Konflik Rusia Vs Ukraina
1 Jam Presiden Ukraina Berbicara dengan PM Israel, Zelensky Minta Dibantu Menyelamatkan Tawanan
Selama 1 jam, Presiden Ukraina Zelensky berbicara langsung dengan PM Israel Naftali Bennet.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Sudah dua minggu berlalu sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer spesial di Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.
Hingga Sabtu (12/3/2022) serangan pasukan militer Rusia di Ukraina masih terus berlangsung.
Diketahui pada hari Sabtu (12/3/2022), Zelensky mengaku telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennet.
Baca juga: Terungkap Cara Rusia Rekrut Tentara Bayaran untuk Hadapi Ukraina, Ada Kelompok Wagner
Baca juga: Cari Stok Obat, Gadis Ukraina dan Ibunya yang Sakit Tewas Diberondong Tank Rusia
Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, juru bicara PM Israel menyampaikan, perbincangan antara Zelensky dan Bennet berlangsung hingga satu jam.
Lantas apa yang dibahas oleh Zelensky dan Israel?
Zelensky lewat cuitan akun Twitter-nya mengaku membahas soal invasi yang dilakukan oleh Rusia dan prospek untuk negosiasi damai dengan Rusia.
Tak hanya itu, Zelensky juga meminta kepada Bennet bantuan untuk menyelamatkan Walikota Melitopol yang ia sebut kini tengah menjadi tawanan.
Di sisi lain, jubir PM Israel menjelaskan, perbincangan tersebut membahas cara-cara untuk menghentikan konflik di Ukraina.
Ia juga menggarisbawahi bahwa Israel melakukan segala upaya untuk membantu menyelesaikan konfil Ukraina-Rusia.
Seusai Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022), Ukraina menerima simpati dan bantuan dari banyak negara, khususnya negara-negara barat.
Israel adalah satu dari banyak negara yang turut memberikan bantuan kepada Ukraina.
Namun ada suatu permasalahan sehingga pemerintah Ukraina sempat mengeluhkan soal bantuan yang diberikan oleh Israel.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.tv, keluhan tersebut disampaikan oleh Duta Besar Ukraina untuk Israel, Yevgen Korniychuk.
Korniychuk mengutarakan kekecewaannya karena pemerintah Israel enggan memberikan bantuan pertahanan.
Di hadapan para wartawan di Tel Aviv, Korniychuk lalu mengenakan helm bantuan Israel sambil menyampaikan sebuah sindiran.
"Tolong beri tahu saya bagaimana Anda bisa membunuh dengan benda ini? Ini tidak mungkin. Jadi saya tidak tahu apa yang ditakuti orang-orang ini," ujar Korniychuk pada Senin (7/3/2022) waktu setempat.
Kendati demikian, Korniychuk tetap menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Perdana Menteri Israel Naftali Bennett terkait upaya Israel menjadi mediator.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengumumkan pembentukan sebuah pasukan baru untuk menghadapi invasi pasukan Rusia.
Pasukan baru Ukraina itu memiliki nama Legiun Internasional Pertahanan Teritorial Ukraina.
Legiun tersebut diketahui beranggotakan warga negara lain yang suka rela ingin datang ke Ukraina untuk menghadapi pasukan Rusia.
Zelensky juga telah menghilangkan kewajiban visa untuk sementara bagi warga negara lain yang mau bergabung dengan Ukraina melawan Rusia.
Kebijakan ini efektif berlaku mulai Selasa (1/3/2022) hingga status darurat militer berakhir.
Berdasarkan informasi dari media asal Jerusalem, The Jerusalem Post, ajakan bergabung ini sempat disuarakan oleh Kedutaan Besar Ukraina untuk Israel di Tel Aviv.
Pengumuman disampaikan lewat akun media sosial Kedutaan Ukraina.
"Perhatian untuk mereka yang ingin bergabung melindungi Ukraina dari agresi militer Rusia! Wahai saudara dan masyarakat Israel serta warga negara lain yang saat ini ada di Israel! Kedutaan Ukraina telah memulai mendata sukarelawan yang ingin bergabung untuk berperang melawan Rusia," papar Kedutaan Besar Ukraina untuk Israel di akun Facebook resminya.
Selain ajakan, Kedutaan Ukraina juga menyertakan alamat email bagi warga yang tertarik bergabung datang ke Ukraina melawan Rusia.
