Terkini Internasional
Berharap Sekolah di Eropa, Remaja Asal Suriah Ini Justru Tewas di Perbatasan Polandia saat Krisis
Ribuan pengungsi dari Belarus mencoba memasuki wilayah Polandia, termasuk remaja asal Suriah yang ingin sekolah di Eropa tapi justru tewas tenggelam.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM – Seorang remaja pria berusia 19 tahun berharap bisa melanjutkan pendidikannya di Eropa.
Namun sayangnya, remaja bernama Ahmad al-Hasan itu justru ditemukan tewas di Polandia, dekat dengan perbatasan Belarusia.
Dilansir dari Al Jazeera, Ahmad al-Hasan yang berasal dari Suriah, memilih untuk meninggalkan kampung halamannya agar bisa meraih apa yang diimpikannya.

Baca juga: Berbaring hingga Tidur di Rel, 4 Migran Aljazair Tertabrak Kereta di Prancis, 3 Tewas dan 1 Terluka
Baca juga: Viral Foto Penjaga Perbatasan Gunakan Kuda dan Cambuk pada Migran, AS Lakukan Penyelidikan
Walaupun, tampaknya mimpinya untuk bisa mendapatkan pendidikan di Eropa, tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Al-Hasan ditemukan sudah meninggal dunia di sungai Bug, Polandia Timur yang dekat dengan perbatasan Belarusia pada 19 Oktober lalu.
Menurut temannya yang selamat, al-Hasan yang tidak bisa berenang, didorong masuk ke dalam air oleh seorang penjaga Belarusia.
Tubuh al-Hasan kemudian dimakamkan pada Senin (15/11/2021) malam di pemakaman Muslim di Bohoniki, yang terletak beberapa kilometer dari perbatasan Belarusia.
Saat itu, anggota keluarganya di Yordania dan Turki hanya bisa menyaksikan upacara pemakaman al-Hasan melalui tautan video.
Setelah sebulan berada di kamar jenazah di Polandia, jasad al-Hasan sudah terlalu membusuk.
Suara Imam Aleksander Bazarewicz yang membacakan doa, bergema hingga ke dalam hutan yang gelap dan suram.
Puluhan orang mengelilingi makam remaja tersebut untuk memberikan penghormatan terakhir.
"Ini bukanlah akhir. Kematian bukanlah tragedi. Itu hanya berarti bahwa Tuhan memiliki tempat yang lebih baik untuknya. Dia meninggal dengan kematian yang tragis, dia tenggelam sehingga dia memiliki status syahid,” kata Imam Aleksander Bazarewicz.
Al-Hasan menjadi satu di antara pengungsi yang datang ke Polandia untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Seorang dokter dari Suriah, Kasim Shady, yang sudah pindah ke Polandia, menyiarkan upacara pemakaman al-Hasan kepada kerabatnya melalui ponsel.
"Semoga dia beristirahat dengan tenang," kata Shady.
“Saya juga seorang pengungsi dan saya berhasil membangun hidup saya di sini. Saya seorang dokter. Tetapi banyak orang tidak berhasil melarikan diri. Kami senang saudara-saudara kami setuju untuk menguburkannya di sini. Kami ingin lebih banyak orang datang, tetapi tidak semua orang bisa bergabung dengan kami.”
Dalam beberapa pekan terakhir, sedikitnya 11 orang dilaporkan tewas di perbatasan Polandia dan Belarusia.
Sejak krisis dimulai pada Agustus lalu, ribuan pengungsi telah mencoba memasuki wilayah Polandia, perbatasan timur Uni Eropa.
Bagi mereka yang berhasil menembus perbatasan menghabiskan waktu berminggu-minggu di hutan.
Mereka menghindari serangan balik ke pihak Belarusia oleh penjaga Polandia.
Komunitas internasional menganggap Belarusia bertanggung jawab atas situasi yang memburuk, mengklaim bahwa Minsk sedang mencoba mengacaukan Eropa.
Awal tahun ini, Belarusia menghapus visa bagi warga negara dari sejumlah negara Timur Tengah dan Afrika.
Negara itu membuka banyak agen wisata yang menawarkan cara mudah dan murah untuk pergi ke Eropa, di mana para pengungsi rela membayar untuk itu.

Baca juga: Unggah Video Makan Pisang, 7 Pengungsi Suriah Ditangkap dan Diusir Turki seusai Dianggap Provokatif
Baca juga: Pengungsi Afghanistan Pelaku Rudapaksa dan Bunuh Gadis 13 Tahun Austria Ditemukan di Inggris
Sementara, banyak agen wisata terpaksa ditutup, dan negara-negara seperti Turki sekarang menolak untuk membiarkan warga Irak, Yaman, serta Suriah, naik pesawat tujuan Belarusia.
Tak ayal, kekacauan masih belum bisa diselesaikan.
Bentrokan kemudian pecah di perbatasan antara penjaga Polandia dan pengungsi pada Selasa (16/11/2021).
Pihak berwenang Polandia telah menggambarkan zona darurat di perbatasan dengan Belarusia yang tidak boleh dimasuki siapa pun, termasuk jurnalis dan LSM.
Akibatnya, ratusan pengungsi yang berhasil menyeberang ke Polandia terdampar di hutan, tanpa akses bantuan kemanusiaan, makanan, dan air.
Dilansir dari AFP, banyak dari para pengungsi mati-matian melarikan diri dari perang dan negara-negara yang dilanda kemiskinan di Timur Tengah.
Mereka telah mencoba melintasi perbatasan dalam kondisi cuaca yang sering begitu dingin.
Uni Eropa menuduh Belarusia memikat para pengungsi untuk mengirim mereka melintasi perbatasan.
Hal itu diklaim dilakukan sebagai pembalasan atas sanksi yang dijatuhkan tahun lalu, setelah tindakan keras terhadap oposisi.
Polandia telah menanggapi gelombang pengungsi dengan mengirim ribuan tentara ke perbatasan.
Mereka juga menerapkan keadaan darurat di sana, serta dengan tergesa-gesa membangun pagar kawat berduri. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita Terkini Internasional lain