Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Balas Dendam Kenakan Sanksi pada 13 Pejabat AS, Mulai dari Joe Biden sampai Hillary Clinton
Pihak Rusia rupanya tak tinggal diam terhadap sanksi yang dijatuhkan pada negara dan para konglomeratnya.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pihak Rusia rupanya tak tinggal diam terhadap sanksi yang dijatuhkan pada negara dan para konglomeratnya.
Sebagai balasan, Rusia kini merilis daftar sejumlah pejabat Amerika Serikat yang juga dikenai sanksi.
Antara lain adalah Presiden AS Joe Biden, putranya Hunter Biden, hingga mantan menteri luar negeri Hillary Clinton.

Baca juga: Presiden Ukraina Zelensky Sebut Permintaan Rusia Semakin Realistis, Sepakat Damai?
Baca juga: Liput Medan Perang Rusia-Ukraina, Jurnalis Perlihatkan Mayat Dibiarkan di Jalan
Dilansir TribunWow.com dari BBC, Rabu (16/3/2022), sanksi tersebut meliputi pelarangan masuk ke wilayah Rusia.
Selain itu, setiap aset di Rusia yang dimiliki para pejabat tersebut akan dibekukan agar tak dapat digunakan.
Menurut pihak Rusia, hal tersebut merupakan bentuk aksi timbal balik atas sanksi yang dikenakan AS pada sejumlah warga negara Rusia akibat invasi ke Ukraina.
Termasuk di antaranya membekukan aset Presiden Vladimir Putin dan orang kepercayaannya, Dmytri Peskov.
Hanya saja, sanksi yang diterapkan Rusia tersebut rupanya tak berlaku secara mutlak.
Pasalnya, apabila diperlukan, maka individu bersangkutan akan tetap diizinkan untuk melakukan kontak dengan pihaknya.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri Rusia masih akan mempertahankan hubungan resmi dengan mereka.
Berikut daftar pejabat AS yang dikenai sanksi oleh Rusia:
1. Presiden AS Joe Biden;
2. Putra Joe Biden, pengacara Hunter Biden;
3. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken;
4. Mantan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton;
5. Menteri Pertahanan As, Lloyd Austin;
6. Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki;
7. Ketua Kepala Staf Gabungan, Mark Milley;
8. Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan;
9. Wakil Penasihat Keamanan Nasional, Daleep Singh;
10. Administrator Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), Samantha Power;
11. Wakil Menteri Keuangan, Wally Adeyemo;
12. Presiden Bank Ekspor-Impor AS, Reta Jo Lewis;
13. Kepala CIA, William Burns.
Selain pejabat AS, rupanya perdana menteri Kanada Jusin Trudeau juga masuk dalam daftar tersebut.
Namun, pihak AS hanya menganggap enteng mengenai sanksi yang dikenakan tersebut.
Dilansir Aljazeera, Selasa (15/3/2022), Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki justru membuat lelucon dari sanksi tersebut.
Ia mengkritik penghilangan akhiran 'junior' pada nama Joe Biden.
Sebagai informasi, Joe Biden memiliki nama yang sama dengan mendiang ayahnya.
Hanya saja, nama Presiden AS diimbuhi akhiran jr. atau junior untuk membedakannya dengan sang ayah.
Jen Psaki menyoroti pihak Rusia yang menghilangkan nama 'junior' tersebut, sehingga seolah-olah menjatuhkan sanksi pada ayah Presiden AS.
"Presiden Biden masih junior, sehingga mereka mungkin telah memberikan sanksi kepada ayahnya, semoga dia (Joe Biden senior) beristirahat dengan tenang," ucap Jen Psaki.
Dengan yakin, Jen Psaki menyatakan sanksi tersebut tak akan memiliki efek secara signifikan.
Karena, para pejabat yang termasuk dalam daftar tak memiliki aset apa pun atau berencana mengunjungi Rusia.
"Tidak ada dari kami yang merencanakan perjalanan wisata ke Rusia, tidak ada dari kami yang memiliki rekening bank yang tidak dapat kami akses, jadi kami akan terus maju," imbuhnya.
Baca juga: Dimintai Tolong Presiden Ukraina untuk Hentikan Rusia dan Putin, Joe Biden Ungkap Sikap AS
Baca juga: Sebut AS Lakukan Penipuan, Putin Salahkan Pihak Barat soal Kenaikan Harga Minyak dan Energi
Putin Yakin Rusia akan Bisa Hadapi Sanksi Global
Sebelumnya, Putin mengatakan sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia akan menjadi bumerang terhadap pihak Barat.
Di antaranya adalah dalam bentuk harga pangan dan energi yang lebih tinggi.
Namun di sisi lain, Moskow justru akan bisa menyelesaikan masalah yang kini dialami dan menjadi negara adi daya.
Dilansir TribunWow.com dari kanal media Aljazeera, Kamis (10/3/2022), Putin mengatakan tidak ada alternatif untuk apa yang disebut Rusia sebagai operasi militer khusus di Ukraina.
Ia tegas mengatakan Rusia bukanlah negara yang akan mengkompromikan kedaulatannya hanya untuk semacam keuntungan ekonomi jangka pendek.
"Sanksi ini akan dikenakan dalam hal apa pun," kata Putin dalam pertemuan dengan jajaran pemerintahan Rusia pada hari Kamis (10/3/2022).
"Ada beberapa pertanyaan, masalah dan kesulitan, tetapi di masa lalu kami telah mengatasinya dan kami akan bisa mengatasinya sekarang."
"Pada akhirnya, ini semua akan mengarah pada peningkatan kemerdekaan, swasembada, dan kedaulatan kami," tegasnya.
Pidato tersebut disiarkan televisi dua minggu setelah pasukan Rusia menginvasi negara tetangga Ukraina.
Putin menggambarkan sanksi Barat sebagai tindakan yang merugikan diri sendiri.
Ia yakin Rusia dapat menahan apa yang disebutnya sebagai perang ekonomi melawan bank, bisnis, dan oligarki bisnisnya.
Putin mengatakan Rusia adalah produsen energi utama yang memasok sepertiga gas Eropa.
Sehingga pihaknya akan terus memenuhi kewajiban kontraktual meskipun telah dikecam dengan sanksi termasuk larangan pembelian minyaknya oleh Amerika Serikat.
"Mereka mengumumkan bahwa mereka menutup impor minyak Rusia ke pasar Amerika. Harga di sana tinggi, inflasi sangat tinggi, telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah," ujar Putin.
"Mereka mencoba menyalahkan hasil kesalahan mereka sendiri pada kami. Kami sama sekali tidak ada hubungannya dengan itu."
Untuk melawan sanksi tersebut, Rusia telah melarang ekspor peralatan telekomunikasi, medis, mobil, pertanian, listrik dan teknologi, dan lain-lain hingga akhir 2022.
Secara total, lebih dari 200 item dimasukkan dalam daftar penangguhan ekspor, mencakup gerbong kereta api, kontainer, turbin, dan barang lainnya.
Namun, Putin juga mengakui bahwa sanksi yang dijatuhkan sejak invasi pertama kini mulai terasa.
"Jelas bahwa pada saat-saat seperti itu permintaan masyarakat untuk kelompok barang tertentu selalu meningkat, tetapi kami tidak ragu bahwa kami akan menyelesaikan semua masalah ini sambil bekerja dengan tenang," yakin Putin.
"Secara bertahap, orang akan menyesuaikan diri, mereka akan mengerti bahwa tidak ada peristiwa yang tidak bisa kita tutup dan selesaikan."(TribunWow.com/Via)