Virus Corona
Cegah Keparahan akibat Badai Sitokin, Ini yang Perlu Dilakukan saat Isolasi Mandiri Covid-9
Badai sitokin rentan dialami oleh pasien Covid-19 dan itu terjadi pada 95 persen pasien yang mengalami sakit parah.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
lihat foto
TRIBUNWOW.COM - Badai sitokin rentan dialami oleh pasien Covid-19 dan itu terjadi pada 95 persen pasien yang mengalami sakit parah.
dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD-KP yang bekerja unit perawatan intensif (ICU) Covid-19, menjelaskan jika ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah keparahan tersebut terjadi.
Baca juga: Kenali Teknik Grounding, Bantu Atasi Gangguan Tidur saat Isolasi Mandiri Covid-19
Baca juga: 3 Studi Beri Jawaban soal Vaksinasi Covid-19 pada Ibu Hamil dan Risiko Keguguran
Hal itu menurutnya penting dilakukan karena bukan hanya bisa terjadi pada lansia, tetapi juga pada anak muda.
"Beberapa korban dari usia muda, usia 20-an tahun, bahkan 19 tahun, itu ada meskipun tidak sebanyak orang tua, jadi harus tetap berhati-hati," jelasnya dalam acara bertajuk Tanya IDI yang ditayangkan dalam Youtube PB Ikatan Dokter Indonesia pada Sabtu (28/8/2021).
Dia menjelaskan jika badai sitokin merupakan reaksi berlebihan dari respons imun yang menyebabkan peradangan ketika melawan virus.
Berlebihannya respons imun dalam menyebabkan peradangan juga bisa mengganggu sel yang sehat dan menyebabkan kerusakan organ.
Secara umum, ini ditemukan pada banyak lansia yang berusia di atas 55 tahun, terutama orang yang mengalami keparahan.
Badai sitokin juga bisa terjadi bahkan ketika pasien Covid-19 sudah selesai isolasi mandiri, atau ketika virus di dalam tubuh sudah mati.
Rata-rata badai sitokin akan terlihat pada hari ke-10 hingga hari ke-14.
Baca juga: Tips Isolasi Mandiri Covid-19: 12 Makanan Kaya Omega 3 yang Dinilai Bisa Bantu Lawan Badai Sitokin
Selain itu dia juga menjelaskan beberapa hal yang bisa menandakan pasien tersebut mengalami badai sitokin.
Gejala bisa terjadi seperti demam, sesak napas, saturasi oksigen terus menurun, atau bisa juga mengalami serangan jantung.
Itu karena sitokin bisa menyerang banyak organ, terutama paru-paru tempat di mana virus biasanya menyerang.
"Ke tempat yang lain juga bisa, ke ginjal, ke jantung, ke liver, itu semua bisa terjadi," kata dr. Ceva.
Dia menjelaskan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah badai sitokin apabila terinfeksi Covid-19.
Bagi pasien yang memiliki penyakit penyerta terutama yang tidak terkontrol menurutnya lebih baik meminta untuk dirawat di rumah sakit.
"Kalau dia terjadi badai sitokin maka penyakit penyertanya bisa jadi disaster buat dia," jelasnya.
Namun jika penyakitnya terkontrol dan memilih untuk isolasi mandiri, dia meminta untuk memantau gejalanya dengan ketat.
Dia juga perlu memastikan ada dokter yang ikut memantaunya secara rutin dan berkala.
"Sehingga jika ada tanda-tanda tertentu, dokternya bisa menyarankan untuk segera perawatan," jelasnya.
Dijelaskan jika badai sitokin secara prinsip itu merespons adanya virus.
Jadi jika virusnya bisa diatasi secara dini, itu dikatakan merupakan langkah pertama untuk mengatasi badai sitokin.
Terutama bagi orang yang memiliki faktor risiko mengalami badai sitokin.
"Makanya itu protokol kita, pengobatan, kalau dulu cenderung untuk mengobservasi di awal, kemudian kalau terjadi kondisi kemudian seperti radang paru itu pasien baru mendapat antivirus, kalau sekarang kita cenderung lebih dini."
"Jadi panduan-panduan yang baru pun pasien sudah diberikan antivirus, kalau kita bisa potong di awal, hari pertama, kedua, ketiga, badai sitokin enggak terjadi karena virusnya udah enggak ada kan," jelasnya.
Dia juga mengatakan jika banyak kasus keterlambatan pasien ditangani karena keterlambatan mengetahui dirinya terinfeksi Covid-19
Itu bisa terjadi karena mereka meremehkan gejala-gejala awal atau justru takut untuk melakukan tes Covid-19.
"Ketika menunda-nunda itu, virusnya terus berjalan, dan tidak mendapat antivirus cepat, itu akan menjadi badai sitokin," jelasnya.
Sedangkan untuk yang lain atau pasien Covid-19 pada umumnya, bisa menggunakan multivitamin untuk mencegah keparahan sehingga bisa juga mencegah badai sitokin.
"Vitamin C, vitamin D, itu bisa berfungsi untuk meredakan reaksi imunitas kita, termasuk sitokin yang dilepaskan untuk sel kekebalan itu cenderung bisa diregulasi agar lebih tenang," jelasnya.
Untuk itu beberapa jenis viamin dan mineral dianjurkan digunakan sejak awal ketika isolasi mandiri.
Simak pejelasan selengkapnya tentang badai sitokin dalam video di bawah ini:
(Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
