Pembunuhan di Subang
Termasuk karena Mimpi, Ini Alasan Dokter Hastry Bantu Kasus Subang hingga Ada Autopsi Kedua
Setelah otopsi ulang yang dilakukan pada Sabtu (2/10/2021), kini, ia menyampaikan apa yang menjadi alasannya.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Rekarinta Vintoko
TKP juga dalam kondisi berantakan dan jejak pelaku hampir tidak ada di lokasi.
Dokter Hastry juga menambahkan, proses ini bisa berjalan lama karena ada proses membandingkan jejak DNA yang ditemukan di TKP dengan pihak-pihak yang terkait dengan korban.
Misalnya, untuk menganalisis DNA pada puntung rokok diperlukan waktu satu bulan.
Hal itu karena penyidik harus mencocokkan DNA dengan waktu kematian korban.
"Itu yang sulit karena harus kita ulang lagi, kita bandingkan dengan properti atau sisa-sisa rokok yang lain," terang dr Hastry.
"Karena rumah itu banyak didatangi orang-orang dari yayasan."
"Yang baru itu DNA siapa, sesuai gak dengan waktu kejadian, dengan waktu kematian? Jadi lamanya di situ."
Pelaku bisa dibilang rapi dalam melakukan aksinya, bahkan ia disebut-sebut sebagai profesional.
Meski tiga bulan belum terungkap, dr Hastry memastikan pihaknya sudah menemukan petunjuk penting dalam kasus ini.
Dalam kesempatan itu, dr Hastry juga menjelaskan bahwa penyidik sudah melakukan profiling kepada para saksi.
Mencontohkan, ia menjelaskan bahwa profiling bahkan juga memperhatikan cara orang merokok.
"Profile orang merokok berbeda. BIsa sampai satu potong rokok habis, bisa 3/4," katanya.
"Kita juga bisa profile dari saksi-saksi ini. Bagaimana dia memegang rokok, bagaimana dia menghabiskan rokok, itu bisa dihabiskan ternyata berbeda-beda."
"Nanti bila sewaktu-waktu diumumkan (tersangka), memang cara merokoknya seperti itu."
Sebagai informasi, kasus ini bermula sejak jasad kedua korban yaitu Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) ditemukan di rumahnya di Desa Jalancagak, Subang, Jawa Barat pada Rabu (18/8/2021).