Konflik Rusia Vs Ukraina
Berisi 80 Warga Sipil, Masjid di Ukraina Turut Diserang Pasukan Rusia
Jadi tempat berlindung puluhan warga sipil, sebuah masjid di Mariupol, Ukraina tak luput dari serangan pasukan Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Baru pada Rabu (9/3/2022) kemarin pasukan militer Rusia melakukan serangan terhadap sebuah rumah sakit bersalin di Kota Mariupol, Ukraina.
Pemerintah Rusia pada saat itu berdalih rumah bersalin telah dalam kondisi kosong dan dikuasai kelompok radikalis.
Kini pada Sabtu (12/3/2022), giliran sebuah masjid di Mariupol terkena serangan pasukan Rusia.
Baca juga: 1 Jam Presiden Ukraina Berbicara dengan PM Israel, Zelensky Minta Dibantu Menyelamatkan Tawanan
Baca juga: Tak Gentar, Kakek Nenek Ukraina Omeli dan Usir 3 Tentara Rusia Bersenjata saat Masuk Halaman Rumah
Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, informasi ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Ukraina.
Masjid ini terletak di bagian selatan Kota Mariupol.
Serangan pasukan Rusia terjadi di saat 80 warga sipil mulai dari dewasa dan anak-anak sedang berlindung di dalam masjid tersebut.
Kemenlu Ukraina juga menyampaikan ada warga Turki yang turut berlindung di dalam masjid ketika serangan terjadi.
"Masjid Sultan Suleiman yang luar biasa dan istrinya Roxolana (Hurrem Sultan) di Mariupol telah diserang oleh pasukan Rusia," ujar Kemenlu Ukraina.
Kemenlu Ukraina tidak menjelaskan secara detail adakah korban jiwa dalam insiden tersebut.
Sementara itu pemerintah Rusia terus menyampaikan pihaknya tidak pernah mengincar warga sipil dalam konflik ini.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga pernah menuding pemerintah Ukraina justru mempersulit warga sipil yang ingin mengungsi keluar dari zona konflik.
Terakhir pada Jumat (11/3/2022), Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyatakan ada 1,582 warga sipil yang tewas di Mariupol.
Nasib Ibu Hamil yang Dituduh Rusia Korban Settingan
Sebelumnya diberitakan, pasukan militer Rusia pada Kamis (10/3/2022) melakukan serangan ke sebuah rumah sakit bersalin yang berada di Kota Mariupol, Ukraina.
Serangan ini diketahui menewaskan tiga orang dan melukai 17 warga lainnya.
Pemerintah Rusia berdalih, rumah bersalin yang mereka serang telah dalam kondisi kosong dan dikuasai oleh kelompok radikalis di Ukraina.

Baca juga: Rusia Klaim Foto Ibu Hamil Korban Serangan di Ukraina Hanya Hoaks, Terungkap Fakta Sebenarnya
Baca juga: Sedang Terjerat Kasus Kriminal, Ibu di Inggris Memohon Diberi Waktu Jemput Anaknya di Ukraina
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, pemerintah Rusia juga menuding foto-foto korban yang beredar adalah aktor, bukan korban sungguhan.
Tudingan Rusia itu meliputi foto ibu hamil yang keluar dari rumah bersalin dalam kondisi penuh luka.
Satu dari beberapa ibu hamil yang fotonya beredar luas di dunia maya adalah seorang selebgram kecantikan bernama Marianna Podgurskaya.
Marianna yang dituding sebagai aktor settingan kini dikonfirmasi telah melahirkan.
Ia melahirkan persis satu hari seusai serangan pasukan Rusia menghancurkan rumah bersalin di Mariupol.
Kabar ini dikonfirmasi oleh Olga Tokariuk selaku peneliti yang bekerja di Pusat Analisis Kebijakan Eropa.
"Saya mendapat update dari saudara Marianna," ujar Olga.
Olga bercerita, Marianna telah berhasil melahirkan seorang anak perempuan secara lancar dan selamat.
"Mereka baik-baik saja, tetapi cuaca sangat dingin di Mariupol dan bombardir tak kunjung berhenti," ungkapnya.
Sebelumnya, akun sosial media milik Marianna sempat jadi target serangan oleh warganet yang diduga dimobilisasi oleh pemerintah Rusia.
Marianna dituding merupakan bagian dari konspirasi negara-negara barat bersama Ukraina untuk menjatuhkan Rusia.
Di sisi lain, petugas pemakaman menggotong sejumlah mayat yang dibungkus karpet atau kantong mayat ke parit sepanjang 25 meter di Mariupol, Ukraina.
Baca juga: Nekat Invasi Ukraina, Putin Yakin Sanksi Global akan Buat Rusia Lebih Kuat, Jadi Bumerang bagi Barat
Tumpukan jasad tersebut adalah korban meninggal dari kalangan warga sipil dan tentara Ukraina yang terbunuh akibat pemboman oleh Rusia.
Pejabat setempat yang kewalahan menangani banyaknya korban, akhirnya memutuskan untuk melakukan pemakaman massal.
Diketahui, Mariupol merupakan kota pelabuhan di selatan Ukraina yang intens terkena serangan pasukan Rusia.
Karena posisinya yang dekat dengan laut, Rusia berusaha merebut kota tersebut untuk dapat melumpuhkan Kiev.
Di bawah serangan terus-menerus, pemerintah kota telah menunggu kesempatan untuk memungkinkan penguburan individu dilanjutkan.
Tetapi dengan kamar mayat yang meluap dan banyaknya jasad yang masih berada di rumah penduduk, mereka memutuskan untuk mengambil tindakan.
