Konflik Rusia Vs Ukraina
Atlet Basket Terkenal AS Hilang di Rusia, Diduga Ditahan saat Dimulainya Perang Ukraina
Seorang atlet basket profesional Amerika Serikat, Brittney Griner, dikabarkan menghilang di Rusia selama sebulan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Seorang atlet basket profesional Amerika Serikat, Brittney Griner, dikabarkan menghilang di Rusia selama sebulan.
Pemain bola basket wanita tersebut diduga ditahan di Moskow sementara perang berkecamuk di Ukraina.
Hingga saat ini, keberadaan Griner masih menjadi tanda tanya lantaran pihak AS tak bisa melacak buntut pemblokiran oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca juga: Ledakkan Lokasi Pengungsian, Rusia Diduga Sengaja Serang Anak-anak Ukraina, Ribuan Orang Tewas
Baca juga: Ungkit Kesaksian Pengungsi, Rusia Minta Media Barat Adil Beritakan Ukraina: Setop Sebar Kebohongan
Dikutip TribunWow.com dari BBC, Kamis (17/3/2022), Griner, terakhir kali terekam CCTV, saat berjalan melewati keamanan bandara sambil membuntuti sebuah koper hitam kecil.
Ia saat itu baru mendarat di bandara Sheremetyevo, di luar Moskow, untuk bermain satu musim dengan liga Rusia.
Dalam rekaman keamanan, dia memakai sepatu lari, celana olahraga hitam dan hoodie hitam dengan tulisan "Black Lives for Peace" di bagian belakang, rambut hitamnya tergantung di bawah melewati bahunya.
Dengan tinggi lebih dari 2 meter, Griner terlihat menjulang dibanding agen bea cukai dan pelancong lainnya.
Dalam bidikan lain, dia terlihat duduk di depan seorang pria yang tampaknya agen bea cukai, menggelengkan kepalanya.
Griner diyakini telah ditangkap oleh pihak berwenang Rusia atas tuduhan penyalahgunaan narkoba.
Namun sebulan setelah penahanannya, tak ada yang diketahui tentang keadaannya.
Ketidakpastian tersebut menuai dukungan publik untuk pemain yang dianggap sebagai pemain bola basket wanita terhebat sepanjang masa itu.
Hal ini juga menimbulkan kemarahan di antara beberapa penggemar yang menganggap aneh terhadap penahanan Griner tersebut.
Sebagai informasi, Griner yang merupakan atlet nasiolan AS, bukan kali pertama berada di Rusia.
Ia rupanya memiliki pekerjaan kedua untuk bermain di tim EuroLeague UMMC Ekaterinburg, tempat dia bekerja sejak 2014 selama musim liga di AS sedang sepi.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, EuroLeague menangguhkan semua tim Rusia, sementara pejabat AS dan WNBA mulai memanggil kembali pemainnya.
Tapi sudah terlambat bagi Brittney Griner, yang diyakini telah memasuki Rusia satu minggu sebelumnya, pada sekitar tanggal 17 Februari.
Sebelumnya, Layanan Bea Cukai Federal Rusia mengatakan lewat siaran pers bahwa pihak berwenang menemukan kartrid vape yang mengandung minyak ganja dalam barang bawaan seorang pemain bola basket Amerika.
Sebuah kantor berita milik negara Rusia, Tass, mengidentifikasi pemain tersebut sebagai Griner.
Pihak berwenang Rusia hanya mengkonfirmasi penahanan Griner pada minggu ketiga bulan Maret.
Meskipun mereka mengungkapkan bahwa dia dihentikan di bandara pada bulan Februari, di mana dia ditahan dengan alasan yang tidak diketahui publik.
Meskipun tidak ada indikasi bahwa penangkapan Griner terkait dengan invasi ke Ukraina, beberapa pejabat AS telah mengindikasikan ketegangan hubungan AS-Rusia dapat membahayakan kepulangannya yang aman.
"Kami tidak ingin Nona Griner menjadi pion dalam pertempuran politik yang sedang dilancarkan di seluruh dunia saat ini," kata anggota Kongres AS John Garamendi, anggota komite angkatan bersenjata DPR.
