Terkini Daerah
Sosok Tili Pria Penakluk Buaya di Palu Akhirnya Pulang ke Sragen, Bakal Ajak Jalan-jalan sang Ibu
Sosok Tili, pria yang viral setelah bebaskan buaya berkalung ban di Palu akhirnya kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Sragen.
Editor: Rekarinta Vintoko
Selanjutnya, demi menenangkan hati sang ibu, Tili menyampaikan agar ia segera tidur.
Tili juga berpesan agar ibunya tidak terlalu memikirkan banyak hal.
"Yo wis ndang bobok (ya sudah segeralah tidur), rasah mikir sing-sing (gak usah mikir yang tidak-tidak)," kata Waginem menirukan pernyataan sang anak.
Kemudian telfon dimatikan oleh Tili.
Baca juga: Ditonton Ratusan Orang hingga Jalan Macet Total, Begini Potret Evakuasi Buaya Berkalung Ban di Palu
Percakapan tersebut, menjadi kali pertama Waginem bisa mendengar secara langsung kabar dari Tili.
Meski singkat, namun percakapan tersebut mampu mengobati sedikit kerinduan Waginem.
"Perasaannya ya senang, bisa telfon langsung," ucapnya.
Doa Waginem untuk bertemu langsung dengan Sang anak pun akhirnya terwujud.
Tili akan pulang ke rumahnya, di Dukuh Pondok, RT 19, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Sragen hari ini, Senin (21/2/2022).
Tili kabarnya akan menempuh perjalanan udara dari Palu menuju ke Surabaya.
Dari Surabaya, Tili dikabarkan akan sampai di rumah sekitar pukul 21.00 WIB.
Doa Ibu Dijawab
Tili (35) seorang pria pemberani yang menyelamatkan seekor buaya besar di Palu akan pulang ke Sragen pada Senin (21/2/2022) hari ini.
Kepulangan Tili menang sangat dinanti-nantikan oleh keluarganya di Sragen.
Karena Tili terakhir pulang pada tahun 2009, yang kemudian tidak dapat berkomunikasi karena handphonenya hilang sejak 7 tahun lalu.
Kini, moment kepulangan Tili sangat disambut bahagia oleh keluarga di rumah, terutama Waginem, sang ibu tercinta.
Kakak Tili, Tarumi (42) mengatakan sang adik diperkirakan sampai di rumah pada malam hari.
Kemarin sudah telfon, ngabari kalau hari ini pulang, tadi pagi telfon lagi, berangkat dari rumah jam 08.00 sampai bandara jam 09.00," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (21/2/2022).
"Katanya perkiraan sampai di rumah sekitar pukul 21.00, turunnya di Surabaya, kalau di Solo katanya harus transit dulu, paling cepat ya turun di Surabaya katanya," tambahnya.
Tarumi sendiri tidak mengetahui secara pasti, apakah Tili juga akan mengajak keluarga kecilnya pulang ke Sragen.
"Itu kan sudah urusan Tili, yang penting adik saya pulang dengan selamat, saya sudah alhamdulillah," jelasnya.
Ungkapan kebahagiaan terpancar dari wajah Waginem, yang kini sudah memasuki usia senja itu.
Ia dengan antusias menunggu kedatangan Tili di teras rumahnya, bahkan sejak pagi hari.
Diketahui, sebelumnya Waginem menderita sakit, bahkan tak sanggup untuk bangun dari tempat tidur.
Mendengar hari ini sang putra pulang ke rumah, kondisinya semakin membaik, bahkan kini sudah dapat duduk di depan rumahnya.
"Ya senang mendengar kabar Tili pulang," ucap Waginem singkat.
Ia mengatakan tak ada persiapan khusus untuk menyambut kedatangan sang putra bungsu.
"Tidak ada persiapan khusus, namanya orang tidak punya, juga tidak masak-masak, yang penting Tili bisa pulang dengan selamat saja, saya sudah senang," jelas dia.
Ibu : Le Aku Kangen
Aksi Tili, wong sragen penyelamat buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi, ternyata menyimpan kisah haru.
