Terkini Daerah
Dianggap Anak Genderuwo karena Nakal, Ternyata Begini Sosok Bocah 7 Tahun yang Tewas Diruwat Dukun
Bocah perempuan awal Dusun Paponan, Desa Bejen, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, A (7), dikenal sebagai anak yang aktif dan pandai mengaji.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Bocah perempuan awal Dusun Paponan, Desa Bejen, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, A (7), dikenal sebagai anak yang aktif dan pandai mengaji.
Diberitakan sebelumnya, A tewas setelah dianiaya dan ditenggelamkan di bak mandi oleh dukun berinisial H.
Karena aktif, A dianggap anak genderuwo oleh sang dukun.
Nahasnya, kedua orangtua korban, M (43) dan S (39) mempercayai kata dukun tersebut.

Baca juga: Siasat Orangtua Sembunyikan Jasad Anak yang Tewas 4 Bulan Lalu karena Saran Dukun, Kakek sampai Syok
Baca juga: 4 Fakta Orangtua Tenggelamkan dan Simpan Mayat Anaknya selama 4 Bulan, Terpengaruh Bujuk Rayu Dukun
Kasat Reskrim Polres Temanggung, AKP Setyo Hermawan membongkar sosok A di mata para tetangga.
Menurut Setyo, tetangga menyebut korban adalah anak yang aktif sesuai dengan usianya.
"Keterangan yang kita himpun dari tetangga, korban ini sehari-hari aktif sesuai usianya. Dia juga punya kelebihan pintar mengaji dan aktif berkawan," ujar Setyo, dikutip dari Kompas.com, Kamis (20/5/2021).
Namun, keaktifan dan kepintaran A dianggap berbeda oleh H.
Dukun tersebut mengatakan A nakal karena merupakan titisan genderuwo.
Orangtua A yang mempercayai ucapan H pun melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan korban.
M dan S mengikuti saran H untuk meruwat A dengan cara membenamkan kepala korban di bak mandi berisi air sampai tewas.
Baca juga: Dukung Usulan Pengubahan Skor 5 Game 11 Poin, Badminton Europe Siap Gabung dengan 5 Asosiasi Lainnya
Baca juga: Tahu Bocah 7 Tahun Tewas Ditenggelamkan Orangtua atas Sarannya, Dukun Janji akan Hidupkan Kembali
H berdalih sifat nakal A akan hilang saat hidup kembali.
"Kalau dikatakan nakal, kita akan mengalami kesulitan untuk menentukan standar kenalannya itu sejauh apa."
"Apalagi dengan anak usia 7 tahun, memang masih dalam proses pertumbuhan dan membutuhkan jati diri," sambungnya.
Setyo menambahkan, korban adalah anak bungsu dari dua bersaudara.
Kakak korban berusia 16 tahun dan kini diasuh kakeknya.
Menurut Setyo, kakak korban mengetahui tindakan keji yang diterima korban.
Namun, orangtuanya mengancam kakak korban agar tak menceritakan kondisi A pada siapa pun.
"Kakak perempuan korban tahu perbuatan orangtuanya itu, tapi dia diancam supaya tidak cerita ke siapapun. Sekarang kakaknya diasuh kakeknya," ujar Setyo.
Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan empat tersangka, yakni ayah korban, M (43), ibu korban S (39), dukun H (56) dan asistennya B (43).
Ayah korban sehari-hari bekerja sebagai penderes karet dan sang ibu menjadi penjahit.
"Untuk saudara H, itu merupakan karyawan swasta dan saudara B merupakan karyawan BUMN," tukas Setyo.
Baca juga: 4 Zodiak yang Sering Beruntung, Virgo Dapat yang Diinginkan hingga Leo Dikelilingi Dukungan
Dipaksa Makan Bunga Mahoni dan Cabai
Sebelum tewas ditenggelamkan, A sempat dipaksa makan bunga mahoni dan sejumlah cabai.
