Konflik Rusia Vs Ukraina
Liput Medan Perang Rusia-Ukraina, Jurnalis Perlihatkan Mayat Dibiarkan di Jalan
Sejumlah mayat tentara Rusia dibiarkan begitu saja di sebuah jalanan di Kota Kharkiv, Ukraina yang kini menjadi medan perang.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Koresponden BBC News Quentin Sommerville bersama kameraman Darren Conway terjun langsung meliput kondisi kota di Ukraina yang menjadi medan perang antara Ukraina dan Rusia.
Selama melakukan liputan di Kharkiv, Quentin menampilkan bagaimana jasad sejumlah tentara Rusia dibiarkan begitu saja terbaring di jalanan.
Kota Kharkiv diketahui terletak di wilayah paling timur Ukraina.

Baca juga: Jurnalis Rusia Diinterogasi 14 Jam Tanpa Tidur Gegara Protes di Stasiun TV Milik Pemerintah
Baca juga: Warga Afrika Pilih Jadi Relawan Perang di Ukraina ketimbang Tinggal di Negara Asal Mereka
Dalam tayangan YouTube BBC News Indonesia, tampak Kota Kharkiv sudah seperti kota mati.
"Kami sekarang udah melintasi garis depan Ukraina," ujar Quentin.
Quentin lalu mendatangi sebuah pom bensin yang rusak akibat serangan pasukan Rusia.
Di dekat pom bensin tersebut terbaring jasad tentara Rusia.
"Lihat lah semua kehancuran di sini," kata Quentin.
"Dan di seluruh wilayah ini banyak bergelimpangan mayat tentara Rusia."
Quentin lalu menunjuk ke jasad tentara Rusia yang terbaring di jalan dan ke titik lain yang juga terdapat jasad tentara Rusia.
"Juga dua mayat lagi di sebelah sana adalah warga Chechnya," kata Quentin.
Quentin menyampaikan, seluruh identitas tentara Rusia tersebut masih lengkap terpasang, hanya saja senjata mereka telah dipindahkan dari sana.
Selanjutnya, Quentin mengunjungi sebuah rumah sakit di Kharkiv.
Tampak para pasien ditempatkan di koridor jauh dari jendela demi mengantisipasi serangan pasukan Rusia.
Di sana terdapat seorang wanita tua mengalami luka di tangan akibat serangan mortir.
Kemudian ada juga bocah berusia delapan tahun bernama Dmitry yang kepalanya terdapat pecahan mortir.
Dmitry tampak tak sadarkan diri terbaring di kasur dan harus menggunakan alat bantu pernapasan.
Seorang prajurit bernama Yegen Gromadsky (21) bercerita bahwa keberadaan pasukan Rusia sangat dekat dengan Kota Kharkiv.
"Anda bisa mendengar mereka menembak ke arah kami, dan kami melakukan tembakan balasan," kata Yegen.
Ia lalu memperlihatkan mobil patroli tentara Ukraina yang berisi senjata seperti peluncur granat kendali buatan Inggris.
Tentara Ukraina yang lain kemudian membahas taktik perang pasukan Rusia.
"Mereka berperang seperti tentara di tahun 1941," kata tentara tersebut.
"Mereka memusatkan serangan di garis depan, mereka tidak melakukan manuver apapun."
"Kami melawan seperti singa, mereka tidak akan menang," ungkapnya.
Saat meliput suasana Kharkiv di malam hari, tampak kota tersebut gelap total hanya ada pencahayaan dari senter dan lampu kendaraan.
Simak videonya:
Jasad Tentara Rusia Dipajang
Tanpa pamit ke anak dan istrinya, pria asal Inggris yakni Ben Spann (36) ikut menjadi relawan tentara untuk membantu Ukraina memerangi pasukan Rusia.
Tak memiliki pengalaman militer dan tak punya keluarga di Ukraina, Ben bermodal nekat datang ke Ukraina.
Sempat mengira apa yang ia lakukan adalah hal yang benar, Ben mengakui sejak dirinya tiba di Ukraina, semua seperti mimpi buruk.

Baca juga: Kutip Kesaksian Rekan Korban, Rusia Sebut Jurnalis AS Justru Ditembak Mati oleh Tentara Ukraina
Baca juga: Ahli Ungkap Tujuan Ukraina Koar-koar Terima Banyak Tentara Sukarelawan yang Ingin Perangi Rusia
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, setelah berangkat dari Inggris ke Polandia, Ben masuk ke Ukraina bersama empat mantan tentara Inggris yang turut menjadi relawan perang di Ukraina.
Setibanya di bagian barat Ukraina, Ben bersama rekan-rekannya sesama relawan tinggal di sebuah rumah kecil tanpa kasur, dan suplai air bersih.
Ben mengaku terkejut karena realita tidak sesuai ekspektasinya.
Ben bercerita, dirinya dan rekan-rekannya mengira akan dijemput dari rumah kecil tersebut dan diberikan perlengkapan perang, namun hal itu tidak terjadi.
Pada suatu malam, Ben dan rekan-rekannya justru disergap oleh tim SWAT Ukraina.
Mereka mencurigai Ben dan rekan-rekannya sebab mereka ternyata belum mendaftar secara resmi bergabung dengan pasukan warga negara asing di Ukraina.
"Kami duduk di sana dengan AK-47 mengarah ke kepala kami selama 20-30 menit," ungkap Ben.
Ben mengatakan, dirinya dan rekan-rekannya kemudian diperiksa oleh tim SWAT Ukraina tersebut.
Begitu tim SWAT Ukraina itu tahu bahwa Ben dan rekan-rekan ben adalah relawan tentara, ketegangan mulai mereda.
Ben menyampaikan, keesokannya, ia pergi mengunjungi markas militer Ukraina.
Pada pos pemeriksaan, Ben melihat jasad dua tentara Rusia dipajang berdiri dengan topi menutupi wajah mereka.
"Ini adalah peringatan kepada pasukan Rusia," ujar Ben.
Ben mengaku pada akhirnya dirinya dan rekan-rekannya gagal mendapatkan bantuan senjata dari pasukan militer Urkaina.
Pada hari ke-lima di Ukraina, Ben mulai merasa sedih karena telah meninggalkan keluarganya di Inggris.
"Ketika para relawan memilih untuk terjun lebih dalam ke Ukraina, saya memilih untuk pulang ke perbatasan," ungkap Ben.
Meskipun tak menyesal sempat pergi ke Ukraina, Ben justru merasa bersalah telah pergi sendirian meninggalkan rekan-rekannya.
Ben lalu menyarankan kepada warga sipil yang ingin menjadi relawan perang di Ukraina agar mengurungkan niat mereka jika tidak memiliki pengalaman militer.
"Saya tidak merekomendasikan warga non militer untuk pergi ke Ukriana," kata Ben.
"Saya kira Anda akan lebih menjadi beban bagi mereka," ujarnya. (TribunWow.com/Anung)