Namun unggahan ini langsung dihapus tak lama setelah dipublikasikan.
Kementerian Luar Negeri Israel dan juru bicara pasukan militer Israel (Israel Defense Force) menolak menanggapi apa yang dilakukan oleh Kedutaan Ukraina.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss mendukung apa yang dilakukan oleh Ukraina.
Truss bahkan mendukung warga negara Inggris yang mau datang ke Ukraina untuk melawan Rusia.
Viral Video Wali Kota di Ukraina Diculik
Walikota Melitopol, Ukraina, dikabarkan telah diculik oleh tentara Rusia, pada Jumat (11/3/2022).
Sebuah video rekaman CCTV viral mendukung tudingan tersebut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pun angkat bicara dan mengecam penahanan Walikota Ivan Fedorov.

Baca juga: Putin Tahan 2 Pejabat Intelejen Rusia dan Pecat 8 Komandan Buntut Terhambatnya Invasi ke Ukraina
Baca juga: Dituduh Rusia Jadi Korban Settingan, Ini Nasib Ibu Hamil di Ukraina yang Fotonya Viral
Peristiwa tersebut dibagikan Lembaga Pelayanan Komunikasi Khusus dan Perlindungan Informasi Ukraina melalui sebuah video di akun Twitter resminya @dsszzi, Jumat (11/3/2022).
Terlihat dalam video tersebut, seorang laki-laki mengenakan setelah hitam, digelandang keluar dari sebuah gedung.
Ia diapit dua orang tentara yang memegangi di kanan-kirinya dan berjalan dengan cepat.
Beberapa orang tentara bersenjata lain mengikuti di belakangnya.
Sementara, orang-orang hanya bisa terdiam memandang penculikan di siang bolong tersebut.
"Penjajah menculik wali kota Melitopol yang menolak untuk menyerahkan kota tersebut pada mereka," tulis @dsszzi.
Dikutip TribunWow.com dari NPR, Sabtu (12/3/2022), Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut insiden itu sebagai kejahatan perang di bawah Konvensi Jenewa.
Menurut parlemen Ukraina, Fedorov ditahan oleh sekitar 10 orang saat berada di pusat kota.
"Selama penculikan Fedorov, mereka menaruh kantong plastik di kepalanya," bunyi keterangan tersebut.
Kementerian telah meminta komunitas internasional untuk membantu membebaskan Fedorov.
Pihaknya juga dengan hati-hati mendokumentasikan sejumlah dugaan kejahatan perang Rusia.
Bukti tersebut nantinya akan digunakan dalam pengadilan internasional.
"Pasukan Rusia, yang telah meluncurkan serangan rudal dan bom terhadap fasilitas dan infrastruktur sipil di Ukraina, termasuk rumah sakit dan sekolah anak-anak, selama dua minggu, secara sinis menuduh walikota 'terorisme'," tulis kementerian tersebut.
"Fakta penculikan walikota Melitopol, bersama dengan ratusan fakta kejahatan perang lainnya oleh penjajah Rusia di tanah Ukraina, sedang didokumentasikan dengan hati-hati oleh lembaga penegak hukum. Pelaku ini dan kejahatan lainnya akan dibawa ke pengadilan. tanggung jawab yang paling berat."
Sementara, dalam sebuah video yang diposting ke Telegram pada Jumat malam, Zelensky menyoroti peristiwa tersebut.
Ia mengecam penculikan itu sebagai tindak kejahatan terhadpa demokrasi yang dilakukan Rusia.
"Di sini adalah dunia demokrasi, oleh karena itu penangkapan wali kota Melitopol adalah kejahatan tidak hanya terhadap orang tertentu. Tidak hanya terhadap komunitas tertentu. Dan tidak hanya terhadap Ukraina. Ini adalah kejahatan terhadap demokrasi," kata Zelensky.
"Jelas, ini adalah tanda kelemahan penjajah."
"Mereka tidak menemukan kolaborator yang akan menyerahkan kota dan kekuasaan kepada penjajah. Oleh karena itu, mereka telah beralih ke tahap teror baru ketika mereka mencoba untuk secara fisik melenyapkan perwakilan dari otoritas lokal Ukraina yang sah," pungkasnya.
(TribunWow.com/Anung/Via)