Breaking News:

Terkini Nasional

Saat Sudjiwo Tedjo Sentil Baliho 'Kepak Sayap' Puan, Faldo Maldini Terbahak: Jangan Gambar Banteng

Budayawan Sudjiwo Tedjo menyentil maraknya baliho Puan Maharani yang bertuliskan 'Kepak Sayap Kebhinekaan'.

KOMPAS.COM/ARIA RUSTA YULI PRADANA
Baliho bergambar Puan Maharani di Jalan Pemuda, Blora, Selasa (3/8/2021). 

TRIBUNWOW.COM - Budayawan Sudjiwo Tedjo menyentil maraknya baliho Puan Maharani yang bertuliskan 'Kepak Sayap Kebhinekaan'.

Dilansir TribunWow.com, sindiran itu diungkap Sudjiwo saat membahas mural berisi kritik untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dihapus.

Menurut Sudjiwo, mural tersebut hanyalah media masyarakat meluapkan keluh kesahnya.

Sudjiwo Tedjo melalui acara 1 Hari, 1000 pesan di TV One yang tayang pada Sabtu (19/4/2020).
Sudjiwo Tedjo melalui acara 1 Hari, 1000 pesan di TV One yang tayang pada Sabtu (19/4/2020). (Channel YouTube Talk Show tv One)

Baca juga: Mural Jokowi Dihapus, Sudjiwo Tedjo: Mural Bisa Dihapus, tapi Tuhan aku lapar Semakin Nempel

Baca juga: Dalang Kondang Ki Manteb Wafat karena Covid-19, Sudjiwo Tedjo: Utang Rasa dan Baktiku pada Sampeyan

Selain itu, kata dia, keberadaan mural juga bisa memperindah perjalanan.

Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube tvOneNews, Kamis (19/8/2021).

"Usulnya bagaimana kalau mural sekalian untuk membangkitkan kenangan yang sudah tidak ada?," ucap Sudjiwo.

"Misalnya gambar wayang, Pak Jokowi digambar pakai Gatot Kaca."

"Jadi bukan terus meminjam dari Barat, dia pakai kaca mata, ada gambar badak yang mau punah."

Terkait hal itu, ia lantas menyinggung tulisan viral yang ada di baliho Ketua DPR RI Puan Maharani.

Mendengar ucapan Sudjiwo, tampak Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara Pratikno di bidang komunikasi dan media, Faldo Maldini terbahak.

"Jangan gambar banteng ya nanti dikira kepak sayap," terang Sudjiwo.

"Tapi hal-hal gambar bubur merah putih, jadi orang dibangkitkan sama 'Inilah kita'."

Dengan maraknya mural yang dihapus aparat, menurut Sudjiwo, akan ruang eksprei masyarakat semakin terancam.

"Tergantung Pak Listyo Sigit dan jajarannya. Sekarang jangankan ditahan, lihat seragam polisi aja kita bisa stres," ujarnya.

"Jangankan didatangi, lihat seragam polisi aja stres."

"Jangankan lihat seragam polisi, lihat satpam aja yang seragamnya mirip polisi sudah stres."

"Tergantung, kalau seleksi seniman ya udah yang bikin mural semuanya dibunuh," tukasnya.

Baca juga: Reaksi Sudjiwo Tedjo soal Viral Imam Masjid Usir Jamaah yang Pakai Masker: Gak Usah Dibully, Wajar

Baca juga: Jokowi Minta Dikritik, Sudjiwo Tedjo Tagih Tanggung Jawab Atasi Buzzer: Kalau Curhat Disebut Baper

Simak videonya berikut ini mulai menit ke-6.37:

Kata Ngabalin

Di sisi lain, debat sengit terjadi antara Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dan pengamat politik Said Didu.

Hal itu terjadi saat membahas mengenai penghapusan mural kritik terhadap pemerintah oleh aparat Satpol PP dan Kepolisian.

Menurut Said Didu, aparat semestinya tidak perlu gusar dan gegabah menghapus setiap kritik yang digambar untuk menyuarakan isi hati rakyat.

Baca juga: Fakta Viral Mural Jokowi, Ternyata Ini Asal Usul Kata 404: Not Found dan Artinya Menurut Roy Suryo

Pasalnya, pemerintah dalam hal ini Presiden menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah anti kritik.

"Saya berkali-kali mendengar presiden 'Terima kasih kepada pengkritik saya', tapi berkali-kali saya melihat perlakuan aparat berbeda dengan presiden," Said Didu dikutip TribunWow.com dari Catatan Demokrasi tvone, Rabu (18/8/2021).

"Kemungkinan besar aparatnya bandel atau ada dua arahan, atau aparatnya juga melihat kalau menjilatnya lebih panjang maka pangkatnya lebih cepat naik."

"Saya tidak menuduh, siapa tahu ada yang berpendapat seperti itu," sambungnya.

Menanggapi hal tersebut, Ali Ngabalin seolah naik pitam.

Pasalnya, penghapusan mural yang tak berizin memang menjadi kewajiban aparat.

Ia geram lantaran hal itu selalu dihubungkan seolah ada perintah dari pusat.

Terlebih, Said Didu sampai menyinggung mengenai kemungkinan aparat yang menjilat kepada pemerintah.

Baca juga: Mural Jokowi 404: Not Found Tak Langgar Undang-Undang, Stafsus: Berujung Tindakan Melawan Hukum

Baca juga: Fakta Viral Mural Jokowi 404: Not Found, Dianggap Lecehkan Lambang Negara hingga sang Pembuat Diburu

"Pernyataan Pak Said Didu harus segera dibantah, karena kalau tidak segera ditimpa, anda punya pernyataan yang menyesatkan rakyat Indonesia," kata Ali Ngabalin.

"Sebagai orang yang 30 tahun ada di pemerintahan dan sekarang keluar, itu menurut saya tidak benar."

Said Didu coba membantah lagi Ali Ngabalin.

Namun, ia tidak diberi kesempatan dan terus dicecar.

Menurut Ngabalin, pernyataan Said Didu jelas menyesatkan dan seolah menggiring stigma negatif terhadap citra aparat.

"Negara ini harus aman, situasi keamanan dan ketertiban adalah tanggung jawab polisi, bagaimana mungkin tindakan polisi kemudian anda menuduh bahwa untuk menjilat pada pengusa, kepada presiden? Jangan begitu dong," kata Ali Ngabalin.

"Saya menyatakan, siapa tahu ada yang berpendapat seperti itu."

"Tidak boleh anda bersilat lidah seperti itu, saya tidak setuju," tegasnya. (TribunWow.com)

Baca artikel lain terkait

Tags:
Sudjiwo TedjoBalihoPuan MaharaniPDIPFaldo Maldini
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved