Terkini Daerah
Kesaksian Keluarga Lihat Jasad Mahasiswa UNS Korban Diklat Menwa: Dari Muka Kelihatan
Gilang meninggal dunia dalam kondisi tubuh penuh luka seusai mengikuti kegiatan pendidikan kilat Menwa UNS.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Sejumlah saksi telah diperiksa terkait kasus tewasnya Gilang Endi alias GE (21), mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah yang meninggal dunia seusai mengikuti kegiatan pendidikan kilat dasar (diklatsar) resimen mahasiswa (menwa), pada Minggu (24/10/2021).
Saat ini pihak kepolisian telah memeriksa sejumlah saksi yang terdiri mulai dari panitia, senior hingga pembina di Menwa UNS.
Sementara itu pihak keluarga sendiri mengaku sudah merasa curiga ketika melihat jasad korban.

Baca juga: Muncul Petisi Bubarkan Menwa UNS setelah Tewasnya Peserta Diklat, Ribuan Mahasiswa Tanda Tangan
Baca juga: Tulisan Kapan Keluar Goa hingga UKM Pembunuh, Poster Protes Penuhi Sekre Menwa UNS
Hal ini diungkapkan oleh paman korban, Wardoyo dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Kamis (28/10/2021).
Kejanggalan yang pertama kali jadi sorotan adalah kondisi wajah GE yang memiliki bekas luka di kedua mata dan mulut.
"Dari muka itu kelihatan lebam-lebam," kata Wardoyo.
Wardoyo bercerita, awalnya ada rekan korban dari kampus datang ke rumah mengabarkan bahwa GE masuk ke rumah sakit.
Saat itu pihak keluarga belum tahu jika GE sudah meninggal, sedangkan rekan korban juga tidak menjawab ketika ditanya soal kondisi GE.
"Mengabarkan kalau almarhum itu masuk rumah sakit," kata Wardoyo.
Pada saat itu rekan korban hanya mengatakan bahwa GE masuk ke rumah sakit.
Ketika didatangi oleh pihak keluarga ke rumah sakit, GE ternyata sudah dalam kondisi tak bernyawa.
Sebelum meninggal, korban tidak pernah bercerita tentang aktivitasnya di Menwa UNS.
Ia hanya pamit untuk mengikuti kegiatan diklat ini kepada keluarganya.
Senior hingga Pembina Diperiksa
Dilansir TribunWow.com, Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Sutanto mengatakan hingga kini polisi sudah memeriksa 21 panitia diklat tersebut.
Para saksi yang diperiksa terdiri dari mahasiswa, senior dan pembina Menwa.
“Panitia sejumlah 21 mahasiswa, senior, dan pembina sudah dimintai keterangan. Kami dari UNS sepenuhnya menyerahkan penyidikan ini ke pihak berwenang,” ujar Sutanto, dikutip dari TribunSolo.com, Rabu (27/10/2021).
Sementara itu, Wakil Resktor Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof, Ahmad Yunus mengatakan pihaknya turut berbela sungkawa atas kasus ini.
Selain itu, Yunus juga menyebut UNS telah berkoordinasi dengan keluarga serta pihak kepolisian.
Namun, hingga kini belum diketahui pasti penyebab kematian korban.
“Hasil dari autopsi masih menunggu dari kepolisian, UNS menyerahkan hasil kesimpulan kejadian tersebut secara resmi dari kepolisian," jelasnya.
"Apakah itu kecelakaan atau ada unsur dugaan kekerasan, kami sepenuhnya menunggu dari pihak kepolisian."
“Jenazah kami bawa dari Karangpandan ke Moewardi. Sesampainya di sana, dilakukan autopsi oleh dokter dari Moewardi dan dokter forensik dari Bhayangkara Polri."
Simak videonya:
Kepala Dipukul Berkali-kali
Pihak keluarga mengaku tidak mendapat penjelasan yang jelas dari pihak Menwa terkait tewasnya GE.
Dikutip TribunWow.com dari TribunSolo.com, sementara itu pihak kepolisian saat ini telah menemukan penyebab tewasnya GE.
GE diketahui tewas karena kepalanya dipukul berkali-kali.
"Korban terkena beberapa pukulan di bagian kepala," terang Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol M Iqbal Alqudusy kepada TribunSolo.com, Selasa (26/10/2021).
"Korban meninggal diduga akibat terjadi penyumbatan di bagian otak," jelas dia.
Proses autopsi jasad GE dilakukan langsung oleh Kabid Dokes Polda Jateng Kombes Pol Sumy Hastry Purwanti.
Menurutnya, hasil autopsi akan disampaikan secara resmi kurang dari sepekan.
Saat ini belum ada pihak yang ditetapkan sebagai tersangka.
"Sementara kami masih sidik. Belum ada yang ditetapkan tersangka. Namun dari visum (luka fisik) ada tanda-tanda kekerasan," ujar Iqbal.
Total diketahui ada 21 panitia yang telah dimintai keterangan.
Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Sutanto mengatakan, NS bersama kepolisian sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di lingkungan kampus dan Jembatan Jurug.
