Konflik Rusia Vs Ukraina
Cerita Mahasiswa India Tertahan di Kharkiv karena Serangan Rusia: Tidak Ada yang Menyelamatkan Kami
Satu di antara mahasiswa asal India di Ukraina yang bernama Soumya Thomas (22) menceritakan kondisi saat invasi Rusia.
Editor: Lailatun Niqmah
"Beberapa menit kemudian kami mengetahui bahwa Naveen telah meninggal."
Ia berkata mereka melompat ke dalam taksi dan melarikan diri.
Di atas kereta, katanya, orang-orang berdesakan di dalam kompartemen sehingga tidak tempat untuk duduk, dan bahkan untuk berdiri.
"Tidak ada tempat untuk berdiri dan kami sudah kehabisan makanan dan air," kata Robin kepada BBC melalui pesan singkat saat ia berada di kereta.
Di kampung halamannya di India, orang tuanya sangat mengkhawatirkannya, katanya.
Mereka saling berkontak lewat WhatsApp, bertukar pesan secara sporadis sehingga Robin dapat menghemat baterai ponselnya.
"Kami menghadapi peluang yang tampaknya mustahil tetapi saya masih berharap kami semua akan dievakuasi sesegera mungkin."
Adapun orang tuanya, mereka terus menunggu dengan cemas, ia berkata: "Apa lagi yang bisa mereka lakukan?"
Ribuan mil jauhnya di India, para orang tua yang cemas dan tidak berdaya terpaku pada layar televisi mereka, menyaksikan pesawat tempur, tentara dengan senjata, dan ledakan mortir - saat mereka menunggu dengan gelisah pesan panik atau panggilan berikutnya dari anak-anak mereka.
"Ini sangat mengerikan, kami bicara dengan putri kami setiap hari tetapi tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolongnya," kata ayah Soumya, Biju Thomas, di negara bagian Kerala, India selatan.
Ia berkata sudah menghubungi pejabat dari pemerintah India tetapi diberi tahu bahwa Soumya harus berusaha untuk sampai ke kota perbatasan.
Jadi mereka berharap putri mereka bisa naik kereta ke Lviv.
"Sisanya kami serahkan kepada Tuhan," kata Thomas.
Beberapa orang tua, seperti Asif Ansari di negara bagian utara Uttar Pradesh, sudah menyarankan anak-anak mereka untuk pulang ketika ketegangan antara Rusia dan Barat mulai meningkat beberapa minggu yang lalu.
Ansari mengatakan ia meminta putranya yang berusia 18 tahun, Noman, yang juga seorang mahasiswa di Universitas Kedokteran Kharkiv, untuk pulang.