Konflik Rusia Vs Ukraina
Facebook dan Instagram Persilakan Netizen Tulis Ujaran Kebencian ke Putin dan Rusia
Media sosial (medsos) yang tergabung di bawah Meta seperti Facebook dan Instagram kini melonggarkan aturan ujaran kebencian terhadap Putin dan Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Serangan bertubi-tubi terus diterima oleh Rusia seusai Presiden Vladimir Putin melakukan operasi militer spesial di Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.
Bentuk serangan terhadap Ukraina dilakukan lewat beragam cara mulai dari sanksi ekonomi hingga serangan di dunia maya seperti peretasan dan pemblokiran.
Kini media sosial (medsos) yang berada di bawah Meta yakni Facebook dan Instagram diketahui telah melonggarkan aturan soal ujaran kebencian terhadap Putin dan Rusia.

Baca juga: Pemakaman Masal hingga Warga Berkelahi demi Makanan, Ini Kondisi Kota di Ukraina yang Dikepung Rusia
Baca juga: Zelensky Bantah Keras Klaim Rusia soal Penemuan Senjata Pemusnah Massal di Ukraina: Saya Ayah 2 Anak
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Meta diketahui telah mengirim email ke moderator yang berisi penjelasan bahwa konten politis yang biasanya dilarang saat ini diperbolehkan.
Konten yang dilarang hanya konten yang berisi ujaran kebencian terhadap warga sipil Rusia dan jika konten tersebut berisi detail rencana aksi kejahatan, contohnya rencana pembunuhan Putin.
Pengendoran aturan ujaran kebencian ini juga berlaku terhadap Presiden Belarus, Alexander Lukashenko.
Diketahui, pelonggaran aturan ini telah terjadi di Armenia, Azerbajian, Estonia, Georgia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Polandia, Romania, Rusia, Slovakia, dan Ukraina.
Di sisi lain, sudah seminggu berlalu sejak pemerintah Rusia menyatakan memblokir Facebook di negaranya.
Sebelumnya, tokoh-tokoh kenamaan Rusia dan Ukraina merespons konflik yang terjadi di antara dua negaranya.
Media sosial belakangan ini dipenuhi pesan-pesan dan video yang mengecam serangan Rusia terhadap Ukraina.
Unggahan tersebut ramai digaungkan dengan berani, mengabaikan risiko atas penentangan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dilansir The Guardian, Sabtu (26/2/2022), sejumlah influencer terkenal Rusia menyatakan sikap penetangan terhadap perang.
Putri Dmitry Peskov, sekretaris pers Vladimir Putin, memposting pesan bertuliskan 'Katakan tidak untuk perang' di Instastory-nya, sebelum kemudian segera menghapusnya.
Aktor kenamaan Rusia, Max Galkin, suami Alla Pugacheva, mengunggah postingan berlatar hitam di Instagram dan pesan “Нет ойне!” (“tidak berperang!”) kepada 9,4 juta pengikutnya.
Baca juga: Tumpukan Jasad Korban Perang Ukraina Dimakamkan Massal, Mayat Dibungkus Kantong Plastik
Perancang busana Svetlana Taccori meluangkan waktu dari pekan mode Milan untuk memposting foto memegang bendera Ukraina dengan pesan senada.
Influencer Lova Olala melukis bendera Rusia dan Ukraina di setiap pipi dan tulisan "Saya tidak punya apa-apa untuk dikatakan".
Wartawan independen Rusia Ilya Varlamov telah memposting foto dan video reguler yang menyoroti kebrutalan Rusia, menyerukan penghentian kekerasan di Ukraina.
Niki Proshin (27), seorang TikToker Rusia dengan 750.000 pengikut, mulai memposting tentang invasi ke Ukraina segera setelah pasukan Rusia melintasi perbatasan.
Dia mengunggah video di TikTok yang membahas soal pertanyaan yang diterima dari para pengikutnya.
Proshin berbicara tentang perang, dan tentang kemarahannya terhadap tindakan Putin melancarkan serangan militer di malam hari.
"Menunjukkan pendapat saya secara publik (dapat) membantu orang asing lebih memahami orang Rusia dan membantu menjaga jembatan antara orang normal di luar Rusia, dan orang normal di Rusia,” kata Proshin.
Unggahan tersebut diikuti dengan video lain, yang diambil langsung saat ia mengikuti protes jalanan di kota asalnya, St Petersburg.
Influencer Xenia Tchoumitcheva, yang lahir di kota pegunungan Magnitogorsk, Rusia, memilih gambar hitam putih dari espresso sebagai latar belakang pernyataannya tentang invasi.
"Dalam pembuluh darah saya mengalir darah Rusia dan Ukraina," tulis Tchoumitcheva.
