Virus Corona
Hati-hati Pasien Covid-19 Bisa Kekurangan Saturasi Oksigen meski Tak Sesak Napas, Kenali Gejalanya
Salah satu yang harus diwaspadai pasien Covid-19 adalah ketika mengalami saturasi oksigen yang di bawah normal.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Satu di antara kondisi yang harus diwaspadai pasien Covid-19 adalah ketika mengalami saturasi oksigen di bawah normal.
Hingga kini mengukur saturasi oksigen hanya bisa dilakukan dengan alat yang bernama oximeter.
Saturasi oksigen nomal adalah di atas 95%, sedangkan saturasi di bawah itu dianggap mengalami gangguan pernapasan.
Bahkan untuk pasien Covid-19 dengan saturasi oksigen 90% atau lebih rendah, sudah bisa dikatakan sebagai pasien Covid-19 gejala berat dan harus mendapat pertolongan medis.
Baca juga: Masih Perlukah Disinfeksi untuk Cegah Penularan Covid-19, Terlebih di Tempat Terbuka?
Namun, ada kondisi ditemukan ketika pasien Covid-19 mengalami saturasi oksigen rendah tetapi tidak mengalami gejala pada masalah pernapasan seperti sesak napas.
Fenomena tersebut dinamakan happy hypoxia atau silent hypoxia.
Hal itu terjadi karena kerusakan pada saraf yang mengantarkan sensor ke otak sehingga pasien tidak dapat merasakan sesak.
Satgas Covid-19 mengimbau masyarakat untuk mewaspadai fenomena tersebut.
"Terutama dalam bentuk batuk yang bertambah/menetap, ada keluhan semakin lemas / kesadaran menurun dan saturasi oksigen di bawah normal (<95%)," tulis satgas Covid-19 dalam keterangannya, Kamis (15/7/2021).
Itu yang menjadi alasan pasien Covid-19 yang isolasi mandiri untuk selalu mengukur saturasi oksigennya dengan rutin.
Dikutip dari Healthshots, penyebab utama dari happy hypoxia adalah pembekuan atau pengentalan darah yang meluas yang terjadi pada jaringan pembuluh darah kecil di paru-paru.
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh reaksi peradangan dalam tubuh yang dipicu oleh Covid-19.
Infeksi menyebabkan reaksi protein seluler yang menyebabkan pembekuan darah, sehingga mencegah sel dan jaringan di paru-paru untuk mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Tanpa oksigen yang cukup, otak, ginjal dan berbagai organ dalam tubuh dapat rusak hanya dalam beberapa menit setelah gejala dimulai.
Bila kadar oksigen dalam darah terus menurun, organ-organ tersebut dapat mati dan hal ini mengancam jiwa.
Baca juga: Pemkot Tangerang Buka Layanan Isi Oksigen Gratis untuk Pasien Covid-19, Simak Cara Daftarnya
Baca juga: Terapi Plasma Konvalesen Ampuh Sembuhkan Pasien Covid-19, Penyintas Bisa Donorkan Sebulan 2 Kali
Berikut Gejala Happy Hypoxia yang Perlu Diwaspadai:
1. Saturasi oksigen di bawah normal atau kurang dari 95%
2. Ada batuk bertambah/menetap
3. Ada keluhan semakin lemas/kesadaran menurun
4. Warna bibir atau ujung jari mulai kebiruan
Happy hypoxia, bukan hanya gejala yang dapat menyerang orang tua, tetapi juga dapat menyerang orang yang lebih muda.
Pasien Covid-19 berusia 20-an dan 30-an juga telah ditemukan mengalami happy hypoxia.
Bahkan lebih menakutkan karena banyak dari mereka memiliki kadar oksigen darah serendah 80 persen, namun tidak menunjukkan gejala apa pun pada tahap awal.
Covid-19 pada dasarnya adalah penyakit pernapasan.
Memang hanya sedikit kasus di mana pasien Covid-19 membutuhkan perawatan intensif, dan 80% pasien Covid-19 akan sembuh dengan sendirinya tanpa mendapat perawatan di rumah sakit.
Namun dalam kasus yang parah penyakit tersebut dapat mengurangi jumlah oksigen yang dapat diserap paru-paru.
Itulah mengapa tingkat oksigen darah yang sangat rendah ditemukan pada sejumlah pasien Covid-19 di Indonesia.
"Permasalahan Covid ini adalah proses pindah dari paru-paru ke pembulu darah, itu yang terganggu," kata Dokter Spesialis Paru-paru RS Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda, Marwan dalam acara Mata Najwa yang diunggah dalam Youtube Najwa Shihab, Kamis, (8/7/2021).
Gejala Covid dengan tingat saturasi di bawah normal atau dibawah 95% bisa dikatakan gejala sedang atau bahkan berat.
"90 ke bawah itu sudah berat, sudah wajib di bawa ke rumah sakit, tapi yang harus waspada betul adalah di angka 92-93," terangnya.

Berikut salah satu cara meningkatkan saturasi oksigen dengan teknik proning:
1. Siapkan 3-5 bantal lalu tidur dengkurap dengan satu bantal di bawah leher, satu atau dua bantal di dada sampai paha atas, dua bantal di bawah tulang kering.
2. Kemudian, ubah posisi tidur menghadap ke kanan atau ke kiri.
3. Tidur dengan posisi setengah duduk, bagian punggung sampai tengkuk diganjal bantal.
Catatan: Pastikan Anda mengubah posisi berbaring tiap 30 menit dari posisi tengkurap ke berbaring sisi kanan-sisi kiri-lalu duduk sebelum kembali ke posisi pertama (tengkurap).
Sebelum melakukan tekik proning, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Proning diperlukan jika pasien kesulitan bernapas dan kadar oksigen di bawah 94 persen.
2. Hindari tengkurap selama 1 jam setelah makan.
3. Diperbolehkan tengkurap hingga 16 jam sehari, dalam beberapa siklus, jika merasa nyaman.
4. Bantal bisa disesuaikan untuk mengubah area tekanan dan kenyamanan.
5. Pantau setiap luka tekan atau cedera terutama di sekitaran tonjolan tulang.
6. Bila tidak nyaman, segera hentikan.
7. Selama isolasi mandiri di rumah, penting untuk memantau oskigen, suhu tubuh, tekanan, dan gula darah. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya