Dokter Lois Tak Percaya Covid
dr Lois Tak Percaya Covid-19 karena Asidosis Laktat Jadikan Hasil PCR Positif, Ahli Sebut Itu Hoaks
Landasan argumentasi dr. Lois Owien yang tak percaya Covid-19 dibantah ahli epidemiologi dan dinyatakan sebagai hoaks.
Penulis: Rilo Pambudi
Editor: Rekarinta Vintoko
“Alat ini pak, Rapid Test kemudian PCR itu bisa positif kan kalau asidosis laktat. Sementara obat yang diberikan kontra terhadap hasil alat yang positif," ujar dr. Lois.
"Jadi sudah alat salah deteksi, dianjurkan pun obat yang salah. Makanya jadi bergejala keracunan obat, nah ini baru yang dinamakan virus."
"Jadi sebenarnya begini, tingkat kematian di semua rumah sakit, sejak zaman dahulu kala sampai sekarang covid karena interaksi antar obat, bukan karena covidnya. Ini membuka kedok pengobatan berpuluh tahun. Bukan saja saat masalah saat pandemi ini ya,” tegasnya.
Baca juga: Dokter Lois Ngotot Tak Percaya Covid-19, Sebut Pasien Meninggal karena Interaksi Obat, Ini Kata Ahli
Bantahan Ahli: Itu Hoaks
Argumentasi tersebut sebenarnya sudah mendapatkan bantahan jauh-jauh hari saat dr. Lois baru menuliskan narasinya di Facebook.
Dikutip dari Kompas.com, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman telah meluruskan nalar tersebut.
Dicky mengatakan, informasi yang beredar itu mengandung logika medis atau ilmiah yang tidak sinkron.
"Begini ya, asam laktat atau asidosis laktat ini diproduksi ketika kadar oksigen dalam darah rendah. Terutama dalam sel," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/4/2021).
Dicky mengatakan, pada kasus Covid-19 memang cenderung terjadi asidosis laktat.
Hal ini disebabkan oleh sifat dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang "rakus" oksigen dalam tubuh manusia.
Baca juga: Kemenkes dan IDI Disebut akan Polisikan dr Lois, dr Tirta Jadi Saksi: Hoaks Kok Didukung, Sehat?
Dicky meluruskan, asidosis laktat adalah salah satu efek yang ditimbulkan dari infeksi virus corona, bukan penyebab infeksi terdeteksi oleh mesin PCR.
"Jadi bukan PCR-nya positif karena asidosis laktat, tidak, karena memang si PCR ini tidak mendeteksi asidosis laktat," kata Dicky.
Selain itu, Dicky mengatakan, teknik pemeriksaan RT-PCR adalah teknik yang sangat spesifik.
"Secara sederhananya, sampel yang diambil dari tubuh itu, yang diduga ada virusnya itu, nanti diberikan semacam larutan kimia yang akan menghilangkan protein, lemak, sehingga yang tersisa hanya RNA," kata Dicky.
"RNA ini kode genetik. Kemudian, si RNA ini diterjemahkan lagi ke bentuk DNA dengan enzim yang spesifik. Jadi enggak ada asam laktat begitu," katanya melanjutkan.