Isu Kudeta Partai Demokrat
Anggap Drama, Yunarto Wijaya pada Demokrat Kubu AHY: Kalau Anda PD, Kenapa Lempar ke Pihak Ketiga?
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menganggap Partai Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) seolah tengah bermain drama.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menganggap Partai Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) seolah tengah bermain drama.
Dilansir TribunWow.com, Yunarto menyebut Partai Demokrat kubu AHY seharusnya fokus mengurus menyelesaikan kisruh kudeta Partai Demokrat.
Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube metrotvnews, Jumat (12/3/2021).
Menurut Yunarto, Moeldoko seharusnya meninggalkan posisi kepala Kantor Staf Presiden (KSP) jika ingin membesarkan Partai Demokrat.

Baca juga: Jadi Kuasa Hukum Demokrat Kubu AHY, Bambang Widjojanto: Bukan Hanya karena Case-nya Bagus
Baca juga: Dicecar Najwa Shihab, Darmizal Bantah Pemilihan Moeldoko sebagai Ketum Demokrat Hasil Aklamasi
Seperti diketahui, Moeldoko terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara.
"Kalau Pak Moeldoko serius ingin membesarkan atau menunjukkan bahwa KLB Demokrat yang memilihnya adalah sah," jelas Moeldoko.
"Lebih baik meletakkan jabatan sebagai KSP."
Namun, Yunarto juga memberi saran untuk Partai Demokrat kubu AHY.
Ia mengatakan, kubu AHY seharusnya fokus membuktikan KLB di Deliserang ilegal.
Baca juga: Mahfud MD Sebut Jokowi Masih Happy soal Demokrat, Rocky Gerung: Sering Berupaya Gampangkan Persoalan
Baca juga: Salim Said Bingung soal Dualisme Demokrat, Karni Ilyas: Jadi yang Diperebutkan Pepesan Kosong?
"Tapi dari kaca mata lain saya juga melihat seharusnya Partai Demokrat kubu AHY fokus saja pada aspek hukum yang bisa menyelesaikan kasus ini," ucap Yunarto.
"Kalau Anda merasa KLB ini abal-abal, hanya sedikit yang hadir, tidak memenuhi syarat AD/ART."
"Fokus pada bagaimana berkas disiapkan sehingga mau pengadilan atau Kumham dengan cepat memutuskan bahwa kubu AHY yang sah."
Ia lantas turut menyinggung kritik Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly pada Partai Demokrat kubu AHY.
Yunarto menyebut kubu AHY seolah tak percaya diri (PD) menghadapi isu kudeta yang melibatkan Moeldoko.
"Jangan main di level drama, kita tahu awal kasus besar ini ketika sebagian teman DPP kubu AHY fokus pada ada intervensi kekuasaan," jelas Yunarto.
"Ini yang menyebabkan kritik Pak Yasonna Laoly keluar."
"Kalau Anda PD dengan kubu Anda dan berkas lainnya, kenapa melempar pada pihak ketiga?"
"Saya nyebutnya malah drama Korea, kan tadi bahasanya melankolis sekali," lanjutnya.
Simak videonya berikut ini mulai menit ke-1.31:
Soal KLB Demokrat, Ruhut Tak Ingin Jadi Kacang Lupa Kulit
Di sisi lain, politikus PDIP Ruhut Sitompul mengakui dirinya merasa sedih dengan polemik Partai Demokrat yang menyeret nama Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (10/3/2021).
Diketahui Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi kongres luar biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara akhir pekan lalu.
Baca juga: Khawatirkan Nama Jokowi Dibawa-bawa, Ade Armando Dukung Moeldoko Mundur dari KSP: No Big Deal
Menurut Ruhut, sosok Moeldoko terlalu diserang oleh kubu Partai Demokrat yang tidak mendukung KLB Deliserdang.
"Kejadian ini, kenapa sih Pak Moeldoko terlalu dipojokkan? Bagi kita kader Partai Demokrat, bahkan kita terima kasih," singgung Ruhut Sitompul.
Meskipun kini berkiprah di PDIP, Ruhut mengaku tidak dapat melupakan Demokrat yang membesarkan namanya.
Ia menyinggung hal itu berkat jasa mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Tapi kacang tidak bisa lupa dengan kulit," jelas advokat senior ini.
"Saya terima kasih SBY ikut membesarkan saya. Saya die hard-nya SBY. Lawan politik mengatakan Ruhut anjing penjaga SBY dan Partai Demokrat, karena begitulah saya memperjuangkan Partai Demokrat," kata Ruhut.
Ruhut mengaku sedih melihat perpecahan Demokrat saat ini dengan dua versi ketua umum dan dua kubu yang berseberangan.
Baca juga: Tantang Dilakukan Polling Pemenang Antara AHY dan Moeldoko, Andi Mallarangeng: Saya Justru Kasihan
Selain itu, ia merasa sedih karena urusan internal partai dibawa ke publik.
"Hari ini aku menangis melihat dua tokoh Demokrat," ucap Ruhut.
"Kenapa ini kita bawa ke ruang publik? Ini yang saya sedih," jelasnya.
Ia mengaku sudah mengetahui adanya hal itu saat ada satu pihak di Demokrat yang memberitahu akan adanya perpecahan.
"Saya sedih. Saya waktu kawan-kawan ini cerita, saya ini orang hukum. Saya tahu AD/ART," tuturnya.
"Jangan-jangan halu ini kawan-kawan mau KLB," lanjut Ruhut.
Ruhut mengaku sempat diminta membujuk Moeldoko agar mau menjadi ketua umum.
"Mereka bahkan bilang, 'Abang 'kan dekat dengan Pak Moeldoko, kawan-kawan maunya Pak Moeldoko jadi ketua umum untuk menyelamatkan partai ini'," ungkap mantan Ketua DPP Demokrat ini.
"Yang benar? Saya telepon Pak Moeldoko. Di situ saya sedih. Moeldoko ini di mana dosanya?" tanya Ruhut. (TribunWow/Tami/Brigitta)