"Saya tidak memiliki pengetahuan atau pendapat politik, tetapi yang bisa saya katakan adalah: Saya selalu menentang perang dan untuk rakyat," tulisnya kepada 2 juta pengikutnya.
Risiko bagi para influencer, selebritas, dan jurnalis Rusia dalam berbicara menentang diktator Rusia itu sangat jelas.
Mereka yang tidak mengikuti keputusan pemerintah, bisa saja ditangkap atau menerima nasib lebih buruk.
Mengingat pernyataan kepada jutaan orang di Instagram atau TikTok dapat menimbulkan kerusakan reputasi yang cukup besar pada klaim persatuan Putin atas penyerangan yang dilakukan.
Influencer Ukraina yang tinggal di negara itu telah menyesuaikan konten mereka agar sesuai dengan keadaan yang berubah di bawah bayang-bayang invasi.
Hingga kemarin, selebgram Anna Prytula masih mengunggah konten kemewahan seperti selebgram lain pada umumnya.
Ia pun memiliki jutaan pengikut yang terdiri dari 71% orang Ukraina, dan 16% di antaranya adalah orang Rusia.
Namun setelah Rusia melancarkan invasi, lewatlah foto-foto glamor di luar hotel mewah, berganti kotak merah mencolok dengan teks putih: "Pukul 5 pagi Rusia menyerang wilayah Ukraina".
InstaStory Anna Prytula segera berubah dari pandangan sekilas ke dalam kehidupan glamornya menjadi rekaman rudal yang menghujani tanah airnya, permohonan kepada NATO untuk campur tangan, dan saran tentang cara mencari bantuan dan di mana harus bersembunyi.
Perubahan juga terjadi pada beberapa influencer lain yang mengunggah konten terkait perang tersebut.
Travel Blogger Ukraina Elena Mandziuk, menunjukkan kepada jutaan pengikutnya cara membuat bom molotov di InstaStory-nya.
Mary Furtas, seorang pengusaha Ukraina dengan hampir 55 ribu pengikut, memutar permohonan politik secara terbuka pada 19 Februari di akunnya.
Pada hari Rusia menginvasi Ukraina, ia juga memasang kotak merah dengan tulisan "Setiap orang Rusia bertanggung jawab untuk ini."
Selebriti Rusia Nyatakan Penolakan
Selebriti Rusia, jurnalis dan tokoh masyarakat lainnya telah menyuarakan penentangan terhadap invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina pada hari Kamis, (24/2/2022).
Para aktivis pun turun tangan dan berencana untuk menggelar unjuk rasa anti-perang di pusat kota Moskow.
Sementara itu, bintang pop, pembawa acara televisi, dan sutradara film ramai-ramai mengunggah postingan di Instagram sebagai protes atas perang.
Dilansir The Moscow Times, Kamis (24/2/2022), protes tersebut digaungkan berbagai elemen masyarakat Rusia.
Bahkan, sosialita sekaligus mantan kandidat presiden Kesenia Sobchak juga menyatakan keberatannya.
"Kami orang Rusia akan menghadapi konsekuensi hari ini selama bertahun-tahun lagi," tulis Ksenia Sobchak.
Sebuah petisi anti-perang yang diluncurkan oleh wartawan harian bisnis Kommersant, Elena Chernenko telah mengumpulkan setidaknya 100 tanda tangan wartawan.
Penandatangan petisi tersebut termasuk karyawan media RBC, Novaya Gazeta, Dozhd, Ekho Moskvy, Snob dan The Bell, serta media pemerintah TASS dan RT.
Pemimpin redaksi Novaya Gazeta, Dmitry Muratov mengecam peringatan Putin terhadap campur tangan luar.
Ia juga menggemakan seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy agar Rusia menentang perang.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2021 itu pun mengkhawatirkan potensi perang nuklir yang bisa terjadi.
"Militer memutar 'tombol nuklir' di tangannya seperti gantungan kunci dari mobil mahal. Apakah langkah selanjutnya adalah serangan nuklir? Saya tidak bisa menafsirkan kata-kata Vladimir Putin tentang senjata pembalasan dengan cara lain," kata Dmitry Muratov.
"Hanya gerakan anti-perang Rusia yang dapat menyelamatkan kehidupan di planet ini," imbuhnya.
Kemudian, koalisi 30 media independen Rusia menyatakan penentangan terhadap tindakan yang disebut sebagai pembantaian yang dimulai oleh kepemimpinan Rusia.
Menolak intervensi dari pihak mana pun, koalisi media tersebut menyatakan akan menyampaikan berita secara aktual dan sesuai fakta.
"Kami berjanji bahwa kami akan jujur tentang apa yang terjadi selama kami memiliki kesempatan,” tulis koalisi Syndicate-100. (TribunWow.com/Anung/Via)