Konflik Rusia Vs Ukraina
Pihak Rusia Tawarkan Uang untuk Tangkap Jurnalis Ukraina, Diduga Serukan Ajakan Bunuh Anak-anak
Pemimpin kelompok separatis Krimea pro Rusia Sergey Aksyonov, mengadakan sayembara untuk menangkap jurnalis Ukraina Fakhrudin Sharafmal.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pemimpin kelompok separatis Krimea Sergey Aksyonov, mengadakan sayembara untuk menangkap jurnalis Ukraina Fakhrudin Sharafmal.
Pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin itu menawarkan 10 juta rubel atau sekitar Rp 1,3 miliar untuk tentara yang berhasil.
Sementara itu, kepala Persatuan Jurnalis Rusia, Vladimir Solovyov, turut mengecam pernyataan Sharafmal yang dinilai menjurus pada genosida.

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-21, Adanya Harapan Damai hingga Intervensi Internasional Makin Rapat
Baca juga: Ukraina Mulai Pakai Teknologi AI untuk Mengidentifikasi Wajah Tentara Rusia dan Korban Perang
Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Rabu (16/3/2022), sebelumnya, rekaman siaran saluran TV Ukraina 24, Sharafmal menyerukan pembalasan atas penyerangan Rusia.
Merujuk tudingan Rusia yang menyebut Ukraina sebagai sarang Nazi dan Fasis, Sharafmal menyinggung perkataan Adolf Eichmann.
Doktrin tersebut menuturkan tentang cara menghancurkan sebuah negara adalah dengan melenyapkan anak-anak mereka.
Pernyataan ini rupanya memicu kemarahan pihak Rusia.
Sampai-sampai Aksyonov mengungkapkan kegeraman melalui saluran resmi Telegram miliknya.
Ia menawarkan hadiah bagi siapa saja yang berhasil menangkap penyiar berita tersebut.
"Hadiah dalam jumlah sepuluh juta rubel akan diterima oleh prajurit tentara Rusia, Garda Nasional dan penduduk Ukraina, yang akan menahan atau menahan dan menyerahkan kepada militer kita baj***n yang memanggil dan bersumpah untuk membunuh anak-anak Rusia. Dana khusus sudah dibentuk, saya jamin pembayaran remunerasi itu," tulis Aksyonov.
Senada dengan Aksyonov, jurnalis senior Rusia Solovyov turut mengecam pernyataan Sharafmal tersebut.
Ia pun mempertanyakan kredibilitas Sharafmal sebagai seorang jurnalis yang seharusnya tetap netral dalam kondisi apa pun.
"Ya, tentu saja, kami melihat siaran ini, bahkan sulit untuk menemukan kata-kata untuk komentar, tetapi, sayangnya, jika seorang jurnalis sampai pada pernyataan seperti itu, maka dia hampir tidak dapat dianggap sebagai jurnalis. Ini sudah merupakan manifestasi jujur dari kebencian, agresi dan, pada kenyataannya, fasisme terhadap orang-orang," kata Solovyov.
Dilansir Fourals, Selasa (15/3/2022), Sharafmal dalam siarannya menyatakan bahwa Ukraina sudah tak membutuhkan kedamaian, namun kemenangan.
"Karena Rusia mengklasifikasikan kami sebagai ‘Nazi’ dan ‘Fasis’, aku akan mengizinkan diriku mengutip dari Adolf Eichmann, yang mengatakan bahwa untuk menghancurkan suatu negara, harus mulai dengan membunuh anak-anaknya," kata Sharafmal.
Sharafmal sendiri mengatakan bahwa dia akan menjadi orang pertama yang memastikan bahwa Rusia tidak lagi berada di bumi ini.
Baca juga: Akui Kaget, Donald Trump Sebut Putin Berubah, Singgung Sikap Presiden Rusia dalam Krisis Ukraina
Baca juga: Meski Nyawanya Terancam, Jurnalis Rusia yang Protes saat Siaran Langsung Enggan Tinggalkan Negaranya
Jurnalis di Ukraina Tewas Diserang Rusia
Dua jurnalis bernama Pierre Zakrzewski dan Oleksandra Kuvshinova tewas saat sedang bekerja meliput konflik Rusia-Ukraina di Kiev/Kyiv.
Media asal Inggris, Sky News menyebut kedua korban tewas karena serangan artileri pasukan Rusia.
Pierre dan Oleksandra diketahui tewas seusai mobil yang mereka tumpangi terkena tembakan.
Selain Pierre dan Oleksandra, mobil itu juga ditumpangi oleh koresponden Fox News, Benjamin Hall yang berhasil selamat.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, mobil yang ditumpangi oleh para korban diketahui diserang saat berada di bagian luar Kyiv.
Selama ini Pierre bekerja sebagai kameramen yang sudah empat tahun meliput beragam perang yang terjadi di seluruh belahan dunia untuk Fox News.
Sebelum melakukan liputan di Ukraina, Pierre pernah meliput perang di Irak, Afghanistan, dan Suriah.
Kantor berita asal Ukraina, kp.ua menginfokan bahwa kedua korban tewas karena serangan artileri pasukan Rusia di Desa Gorenka.
Namun tidak dijelaskan detail lain terkait serangan tersebut.
Sebelumnya, terdapat dua versi berbeda terkait tewasnya jurnalis asal Amerika Serikat (AS) Brent Renaud (50) di Kota Irpin, Ukraina, pada Minggu (13/3/202) kemarin.
Pemerintah Ukraina menyebut Renaud telah ditembak mati oleh pasukan militer Rusia.
Informasi ini disampaikan oleh Kepala Polisi Kyiv/Kiev, Andriy Nebytov.
Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, Renaud ditembak saat berpergian bersama dua jurnalis lain yang selamat namun mengalami luka-luka.
Juan Arredondo, seorang jurnalis yang saat kejadian bersama Renaud bercerita, saat itu dirinya dan korban sedang merekam para pengungsi.
"Seseorang menawarkan untuk membawa kami ke sisi lain jembatan dan kita menyeberangi pos pemeriksaan, lalu mereka (tentara Rusia) mulai menembaki kami," ungkap Juan.
"Saya melihat dia (Renaud) ditembak di bagian leher," kata Juan.
Kantor berita New York Times menyampaikan ucapan duka terhadap tewasnya Renaud.
Namun New York Times memastikan saat di Ukraina, Renaud tidak sedang melakukan tugas sebagai jurnalis.
New York Times menyampaikan, Renaud terakhir bekerja melakukan publikasi pada tahun 2015 silam.
Sementara itu menurut pemerintah Rusia, Renaud tewas di Irpin karena ditembak tentara Ukraina.
Dikutip dari Tass.com, informasi ini disampaikan oleh representasi permanen Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa, Vasily Nebenzia.
"Saya ingin memastikan dua hal. Pertama, Renaud bukanlah seorang jurnalis," kata Nebenzia.
Nebenzia menyatakan bahwa New York Times juga telah menegaskan bahwa Renaud bukanlah seorang jurnalis.
Ia juga mengungkit aktivitas Renaud di Irpin bukan kegiatan juranlistik.
"Kedua, Iprin dikuasai penuh oleh tentara Ukraina."
"Menurut kesaksian rekan Renaud yang berhasil selamat, tembakkan yang menyasar mobil mereka di lakukan oleh tentara Ukraina," kata Nebenzia.(TribunWow.com/Via/Anung)