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Kamis (10/3/2022), tampak sebuah parit dalam dengan panjang 25 meter telah digali di jantung kota.
Terhitung pada hari Rabu, para pekerja membawa 30 mayat yang dibungkus karpet atau kantong plastik sementara 40 lainnya dibawa pada hari Selasa.
Pekerja kota lainnya juga membawa jenazah sehingga jumlah yang dikubur cepat meningkat dan tak terhitung lagi banyaknya.
Korban tewas termasuk korban sipil akibat penembakan di kota serta beberapa tentara.
Pekerja di dinas sosial kota juga telah mengumpulkan jenazah penduduk dari rumah-rumah warga.
Termasuk di antaranya adalah beberapa warga sipil yang meninggal karena penyakit atau penyebab alami.
Tidak ada pelayat atau keluarga di sana, hanya para pekerja yang membuat tanda salib setelah memasukkan mayat ke kuburan masal tersebut.
Rencananya kuburan tersebut akan ditutup pada hari Kamis, jika pemboman berhenti cukup lama untuk memungkinkan para pekerja melakukannya.
Sementara di gerbang kuburan, terlihat seorang wanita yang diberitahu bahwa ibunya termasuk di antara mereka yang dimakamkan di parit.
Wanita itu mengatakan dia meninggalkan tubuh sang ibu tiga hari sebelumnya, di luar kamar mayat dengan label kertas yang bertuliskan namanya.
Dalam serangan udara Rusia di RS Bersalin dan Anak pada Rabu, (9/3/2022), tiga orang termasuk seorang anak tewas dan sedikitnya 17 orang terluka.
Selama invasi terjadi, diperkirakan lebih dari 1.200 warga sipil di Mariupol telah tewas.
Sementara itu, pihak Barat telah memprediksi jumlah pengungsi Ukraina yang tiba di negara-negara tetangga bisa melampaui empat juta dalam beberapa hari.
Sejauh ini, PBB meyakini setidaknya 2,3 juta orang telah meninggalkan rumah mereka sejak konflik dimulai, sebagian besar memasuki Polandia.
Selain Polandia, pengungsi yang lain telah melakukan perjalanan ke Hongaria, Rumania, Slovakia, dan Moldova.
Baca juga: Dapatkah Putin Dituntut atas Kejahatan Perang Rusia terhadap Ukraina? Berikut Penjelasannya
Baca juga: Tuding PBB Sebar Hoaks, Rusia Sebut RS Bersalin Mariupol yang Diserang adalah Sarang Militer Ukraina
RS Bersalin Mariupol Dihancurkan Rusia
Sebuah serangan udara Rusia telah menghancurkan sebuah rumah sakit anak-anak dengan bangsal bersalin di kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, Rabu (9/3/2022)
Insiden itu melukai sedikitnya 17 orang, dan membuat pasien anak-anak serta beberapa orang lain terperangkap reruntuhan.
Serangan ini terjadi ketika Rusia sepakat akan melakukan gencatan senjata untuk membuka koridor kemanusiaan.
Sebelumnya, Rusia telah mengatakan akan menahan tembakan untuk membiarkan ribuan warga sipil melarikan diri dari Mariupol dan kota-kota lain.
Tetapi pada hari yang sama, dewan kota Mariupol mengatakan rumah sakit anak-anak di kotanya justru beberapa kali terkena serangan udara.
Serangkaian ledakan menghancurkan jendela dan sebagian besar fasad rumah sakit anak tersebut.
Tanah berguncang hingga terasa sampai lebih dari 1,5 kilometer jauhnya.
Polisi dan tentara bergegas ke tempat kejadian untuk mengevakuasi korban, membawa seorang wanita hamil dan berdarah di atas tandu.
Wanita lain meratap sambil memeluk anaknya.
Di halaman, mobil hancur terbakar, dan lubang bekas ledakan terlihat begitu dalam.
Kata administrasi militer regional di Donetsk kepada AFP, Serangan itu terjadi saat pasien perempuan sedang melahirkan.
Volodymir Nikulin, seorang pejabat tinggi polisi regional, meninjau reruntuhan rumah sakit.
"Hari ini Rusia melakukan kejahatan besar,” kata Volodymir Nikulin dikutip TribunWow.com dari Aljazeera, Kamis (10/3/2022).
"Ini adalah kejahatan perang tanpa pembenaran apapun."
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menulis di Twitter bahwa ada orang-orang, anak-anak di bawah reruntuhan dan menyebut serangan itu sebagai kekejaman.
Video yang dibagikan oleh Zelensky menunjukkan lorong-lorong yang dicat dengan ceria dipenuhi dengan reruntuhan bangunan.
"Mariupol. Serangan langsung pasukan Rusia ke Rumah Sakit Bersalin. Orang-orang dan anak-anak terperangkap di bawah reruntuhan. Kejam! Berapa lama dunia akan membiarkan teror yang terjadi? Tutup langit sekarang! Hentikan pembunuhan! Kalian punya kekuatan tapi sepertinya kehilangan rasa kemanusiaan," tulis @ZelenskyyUa, Rabu (9/3/2022).
Di pihak Rusia, Kementerian Luar Negeri tidak menyangkal serangan itu.
Hanya saja, pihak Rusia menuduh batalion nasionalis Ukraina menggunakan rumah sakit untuk mengatur posisi menembak setelah memindahkan staf dan pasien.
Tindakan itu pun mendapat kecaman internasional, seperti halnya AS yang mengecam penggunaan kekuatan biadab terhadap warga sipil, sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut serangan itu dengan istilah bejat.
Seorang juru bicara PBB mengatakan tidak seharusnya ada fasilitas kesehatan yang menjadi target.
(TribunWow.com/Anung/Via)