
Banyaknya aksi protes dari warga Rusia atas invasi Ukraina, rupanya masih belum bisa menyalip jumlah masyarakat yang mendukung.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Namun tampaknya hasil survei tersebut diragukan mengingat ramainya aksi protes yang digelar warga Rusia untuk menentang perang.
Sebanyak 4 ribu aktivis anti perang dikabarkan telah ditangkap sementara 170 orang ditahan di jeruji besi.
Baca juga: Rakyat Rusia Protes Keras atas Penyerangan Militer Ke Ukraina, Beredar Ajakan Turun ke Jalan
Baca juga: Jurnalis Rusia Diinterogasi 14 Jam Tanpa Tidur Gegara Protes di Stasiun TV Milik Pemerintah
Selebriti dan Tokoh Rusia Tolak Perang
Selebriti Rusia, jurnalis dan tokoh masyarakat lainnya telah menyuarakan penentangan terhadap invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina pada hari Kamis, (24/2/2022).
Para aktivis pun turun tangan dan berencana untuk menggelar unjuk rasa anti-perang di pusat kota Moskow.
Sementara itu, bintang pop, pembawa acara televisi, dan sutradara film ramai-ramai mengunggah postingan di Instagram sebagai protes atas perang.
Dilansir The Moscow Times, Kamis (24/2/2022), protes tersebut digaungkan berbagai elemen masyarakat Rusia.
Bahkan, sosialita sekaligus mantan kandidat presiden Kesenia Sobchak juga menyatakan keberatannya.
"Kami orang Rusia akan menghadapi konsekuensi hari ini selama bertahun-tahun lagi," tulis Ksenia Sobchak.
Sebuah petisi anti-perang yang diluncurkan oleh wartawan harian bisnis Kommersant, Elena Chernenko telah mengumpulkan setidaknya 100 tanda tangan wartawan.
Penandatangan petisi tersebut termasuk karyawan media RBC, Novaya Gazeta, Dozhd, Ekho Moskvy, Snob dan The Bell, serta media pemerintah TASS dan RT.
Pemimpin redaksi Novaya Gazeta, Dmitry Muratov mengecam peringatan Putin terhadap campur tangan luar.
Ia juga menggemakan seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy agar Rusia menentang perang.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2021 itu pun mengkhawatirkan potensi perang nuklir yang bisa terjadi.
"Militer memutar 'tombol nuklir' di tangannya seperti gantungan kunci dari mobil mahal. Apakah langkah selanjutnya adalah serangan nuklir? Saya tidak bisa menafsirkan kata-kata Vladimir Putin tentang senjata pembalasan dengan cara lain," kata Dmitry Muratov.