TWK KPK
Saat 51 Pegawai KPK Dipecat dan Dianggap Tak Bisa Dibina, Pengamat: 3 Kali Lipat Penghinaannya
Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, buka suara soal kontroversi penonaktifan 75 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, buka suara soal kontroversi penonaktifan 75 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Di antara 75 pegawai KPK yang dinonaktifkan, 51 lainnya dianggap tak bisa dibina sehingga akan diberhentikan.
Dilansir TribunWow.com, Ray menyebut penonaktifan pegawai KPK itu merupakan suatu penghinaan.

Baca juga: Sosok Harun Al Rasyid, Penyidik KPK yang Disebut Berbahaya dan Diwaspadai oleh Firli Bahuri
Baca juga: Harun Al Rasyid Sebut Dirinya Urutan Pertama Pegawai Paling Berbahaya di KPK oleh Firli Bahuri
Ia pun menyoroti jalannya seleksi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) pegawai KPK yang dinilai janggal.
"Itu makanya kita kesulitan memberantas korupsi, para koruptor tetap diberikan kekuasaan," kata Ray, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (29/5/2021).
"Sementara yang menangkap para koruptor bukan saja dipecat dari jabatannya bahkan dilabeli orang yang enggak bisa dibina."
Tak hanya menyakitkan, menurut Ray, pemberhentian 51 pegawai KPK itu merupakan suatu penghinaan.
Ray menyebut, pemberian label tak pancasilais itu sangat menghina para pegawai KPK tersebut.
"Sejahat apa mereka sehingga dinyatakan tidak bisa dibina? Maksud saya, Anda pecat pegawai saja sudah menyakitkan," jelas Ray.
"Tapi pemecatan itu didasarkan tidak Pancasilais, dan lebih parah lagi tidak bisa dibina. Itu tiga kali lipat penghinaanya terhadap mereka."
Ia pun membandingkan nasib para pegawai tersebut dengan para koruptor.
"Sementara para koruptor yang sudah terbukti di pengadilan dan sudah melewati masa hukuman masih boleh menjadi kepala daerah kok."
Baca juga: 75 Pegawai KPK Tak Lolos TWK Kompak Pilih Dipecat Dibanding Dibina: Ini Pelecehan dan Penghinaan
Baca juga: PGI Angkat Bicara soal 75 Pegawai KPK Tak Lulus TWK Dinonaktifkan, Nilai sebagai Pelemahan KPK
Selain itu, Ray juga menyebut seleksi TWK pegawai KPK dapat memecah belah bangsa.
Ia pun menyinggung dasar para asesor TWK membuat pertanyaan yang dinilai kontroversial.
"Bagaimana mengukur orang kesetiaan negara dengan mengukur orang dengan pertayaan kamu memilih Alquran atau Pancasila," jelas Ray.
"Jadi kalau saya menjawab Alquran nanti seolah-olah saya meninggalkan Pancasila. Kalau saya memilih Pancasila seolah-olah saya meninggalkan Alquran. Itu kan sangat dilematik."
Ray menilai pertanyaan tersebut tak hanya membenturkan agama dan ideologi, namun juga sesama kelompok agama.
Ia lantas menyinggung pertanyaan TWK lain yang dianggap tak pantas.
"Kalau saya qunut atau enggak qunut apa lebih mencintai bangsa dan negara."
Tagih Janji Firli Bahuri
Di sisi lain, sebelumnya pegawai KPK yang hadir di acara Mata Najwa, Rabu (26/5/2021) buka-bukaan soal janji Ketua KPK, Firli Bahuri.
Dilansir TribunWow.com, Kasatgas Penyelidik KPK Harun Al Rasyid bahkan membongkar utang budi Firli padanya dahulu.
Namun, utang dan janji Firli pada Harun tak dipenuhi.
Kini, Harun dan 74 pegawai KPK lainnya justru dinonaktifkan seusai dianggap tak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).
Momen di balik layar Mata Najwa itu diunggah dalam akun Instagram @matanajwa, Jumat (28/5/2021).
Dalam video berdurasi 6 menit 41 detik itu, Presenter Najwa Shihab menemui sejumlah narasumber dalam acara yang dipandunya tersebut.
Satu di antaranya yakni Harun Al Rasyid.
Harun mengaku memiliki hubungan lebih khusus dengan Firli.
Pasalnya, ia dulu pernah diberi julukan spesial oleh pria yang kini menjabat sebagai ketua KPK itu.
"Saya punya hubungan yang lebih khusus kalau dengan Firli," ujar Harun.
"Jadi ketika dia deputi (penindakan KPK), saya dijuluki sama Firli itu raja OTT."
Baca juga: Tak Lolos TWK KPK dan Terancam Dinonaktifkan, Raja OTT: Saya Sudah Terlanjur Dinista
Firli, bahkan disebut Harun sampai mengakui punya utang budi padanya.
"Karena OTT terbanyak itu adalah pada saat Firli jadi deputi, itu 2018," sambung Harun.
"Bahkan Firli bilang 'Aku punya utang budi, saya kasih hadiah kamu'."
Setelah ia bersama 74 pegawai KPK dinonaktfikan, Harun mengaku sempat menagih janji itu pada Fili.
Harun secara terang-terangan sempat mengungkit utang budi Firli padanya.
"Hari ini yang saya tagih hadiah itu, 'Saya enggak minta apa-apa sama kamu'," kata Harun.
"'Saya cuma minta nama saya dan kawan-kawan saya tolong diperhatikan'."
"'Jangan berbuat zalim, utang budi yang Anda bilang akan berikan hadiah pada raja OTT itu enggak ada'."
"Mana?' Itu yang saya bilang." lanjutnya.
Dalam caption unggahan tersebut, akun @matanajwa pun menyoroti kaus yang dipakai 20 pegawai KPK yang dinonaktifkan.
"Di balik layar, penyidik KPK buka-bukaan soal posisi Harun Masiku dan sejumlah iming-iming khayalan dari sang pimpinan.
Saat datang di studio #MataNajwa, penyidik KPK pun kompak mengenakan kaos bertuliskan “Berani Jujur Pecat” sebagai simbol terkini dari upaya menyingkirkan penyidik KPK yang sedang menangani kasus-kasus besar," tulisnya. (TribunWow.com)
Sebagian artikel ini telah diolah dari Kompas.com dengan judul Yang Tangkap Koruptor Bukan Saja Dipecat, Tapi Dilabeli Tak Bisa Dibina...
Baca artikel lain terkait KPK