Kabar Tokoh
Jejak Cinta di Papua: Katakan Tanpa Kata-kata
Berikut resensi buku JEJAK CINTA DI PAPUA: Potret Perjalanan Binmas Noken Satgas Nemangkawi 2018 – 2019.
Editor: Rekarinta Vintoko
Selain untuk bahan pangan, dari pohon sagu dapat dibuat noken, tiang rumah dan pemelihara air.
Hutan bagi Chato adalah supermarket di mana kebutuhan hidup masyarakat Papua dapat dengan mudah terpenuhi.
Sehingga tidak mengherankan, menurut Chato, persoalan di Papua seharusnya dapat diselesaikan melalui makan bersama.
Ini mengingatkan peribahasa saat cinta bertemu, “asam di gunung dan garam di laut bertemu di belanga” dan jadilah papeda, makanan asli Papua.
Tanyakan pada Piter Tan jika ingin mengetahui bagaimana orang Papua mencintai.
Pria ini mampu merebut hati orang Papua dengan kopi dan cintanya tak terlukiskan.
Jatuh cinta terjadi ketika Piter Tan membuat masyarakat Papua yang sudah kenyang janji-janji itu, tergagap-gagap, speechless.
Sesuai dengan janji, pria kelahiran Papua itu akan membeli kopi masyarakat Wamena 5x (kali) lebih mahal dari harga pasaran yang Rp 9.000, hanya dengan catatan agar pohon-pohon kopi dirawat. Janji itu dibuktikan Piter Tan.
Buku ini juga mengisahkan Piter Tan hampir menangis karena didatangi seorang nenek yang berjalan kaki 15 km jauhnya sambil membawa berkilo-kilo kopi.
Oleh karena itu, baginya, Papua adalah tanah penuh cinta.
Harus Bertumbuh
Cinta tetap harus bertumbuh meski tidak mudah.
Diceritakan, salah satu penghambat cinta itu adalah masa lalu (sejarah) yang sangat sensitif untuk dibicarakan.
Menyinggung soal sejarah sangat mungkin mengundang berbagai reaksi termasuk nada suara yang meninggi.
Oleh penulis dikatakan, jalan tak akan mantap, kepala tak akan tegak, kalau bayangan masa lalu masih menjadi beban. Sejarah di Papua sering hanya dimaknai proses integrasi Papua ke dalam NKRI.