"Perang di Ukraina pada dasarnya telah memutuskan hubungan diplomatik antara AS dan Rusia. Itu akan memperburuk masalah ini."
Rusia sejauh ini memblokir akses konsuler ke Brittney Griner untuk kedutaan AS.
Nasib Griner pun sampai sekarang masih menjadi tanda tanya, termasuk kebenaran tudingan yang membuatnya ditahan Rusia.
Baca juga: Fyodorov Panas-panasi Putin agar Tembakkan Rudal Balistik ke Laboraturium AS, Yakin Tak Bisa Dibalas
Baca juga: Rusia Balas Dendam Kenakan Sanksi pada 13 Pejabat AS, Mulai dari Joe Biden sampai Hillary Clinton
Jurnalis di Ukraina Tewas Diserang Rusia
Dua jurnalis bernama Pierre Zakrzewski dan Oleksandra Kuvshinova tewas saat sedang bekerja meliput konflik Rusia-Ukraina di Kiev/Kyiv.
Media asal Inggris, Sky News menyebut kedua korban tewas karena serangan artileri pasukan Rusia.
Pierre dan Oleksandra diketahui tewas seusai mobil yang mereka tumpangi terkena tembakan.
Selain Pierre dan Oleksandra, mobil itu juga ditumpangi oleh koresponden Fox News, Benjamin Hall yang berhasil selamat.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, mobil yang ditumpangi oleh para korban diketahui diserang saat berada di bagian luar Kyiv.
Selama ini Pierre bekerja sebagai kameramen yang sudah empat tahun meliput beragam perang yang terjadi di seluruh belahan dunia untuk Fox News.
Sebelum melakukan liputan di Ukraina, Pierre pernah meliput perang di Irak, Afghanistan, dan Suriah.
Kantor berita asal Ukraina, kp.ua menginfokan bahwa kedua korban tewas karena serangan artileri pasukan Rusia di Desa Gorenka.
Namun tidak dijelaskan detail lain terkait serangan tersebut.
Sebelumnya, terdapat dua versi berbeda terkait tewasnya jurnalis asal Amerika Serikat (AS) Brent Renaud (50) di Kota Irpin, Ukraina, pada Minggu (13/3/202) kemarin.
Pemerintah Ukraina menyebut Renaud telah ditembak mati oleh pasukan militer Rusia.
Informasi ini disampaikan oleh Kepala Polisi Kyiv/Kiev, Andriy Nebytov.
Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, Renaud ditembak saat berpergian bersama dua jurnalis lain yang selamat namun mengalami luka-luka.
Juan Arredondo, seorang jurnalis yang saat kejadian bersama Renaud bercerita, saat itu dirinya dan korban sedang merekam para pengungsi.
"Seseorang menawarkan untuk membawa kami ke sisi lain jembatan dan kita menyeberangi pos pemeriksaan, lalu mereka (tentara Rusia) mulai menembaki kami," ungkap Juan.
"Saya melihat dia (Renaud) ditembak di bagian leher," kata Juan.
Kantor berita New York Times menyampaikan ucapan duka terhadap tewasnya Renaud.
Namun New York Times memastikan saat di Ukraina, Renaud tidak sedang melakukan tugas sebagai jurnalis.
New York Times menyampaikan, Renaud terakhir bekerja melakukan publikasi pada tahun 2015 silam.
Sementara itu menurut pemerintah Rusia, Renaud tewas di Irpin karena ditembak tentara Ukraina.
Dikutip dari Tass.com, informasi ini disampaikan oleh representasi permanen Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa, Vasily Nebenzia.
"Saya ingin memastikan dua hal. Pertama, Renaud bukanlah seorang jurnalis," kata Nebenzia.
Nebenzia menyatakan bahwa New York Times juga telah menegaskan bahwa Renaud bukanlah seorang jurnalis.
Ia juga mengungkit aktivitas Renaud di Irpin bukan kegiatan juranlistik.
"Kedua, Iprin dikuasai penuh oleh tentara Ukraina."
"Menurut kesaksian rekan Renaud yang berhasil selamat, tembakkan yang menyasar mobil mereka di lakukan oleh tentara Ukraina," kata Nebenzia.(TribunWow.com/Via/Anung)