Breaking News:

Virus Corona

Sebut Polusi Udara Bikin Pasien Covid-19 Alami Gejala Lebih Parah, Pakar WHO Jelaskan Alasannya

Seorang pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Maria Neira pernah pernah mengatakan bahwa polusi udara bisa memperparah gejala Covid-19. 

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Elfan Fajar Nugroho
WHO.int
Pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Maria Neira mengatakan bahwa polusi udara bisa memperparah gejala Covid-19, Jumat (1/10/2021). 

Ketika awal pandemi Covid-19, para peneliti telah melacak hubungan antara polusi udara dan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus itu. 

Mereka menyelidiki apakah orang yang tinggal di daerah dengan kualitas udara yang buruk juga lebih rentan terhadap kasus Covid-19 yang parah.

Temuan awal di Amerika Serikat, Inggris, Italia Utara, dan China semuanya menemukan bahwa kota-kota dengan tingkat polusi udara yang tinggi juga menghadapi tingkat kematian Covid-19 yang lebih tinggi.

“Kami belum memiliki bukti yang menghubungkan langsung dengan kematian, tetapi kami tahu jika Anda terpapar polusi udara, Anda meningkatkan peluang Anda untuk terkena dampak yang lebih parah,” María Neira, dikutip dari Smithsonian Magazine.

“Kami mulai memberikan pesan ke negara dan wilayah yang mengatakan, jika Anda mulai memiliki kasus, di kota-kota di mana Anda memiliki tingkat polusi yang tinggi, perkuat tingkat kesiapsiagaan Anda, karena Anda mungkin memiliki angka kematian yang lebih tinggi.”

Partikel polusi udara kecil yang dikenal oleh para peneliti sebagai PM2.5, yang merupakan singkatan dari partikel yang lebih kecil dari 2,5 mikrometer dikaitkan dengan pembakaran bahan tertentu, termasuk batu bara dan bensin.

Menghirup PM2.5 selama bertahun-tahun dapat menyebabkan peningkatan risiko serangan jantung, kematian dini pada orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, gejala asma yang memburuk, penurunan fungsi paru-paru, dan iritasi saluran napas yang dapat menyebabkan batuk atau kesulitan bernapas.

Salah satu studi pendahuluan yang dilakukan para peneliti di Universitas Harvard menghubungkan polusi udara dengan peningkatan angka kematian Covid-19 mencakup lebih dari 3.000 kabupaten di Amerika Serikat mewakili 98 persen populasi.

Mereka menemukan bahwa bahkan peningkatan kecil dalam paparan jangka panjang terhadap PM2 .5 mengarah pada peningkatan besar dalam tingkat kematian Covid-19.

Studi ini menemukan paparan jangka panjang hanya satu mikrogram tambahan per meter kubik PM2.5 dikaitkan dengan peningkatan delapan persen dalam tingkat kematian Covid-19 di kota tertentu.

Versi penelitian sebelumnya melaporkan peningkatan kematian sebesar 15 persen tetapi angka yang diperbarui mencerminkan penambahan data hingga bulan April. 

“Jika Anda terkena Covid, dan Anda telah menghirup udara yang tercemar, itu benar-benar membuat bensin terbakar,” Francesca Dominici, seorang profesor biostatistik Harvard dan penulis senior studi tersebut.

Para peneliti masih tidak yakin mengapa polusi udara terkait dengan peningkatan kematian akibat Covid-19.

Tetapi menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Pollution, Covid-19 dan polusi udara memicu peradangan terkait sitokin, di mana sistem kekebalan melepaskan molekul sitokin untuk melawan ancaman di paru-paru.

Namun reaksi ini terkadang dapat menyebabkan penumpukan cairan atau badai sitokin yang dapat menyerang jaringan sehat, sehingga melemahkan pertahanan tubuh terhadap ancaman lain, termasuk Covid-19.

Halaman
123
Tags:
Virus CoronaCovid-19WHOIndonesiaChina
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved