Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Terdesak, Ukraina Minta NATO Beri Garansi Keselamatan dari Rusia jika Tak Menjadikannya Anggota

Ukraina telah menerima pengiriman senjata dari negara anggota NATO untuk membantu menahan invasi militer skala penuh yang dilancarkan oleh Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Instagram @zelenskiy_official
Potret Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, diunggah Selasa (1/3/2022). Zelensky meminta NATO memberikan garansi keamanan jika tak menjadikan Ukraina anggota. 

TRIBUNWOW.COM - Ukraina telah menerima pengiriman senjata dari negara anggota NATO untuk membantu menahan invasi militer skala penuh yang dilancarkan oleh pasukan Rusia.

Sementara, pihak Barat juga telah memberlakukan sanksi terhadap ekonomi Rusia.

Namun Presiden Ukraina Voldymyr Zelensky tetap mendesak masyarakat internasional untuk berbuat lebih banyak, termasuk memberlakukan zona larangan terbang.

Kolase potret Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Minggu (27/2/2022).
Kolase potret Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Minggu (27/2/2022). (AFP/Alexei Druzhinin/SPUTNIK)

Baca juga: China Ungkap Solusi Selesaikan Konflik Ukraina-Rusia: Sesegera Mungkin untuk Meredakan Situasi

Baca juga: Pasca Putin Lakukan Invasi ke Ukraina, Warga Rusia Mulai Rasakan Sanksi Ekonomi: Saya Takut di Sini

"Ini bukan tentang menyeret negara-negara NATO ke dalam perang. Sebenarnya semua orang telah lama terseret ke dalam perang dan jelas bukan oleh Ukraina, tetapi oleh Rusia dalam perang skala besar sedang terjadi," kata Zelensky dilansir Reuters, Rabu (2/3/2022).

Ukraina telah menekan NATO untuk mempercepat peresmian negaranya sebagai anggota.

Langkah ini ditentang keras oleh Rusia dan disebut-sebut sebagai satu alasan Moskow meluncurkan serangan.

"Untuk mitra kami, jika mereka tidak siap untuk membawa Ukraina ke NATO, karena Rusia tidak ingin Ukraina berada di NATO, harus mengusahakan jaminan keamanan bersama untuk Ukraina," kata Zelensky.

"Ini berarti bahwa kami memiliki integritas teritorial kami, perbatasan kami dilindungi, kami memiliki hubungan khusus dengan semua tetangga kami, kami sepenuhnya aman, dan penjamin yang memberi kami keamanan, mereka menjamin ini secara hukum."

Sementara Ukraina telah berdiri sendiri di medan perang, ia telah menekan Eropa untuk mengakui bahwa keamanannya sendiri terkait dengan keamanan Barat.

"Sangat penting untuk mengetahui bahwa jika Ukraina jatuh, maka semua pasukan (Rusia) akan berada di perbatasan negara-negara anggota NATO, dan kalian akan menghadapi kekhawatiran yang sama," kata Zelensky.

Zelensky mengatakan bahwa sekutu Ukraina telah menawarkan pembiayaan untuk menopangnya selama perang.

Namun ia tetap mendesak mereka untuk bertindak cepat.

"Kami memiliki perang setiap hari, kami membutuhkan bantuan setiap hari," tutur Zelensky.

"Tidak banyak waktu untuk berdiskusi."

Baca juga: Sebelum Menyerang Ukraina, Rusia Minta Warga Sipil Pergi dari Rumah

Baca juga: Pusat Kota Kharkiv Hancur, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky: Rusia adalah Negara Teroris

Bom Atom Ekonomi Dijatuhkan ke Rusia

Aliansi negara Sekutu mengenakan sanksi ekonomi yang semakin keras terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Target terbarunya melibatkan pelarangan akses Rusia ke SWIFT, singkatan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication.

Hal ini menjadi sanksi ekonomi terbesar hingga disebut sebagai bom nuklir untuk melumpuhkan sistem keuangan Rusia.

Dilansir ABC News, Minggu (27/2/2022), Amerika dan sejumlah negara lain telah menyetujui pembatasan akses Rusia ke SWIFT.

Pasalnya, Presiden Rusia Vladimir Putin masih enggan menarik pasukannya dari Ukraina.

Adapun SWIFT adalah sistem pengiriman pesan yang didirikan pada tahun 1973 yang memungkinkan lembaga keuangan besar untuk saling mengirim uang.

Sistem yang berbasis di Belgia ini digunakan oleh lebih dari 11 ribu bank dan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara dan wilayah, termasuk Rusia.

SWIFT menangani 42 juta pesan sehari, memfasilitasi transaksi senilai triliunan dolar.

Menurut Financial Times, Rusia menyumbang 1,5% dari transaksi SWIFT pada tahun 2020.

Pada Sabtu (26/2/2022) malam, Gedung Putih mengumumkan bahwa AS akan memutuskan beberapa bank Rusia dari SWIFT dalam kemitraan dengan Komisi Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Inggris dan Kanada.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis, pihak Amerika menyebut bahwa tindakan ini akan melumpuhkan sistem finansial Rusia.

"Melakukan tindakan pembatasan yang akan mencegah Bank Sentral Rusia menyebarkan cadangan internasionalnya dengan cara yang merusak dampak sanksi dari kami," bunyi pernyataan tersebut.

"Ini akan memastikan bahwa bank-bank ini terputus dari sistem keuangan internasional dan membahayakan kemampuan mereka untuk beroperasi secara global."

Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa Uni Eropa akan ikut memilah bank mana saja yang diputus dari SWIFT.

Beberapa ahli percaya bahwa memberikan sanksi kepada bank seperti yang telah dilakukan AS dan sekutu sejauh ini adalah cara yang efektif untuk membekukan aset Rusia.

Pasalnya, jika tidak ada uang untuk dipindahkan, sistem transaksi Rusia ke luar akan menjadi kacau.

Di sisi lain, negara-negara Eropa kemungkinan akan menghadapi dampak negatif terhadap ekonomi mereka sendiri dari sanksi SWIFT.

Jerman, khususnya, yang selama ini memiliki ketergantungan pada pasokan gas dan minyak Rusia. (TribunWow.com/ Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
UkrainaKonflik Rusia Vs UkrainaRusiaNATOVolodymyr ZelenskyVladimir Putin
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved