Terkini Daerah
Belum Ditemukan Unsur Pungli di TPU Cikadut Bandung, Polisi Sebut Korban Sudah Lakukan Kesepakatan
Polisi menyebut belum ditemukannya unsur pungli pemakaman jenazah Covid-19 di TPU Cikadut, Bandung, Jawa Barat.
Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Proses mediasi terkiat dugaan adanya pungutan liar (pungli) di TPU Cikadut, Bandung masih berlangsung.
Sebelumnya oknum pekerja harian lepas (PHL) Dinas Penataan Ruang (Distaru) Kota Bandung dituding melakukan pungli pemakaman jenazah Covid-19.
Dilansir TribunWow.com, polisi justru belum menemukan unsur pungli yang disampaikan oleh terduga korban berinisial YT.

Baca juga: Korban Pungli Pemakaman Jenazah Covid-19 Buka Suara, Sebut Pelaku Sempat Marah kepada Korban Lain
Kepolisian Resort Kota Besar Bandung kini tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut ke ke sejumlah pihak yang bersangkutan.
Hal tersebut disampaikan oleh Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Ulung Sampurna Jaya.
"Bukan tidak ada proses hukum, kita masih mendalami dan menyelidiki di mana punglinya," kata Kombes Pol Ulung di KompasTV, Selasa (13/7/2021).
Petugas TPU Cikadut sebelumnya diduga melakukan pungutan liar sebesar 2,8 juta rupiah kepada YT yang memakamkan jenazah ayahnya karena Covid-19.
Polisi menyebut, biaya itu merupakan biaya yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.
Pasalnya, saat itu YT memaksa agar jenazah ayahnya yang terpapar Covid-19 segera dimakamkan.
Sementara petugas penggali kubur sedang kekurangan.
Baca juga: Tulis Surat, Pelaku Pungli Pemakaman Jenazah Covid-19 Kembalikan Uang ke Korban, Begini Katanya
Baca juga: Nasib Redi Pelaku Terduga Pungli Rp 4 Juta pada Keluarga Pemakaman Jenazah Covid-19, Diproses Polisi
Oleh karena itu, petugas yang ada kemudian menawarkan bantuan dari warga setempat dengan harga yang disepakati.
"Karena pada saat kejadian, antara masyarakat dengan saudara Yunita itu sudah ada kesepakatan," kata Kombes Ulung.
"Karena dia memaksakan untuk segera malam itu dimakamkan (jenazah ayahnya). Sedangkan jumlah penggali kubur maupun pengangkat jenzah sangat berkurang pada waktu itu."
"Jadi dengan memaksakan makanya ditawarkan, kalau memang ada, bisa menggunakan jasa masyarakat."
"Akhirnya Bu Yunita ketemu dengan masyarakat, deal dengan mereka di situ," imbuhnya.