Terkini Daerah
Gibran Tutup Sekolah yang Muridnya Rusak Belasan Makam di Solo, FOKSI: Kami Dukung Penuh
Wali Kota Solo, Gibran Takabuming Raka menutup sekolah yang siswanya melakukan perusakan makam di Pemakaman Cemoro Kembar, Mojo, Pasar Kliwon.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Wali Kota Solo, Jawa Tengah, Gibran Takabuming Raka menutup sekolah yang siswanya melakukan perusakan makam di Pemakaman Cemoro Kembar, Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo.
Dilansir TribunWow.com, langkah Gibran itu pun menuai dukungan dari Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Santri Indonesia (DPP FOKSI).
Berdasarkan rilis yang diterima TribunWow.com, Ketua Umum DPP FOKSI Muhammad Natsir Sahib menilai sekolah informal tersebut mengajarkan ajaran intoleransi kepada anak di awah umur.
Menurutnya, anak di bawah umur harus diajarkan tentang Pancasila serta toleransi.
"Tindakan tegas Walikota Surakarta ini harus kita dukung penuh. Pemerintah harus tegas menutup sekolah ataupun tempat-tempat yang mengajarkan nilai-nilai intoleran dan radikal kepada para siswanya," kata Natsir, Selasa (22/6/2021).
"Anak-anak seharusnya diajarkan tentang Pancasila dan toleransi di dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat."
Baca juga: Pelaku Perusakan 12 Makam di Solo Diketahui Masih Anak-Anak, Begini Kondisinya dan Respons Gibran
Baca juga: Soal Covid-19, Gibran Rakabuming Kabarkan Pembelajaran Tatap Muka di Solo: Kalau Juli Bisa, Ya Jalan
Sebagai alumni pondok pesantren di Solo, Natsir mengecam upaya menanamkan doktrin inteleransi serta radikalisme kepada generasi muda di Indonesia.
Karena itulah, ia mendukung penuh keputusan Gibran menutup sekolah yang siswanya merusak sejumlah makam tersebut.
"Kami dari FOKSI mengecam keras oknum dan kelompok yang berupaya mengajarkan nilai-nilai intoleransi kepada anak-anak yang merupakan aset masa depan bangsa," ucapnya.
"Saya yang pernah nyantri di Solo mengetahui betul permasalahan radikalisme dan ekstrimisme Islam di Solo. Kami mendukung penuh langkah tegas yang dilakukan oleh Walikota Solo."
Lebih lanjut, Natsir berharap kepala daerah lain juga menunjukkan ketegasan dalam memberantas tindakan radikalisme.
"FOKSI mengharapkan kepala daerah di seluruh Indonesia dapat melakukan hal yang sama dan tidak memberikan ruang bagi penyebaran virus radikalisme melalui jalur pendidikan," sambungnya.
"Forum Santri siap menjadi mitra pemerintah untuk membangun moderasi beragama dalam bingkai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika."
Natsir telah berpesan kepada jajaran DPC Solo dan DPW Jawa Tengah untuk membantu Walikota Solo dan Gubernur Jateng untuk menangani persoalan intoleransi dan ekstrimisme Islam.
Begitu juga hal yang sama telah dipesankan kepada DPW dan DPC di seluruh Indonesia.
"Saat ini ada upaya yang sistematis dan masif dari kelompok radikal untuk menyebarkan paham-paham ekstrimisme dan narasi kebencian kepada umat agama lainnya," bebernya.
"FOKSI siap membantu pemerintah dalam melakukan program penyuluhan dan wawasan kebangsaan untuk anak-anak sejak tingkat PAUD hingga menengah."
Baca juga: Sekelas Presiden Jokowi Tak Ada Perayaan Ultah, Gibran Sebut Umur Ayahnya Jadi Alasan: Ra Oleh
Baca juga: Kasus Driver Ojol Bawa Miras Berlanjut, Pengemudi Dipanggil Gibran: Sudah Selesai
Penyebab Perusakan Makam
Gibran telah meninjau makam yang dirusak di TPU Cemoro Kembar, Kampung Kenteng, Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Senin (21/6/2021) lalu.
Anak sulung Presiden Joko Widodo itu menyebut pelaku perusakan 12 makam itu akan ditindak dan diproses secara hukum meski masih di bawah umur.
"Perusakan makam tidak bisa dibiarkan, ngawur sekali, apalagi melibatkan anak-anak," jelas Gibran, dikutip dari TribunSolo.com, Selasa (22/6/2021).
“Akan tetap diproses dan tidak bisa dibiarkan, apalagi melibatkan murid yang masih kecil usia 3 hingga 12 tahun."
Gibran menambahkan, semua penanggungjawab lembaga dan murid yang masih di bawah umur harus mendapatkan pembinaan.
Bahkan, ia secara gamblang menyebut akan menutup lembaga yang bersangkutan.
“Anak-anaknya yang tidak benar nanti akan dilakukan pembinaan."
Baca juga: Kasus Covid-19 di Solo, Keterisian Rumah Sakit Tinggal 5 persen hingga Strategi Gibran untuk OTG
Baca juga: Viral Wisatawan Kena Harga Tinggi di Puncak dan Malioboro, Gibran Beri Saran untuk Pedagang Solo
Pengakuan Sekolah
Pengurus sekolah informal, Wildan, menampik semua tuduhan yang menyebut pihaknya mengajarkan intoleransi pada anak didik.
Pihak sekolah disebutnya hanya mengajarkan pendidikan agama Islam, di antaranya menghafal Al-Quran.
"Kami murni mengajarkan hafalan Al - Qur'an. Itu saja sudah membuat murid-murid lelah," ujar Wildan.
Ia pun tak masalah jika pihak kepolisian akan memeriksa murid serta sekolah informalnya.
Selain itu, Wildan juga mengaku pihaknya sudah mengajukan izin ke Kementerian Agama terkait pembangunan sekolah informal tersebut.
"Izin memang sudah (diajukan). Tapi SK-nya belum keluar masih proses.""Proses izin di masa Corona susah. Banyak penundaan, diantaranya survei lokasi dari Kementerian Agama." (TribunWow.com)
Sebagian artikel ini telah diolah dari TribunSolo.com dengan judul Bantah Ajarkan Intoleran, Sekolah Informal yang Muridnya Rusak Makam di Solo: Silahkan Diperiksa