Konflik di Afghanistan
Taliban Tak Segera Bayar Tagihan Listrik, Afghanistan Terancam Bisa Kembali ke Abad Kegelapan
Afghanistan alami kesulitan ekonomi setelah dapat sanksi internasional, belum mampu membayar tagihan dari pemasok listrik dan terancam ada pemadaman.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM – Ibu kota Afghanistan terancam hidup dalam kegelapan saat musim dingin karena Taliban dilaporkan belum membayar listrik.
Dilansir dari The Wall Street Journal, penguasa baru Afghanistan itu berhenti membayar ke perusahaan asing pemasok listrik di sebagian besar wilayah Asia Tengah.
Sementara, sekitar 70 persen pasokan listrik di Afghanistan berasal dari luar negeri.

Baca juga: Laporan Rahasia Terungkap, Bank Sentral Afghanistan Sudah Kehabisan Uang sebelum Kemenangan Taliban
Baca juga: Taliban Berencana Adopsi Konstitusi Milik Raja Zahir Shah, Afghanistan akan Pakai Sistem Kerajaan
Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan menyumbang setengah dari konsumsi listrik Afghanistan.
Sementara Iran menyediakan pasokan tambahan ke wilayah bagian barat negara itu.
Produksi listrik dalam negeri, sebagian besar dari pembangkit listrik tenaga air, tetapi tak banyak memberi hasil karena terpengaruh oleh kekeringan tahun ini.
Afghanistan tidak memiliki jaringan listrik nasional, dan Kabul hampir sepenuhnya bergantung pada listrik impor dari Asia Tengah.
Jika tidak segera ditangani, ancaman pemadaman listrik itu bisa menjadi bencana kemanusiaan.
“Konsekuensinya akan berlaku di seluruh negeri, tetapi terutama di Kabul,” kata Daud Noorzai, Mantan Kepala Eksekutif Otoritas Kekuasaan Negara, Da Afghanistan Breshna Sherkat (DABS).
Daus Noorzai telah mengundurkan diri dari DABS sekitar dua minggu setelah Taliban mengambil alih Kota Kabul, tetapi dirinya masih berhubungan dekat dengan orang-orang yang masih menjabat di sana.
“Akan ada pemadaman dan itu akan membawa Afghanistan kembali ke Abad Kegelapan dalam hal listrik dan telekomunikasi,” tambah Noorzai.
"Ini akan menjadi situasi yang sangat berbahaya."
Saat Taliban menguasai Afghanistan bulan lalu, DABS mewarisi hutang-hutangnya yang ditaksir sekitar Rp 1,2 miliar.
Jumlah itu termasuk hutang pada Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan, tiga negara pemasok listrik terbesar di Afghanistan.
Pada saat pengambilalihan Taliban, DABS memiliki uang tunai sekitar Rp 569 juta di rekeningnya.