Tindakan sadis itu dilakukan kedua orangtua A, M dan S, atas saran dua dukun, B dan H.
A dipercaya merupakan anak genderuwo karena tak beraksi setelah dipaksa makan bunga mahoni yang pahit dan cabai.
Kepala Desa Bajen, Sugeng, menyebut saat itu korban tak merasa pahit saat memakan bunga mahoni.
Hal itulah yang membuat B dan H yakin korban adalah anak genderuwo.
"Untuk mengetes kalau anak itu adalah anak genderuwo, pernah korban itu disuruh makan bunga mahoni," kata Sugeng, dikutip dari TribunJogja.com, Rabu (19/5/2021).
"Itu kan pahit sekali, sama cabai. Kalau korban tidak merasa pahit, berarti dia benar anak genderuwo. Dan benar saja, waktu itu korban tidak merasakan pahit."
Kejadian itu membuat kedua orangtua korban yakin anaknya merupakan titisan genderuwo.
Sejak saat itulah, M dan S menengelamkan A di bak mandi sebagai cara untuk meruwat bocah 7 tahun tersebut.
"Menurut pengakuan A dimasukan ke bak mandi empat kali. Pertama enggak apa-apa, kedua dan ketiga juga enggak apa," ujar Sugeng.
"Pas yang keempat mungkin karena terlalu lama korban ini akhirnya pingsan."
Baca juga: Dianggap Anak Genderuwo, Bocah 7 Tahun Dipaksa Makan Bunga Mahoni dan Cabai lalu Ditenggelamkan
Dobrak Kamar Korban
Sugeng menceritakan, kondisi A terungkap setelah paman korban bertanya pada orangtua korban.
Sang paman mengaku khawatir karena sudah lama tak melihat A.
Setiap kali paman korban bertanya pada M, ia selalu menjawab dengan jawaban berbelit.
"Setiap ditanya anakmu itu dimana kok gak pernah kelihatan? Pak Marsudi selalu jawab ada di rumah embahnya (kakeknya)," ujar Sugeng.
Rasa kehilangan juga dirasakan kakek korban.
Pasalnya, setiap orangtua korban datang ke rumahnya, A tak pernah diajak.
"Setiap kali datang ke rumah mbahnya yang di Congkrang, mbah e selalu tanya A mana? Jawabnya A baru main mbah, A masih ngaji mbah," katanya.
Karena sudah tak kuat menahan rindu, paman A lantas mendatangi rumah kakek korban.
Ia mulanya ingin melepas rindu pada sang keponakan.
"Di sana pamannya ini nanya 'Mbah, A mana saya pengen lihat ais, kok suwe gak dolan neng Bajen (kok lama gak main ke Bajen, -red)', mbahnya kaget, 'Loh A tidak di sini. Sudah lama gak ke sini'."
Singkat cerita, paman dan kakek korban lantas mendatangi rumah M dan S.
Saat itu, M menyebut A tengah berada di rumah H.
Karena itu, kakek korban lantas meminta M menelepon H dan membawa A pulang ke rumah.
Namun, sesampainya H di rumah korban, ia justru menjelaskan kondisi A yang sudah terbujur kaku di atas kasur selama empat bulan.
"Setelah ada negosiasi akhirnya kakek A ini disuruh lihat A di kamarnya. Begitu membuka pintu, kakeknya ini kaget dan enggak percaya."
"Dia syok karena enggak percaya jika yang di kamar itu adalah cucunya," tukas Sugeng. (TribunWow.com)
Artikel ini telah diolah dari Kompas.com dengan judul Bocah 7 Tahun yang Ditenggelamkan karena Dianggap Nakal Dikenal Pintar Mengaji, TribunJogja.com dengan judul Cerita Kades Dobrak Kamar Tempat Menyimpan Bocah Korban Dukun di Temanggung, dan Sebelum Ditenggelamkan, Bocah 7 Tahun di Temanggung Disuruh Makan Bunga Mahoni dan Cabai Oleh Dukun