“Panitia sejumlah 21 mahasiswa, senior, dan pembina sudah dimintai keterangan. Kami dari UNS sepenuhnya menyerahkan penyidikan ini ke pihak berwenang,” jelas dia kepada TribunSolo.com, Rabu (27/10/2021).
Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Ahmad Yunus menyatakan pihak kampus selalu melakukan pengawalan.
“Jenazah kami bawa dari Karangpandan ke Moewardi. Sesampainya di sana, dilakukan autopsi oleh dokter dari Moewardi dan dokter forensik dari Bhayangkara Polri,” terang dia.
Disebut Kesurupan hingga Wajah Luka-luka
Keluarga korban mengaku sempat mendapat kabar dari pengurus Menwa UNS bahwa korban sempat mengalami kesurupan.
Paman korban, Sutarno mengungkapkan kejadian tersebut diawali ketika GE mengikuti kegiatan panjat tebing dalam rangkaian diklat Menwa.
"Saat di rumah sakit diceritakan, awalnya ketika GE turun dari tebing menggunakan tali, kemudian lemas," ungkap Sutarno kepada TribunSolo.com, Senin (25/10/2021).
Setelah sampai di bawah, GE kemudian mengalami kesurupan.
"Di lokasi sempat di ruqyah, habis itu ceritanya seperti apa tidak tahu, tahu-tahu sudah di rumah sakit," terang Sutarno.
Dilansir TribunWow.com, kabar kematian GE didapat keluarga pada Senin (25/10/2021) sekitar pukul 02.00 WIB.
Saat itu pihak keluarga langsung diajak ke RSUD dr Moewardi Surakarta untuk melihat kondisi GE.
Nahas, saat keluarga tiba di rumah sakit, GE sudah terbujur kaku di ruang jenazah.
Paman korban, Sutarno menyebut awalnya pihak keluarga tak mencurigai kematian korban.
Baca juga: Pengakuan Kapolres Nunukan Viral Hajar Anggotanya, Emosi saat Zoom Korban Malah Menghilang
Namun saat di rumah duka, keluarga melihat wajah dan tubuh korban dipenuhi luka tak wajar.
"Kondisi jenazah memang tidak diperiksa, karena tidak tega, inginnya segera dibawa pulang," ungkap Sutarno, dikutip dari TribunSolo.com, Senin (25/10/2021).
"Yang terlihat bagian mata lebam, bawah mata sudah menghitam, bibir juga berdarah, selain itu juga keluar cairan bening di kepala bagian belakang."
Bersamaan dengan kedatangan polisi di rumah duka, keluarga akhirnya setuju untuk dilakukan autopsi terhadap jasad GE.
Menurut Suratno, korban terakhir kali berpamitan untuk mengikuti diklat Menwa.
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kematian korban.
"Sebelumnya memang pamit ikut diklat menwa itu, sejak hari Jum'at, tapi dia pulang pergi, pulang pergi."
Saat itu, kata Sutarno, ada dua orang datang ke rumah sekira pukul 02.00 WIB.
Kedua orang tersebut tak menjelaskan maksud menemui ayah GE dan hanya menyebut ada hal penting.
"Ada dua orang yang datang, sepertinya mahasiswa, datang mencari rumah Pak Nardi ayahnya, jam 02.00 WIB," ungkap Sutarno.
"Kemudian, orang tuanya diajak ke rumah sakit Moewardi, dan jam 03.00 WIB ada kabar datang kesini, kalau GE meninggal dunia."
Sementara itu, Kasatreskrim Polresta Solo, AKP Djohan Andika membenarkan adanya kejadian itu.
Menurutnya, pihak kepolisian masih menyelidiki penyebab pasti kematian korban.
"Untuk mengetahui penyebab pasti kematian dari korban. Saat ini para anggota sudah berada di Rumah Duka," katanya.
"Untuk laporan resmi belum ada, tapi dari informasi sementara, di kawasan Jurug ada kegiatan yang dilakukan oleh Mahasiswa UNS." (TribunWow.com/Anung/Tami)
Sebagian artikel ini telah diolah dari TribunSolo.com dengan judul Keluarga Setuju Autopsi, Ada Luka Lebam di Wajah Mahasiswa UNS Solo yang Meninggal saat Diklat , Kronologi Mahasiswa UNS Tewas Diklat Menwa : Banyak Luka, Tapi Keluarga Diberi Tahu karena Kesurupan, Ada Mahasiswanya Meninggal, UNS Sebut Ada Aktifitas Fisik saat Gelaran Diklat Calon Anggota Menwa, Keluarga Mahasiswa UNS yang Meninggal Dikabari Dini Hari, Ada Dua Orang Datang: Hanya Bilang Penting, Total Ada 21 Panitia Termasuk Senior Menwa Diperiksa, Pejabat UNS : Sepenuhnya Penyidikan di Polisi dan Potret Sekretariat Menwa UNS yang Dibekukan Sementara: Penuh Poster Tuntutan Keadilan untuk GE