Di kampung halaman Sragen, sang ibunda Tili menyimpan haru.
Selama belasan tahun tak bertemu, membuat Waginem merindu dengan sosok putranya Tili (35).
Diketahui, Tili sudah lama meninggalkan kampung halamanya di Kabupaten Sragen kerana mencoba peruntungan hidup bersama istrinya di Sulawesi.
Sang ibu, Waginem menuturkan jika Tili terakhir pulang ke Sragen pada tahun 2009 ketika sang ayah meninggal dunia.
"Sudah lama tidak pulang, terakhir pulang saat bapaknya meninggal, sekarang tidak bisa dihubungi, sudah 7 tahun tidak bisa menghubungi," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (11/2/2022).
Dengan begitu, kini kurang lebih 13 tahun Waginem tak bertemu sang anak, dan perasaan rindu pun muncul dibenak sang ibu.
Sang ibupun langsung mencurahkan segala kerinduannya kepada sang anak ketika ditemui di rumahnya di Dukuh Pondok, RT 19/RW 3, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragn.
Waginem kini tinggal bersama seorang anaknya, Tarumi dan seorang cucunya, Indah.
Ia tinggal di rumah sangat sederhana, yang disekitarnya merupakan ladang tebu.
Waginem pun bingung menanyakan kabar Sang anak, karena nomor yang pernah ia miliki ternyata sudah tidak aktif.
"Perasaannya kangen, tapi bagaimana lagi, tidak bisa menghubungi," ujarnya.
Waginem pun berharap sang anak bisa segera pulang, karena kini usianya sudah lanjut.
Dengan menahan air mata, Waginem mencurahkan segela kerinduannya kepada sang anak.
"Le, le, Tili (nak, nak Tili), aku kangen kowe Le (aku kangen kamu nak), kapan-kapan kowe balik to Le (kapan saja pulanglah nak)," katanya lirih.
"Mboke wis tuwek (ibu sudah tua), ra dasi mregawe (sudah tidak kuat bekerja), moga-moga kowe tilik mbok e le (semoga kamu menjenguk ibu nak)," tambahnya.
Waginem tak berharap sang putra pulang dalam waktu lama, namun hanya ingin berjumpa meski hanya sebentar.
"Balik yo sewayah-wayah (pulang kapan saja), ora kon balik sak teruse (tidak menyuruh pulang seterusnya), aku kangen kowe tenanan le (aku kangen kamu beneran nak)," pungkasnya.
Perasaan rindu juga tidak bisa dibendung oleh sang kakak, Tarumi.
Bahkan, Tarumi sampai meneteskan air mata karena sudah sangat lama tidak bisa berjumpa dengan adik tercintanya.
"Harapan saya adik saya bisa pulang dengan selamat, dan sehat, emaknya bisa senang kalain anaknya pulang, kan udah bertahun-tahun kangen juga," kata Tarumi sembari menitipkan air mata.
"Setiap saya berdoa, setiap puasa saya selalu mendoakan dia selamat, mudah-mudahan dia sehat, harapannya kan gitu, kalau tidak bisa pulang, ya semoga selalu sehat," jelasnya.
Diketahui, Tili merupakan anak terakhir dari lima saudara.
Kakak pertama dan kedua kini tinggal di Jawa Timur, kakak ketiga tinggal bersama dengan sang ibu di Sragen, dan kakak keempat bersama dengan Tili tinggal di Sulawesi.
Tujuh Tahun Tak Berkomunikasi
Di balik ketangguhan sosok Tili (35), pria yang jadi 'pahlawan' karena bisa melepaskan jeratan ban di leher buaya, ada kisah yang tak banyak orang tahu.
Sosoknya viral dan dikenal seantero Indonesia, bahkan dunia karena bisa menaklukkan buaya raksasa yang selama ini merana karena ban di Palu, Sulawesi Tengah.
Ternya Tili adalah pria asli kelahiran Kabupaten Sragen.
Tili kecil bernama asli Paiman yang tinggal di Dukuh Pondok, RT 19/RW 3, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar.
Rumah Tili yang ada di Kabupaten Sragen, masih ditinggali oleh sang Ibu, Waginem (68) dan kakak ketiganya, Tarumi (43).
Ternyata keluarga Tili di Kabupaten Sragen sudah lama tidak berkomunikasi dengannya, yang kini sudah ber-KTP Palu.
"Dulu awalnya nomornya masih aktif, tapi nggak tahu tiba-tiba dihubungi sudah tidak aktif, kurang lebih sudah 7 tahun ini nggak ada kabar," kata Waginem kepada TribunSolo.com, Jumat (11/2/2022).
Keluarga yang di Sragen baru mengetahui keadaan Tili setelah viral berkat keberaniannya itu.
"Tahu kabarnya ya setelah viral itu, terharu menangis, senang keadaannya sehat disana, sudah bertahun-tahun nggak melihat," jelas dia.
Sebagai seorang kakak, Tarumi merasa rindu dengan kehadiran sosok sang adik itu.
Perasaan rindu ternyata juga hadir diutarakan oleh sang ibu, Waginem.
Ia bingung menanyakan kabar sang anak terkecilnya itu, karena tidak memiliki nomor handphone yang bisa dihubungi.
"Selama 6 sampai 7 tahun nggak bisa menghubungi, saya kangen, tapi harus bagaimana? kakaknya di Sulawesi juga tidak ada kabarnya," ungkap Waginem.
Setelah menikah, Tili sempat tinggal di Sragen, yang kemudian pindah ke daerah asal sang istri.
Tili sempat pulang pada tahun 2009, ketika sang ayah meninggal dunia, dan setelah itu Tili tidak pernah pulang ke Sragen hingga kini.
"Awalnya merantau dulu masih mengurus orangtua di Sragen, mengirimkan uang, masih bisa dihubungi," katanya.
"Setelah itu nggak bisa lagi, saat gempa Palu kemarin pikiran saya tidak tenang, namanya orangtua," aku dia.
Suka Hewan Liar
Ternyata, Tili dulu merupakan warga Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen.
"Iya benar, Tili anak dari Pak Foto dan Ibunya Waginem, alamatnya di Dukuh Pondok, RT 19, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar," kata Ratno, Bayan Desa Kandangsapi kepada TribunSolo.com, Kamis (10/2/2022).
Lanjutnya, Tili memiliki nama asli Paiman.
Ratno sendiri mengenal sosok Tili, yang merupakan pecinta satwa liar sejak kecil.
"Nama aslinya Paiman, sejak kecil memang suka hewan liar," ujarnya.
Rumah Tili di Palu
Sosok Tili mendadak ramai jadi perbincangan.
Hal ini tak lepas dari aksinya yang berhasil melepas ban dari Buaya yang viral beberapa tahun di Bumi Tadulako.
Kini Tili jadi incaran awak media di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Diketahui, penangkap Buaya Berkalung Ban itu tinggal di BTN Tinggede, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulteng.
Meski begitu, ternyata Tili adalah warga asal Sragen, Jawa Tengah.
Dilansir dari TribunPalu, rumah Tili berwarna paduan hijau, kream, dan putih.
Atap rumahnya berwarna merah maron.
Bangunan permanen itu tepat berada di pinggir jalan, atau berhadapan dengan perumahan Dream Land Tinggede.
Dari tuggu nol atau pusat Kota Palu hanya berjarak sekitar 15 menit.
Di halaman rumahnya ada kandang burung dari tripleks dengan 13 sangkar.
Terdapat satu sarang burung juga tepat di teras rumahnya, dekat pintu masuk ke dalam ruangan tamu.
Rumah berbentuk persegi empat itu juga dikelilingi pagar besi.
Dari keterangan tetangga Tili, penyelamat buaya itu sehari-hari berburu burung.
"Biasanya burungnya itu dijual," katanya dikutip dari Tribunpalu, Selasa (8/2/2022). (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Ini Rencana Tili Pria Penakluk Buaya di Palu Usai Pulang ke Sragen, Bakal Ajak Jalan-jalan Sang Ibu