Isu Kudeta Partai Demokrat
Salim Said Bingung soal Dualisme Demokrat, Karni Ilyas: Jadi yang Diperebutkan Pepesan Kosong?
Pengamat politik Prof Salim Haji Said tanggapi dualisme yang terjadi di Partai Demokrat.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pengamat politik Prof Salim Haji Said tanggapi dualisme yang terjadi di Partai Demokrat.
Dilansir TribunWow.com, Salim Said mengaku bingung dengan apa yang diperebutkan oleh kedua kubu, yakni kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), apalagi dari Moeldoko.
Hal itu disampaikannya dalam kanal YouTube Karni Ilyas Club, Kamis (11/3/2021).

Baca juga: Ruhut Sitompul Ungkap Alasan Keluar dari Demokrat, Mengaku Terkait Pilgub DKI Jakarta 2017
Baca juga: Tak Akui KLB, Ketua DPD Demokrat Sulsel Sebut Tak Lebih dari Arisan: Orangnya Tak Hadir Kan Diulang
"Kalau Anda tanya ke saya sebagai pengamat politik, ilmuan politik, maka saya sebenarnya mau menyatakan keheranan saya, apa sih yang diributkan orang-orang ini," ujar Salim Said.
Dilihat dari sudut pandang Partai Demokrat, Salim Said mengatakan bahwa partai berlambang bintang mercy tersebut sudah tidak lagi dipertimbangkan di Pilpres 2024.
Dirinya juga menyebut bahwa keberhasilan SBY menjadi presiden bukan semata-mata karena Partai Demokrat.
Sehingga menurutnya, tidak ada jaminan sang anak Agus Harimurti Yudhoyono bisa meneruskan kesuksesan SBY.
"Partai Demokrat itu sudah merosot, Pak SBY dulu jadi presiden itu bukan melulu karena Partai Demokrat," kata dia.
"Karena itu tidak mungkin logiknya dia wariskan kekuasaan itu kepada putranya dengan harapan putranya mengulangi kesuksesan bapaknya," jelas Salim Said.
Sehingga menurutnya, bagi pemerintah tidak perlu menakuti Partai Demokrat.
Dengan catatan jika memang pemerintah ada kaitannya dengan KLB tersebut.
"Tidak perlu ditakutkan. Bahkan ada yang mengatakan Partai Demkokrat itu on the way out, exit," kata Salim Said.
"Kalau begitu, kenapa Moeldoko mau terlibat di situ. Jadi kita susah mengerti."
Baca juga: Sri Mulyono Tuding SBY Intervensi KPK soal Penetapan Tersangka Anas Urbaningrum: Sprindik Bocor
Baca juga: Tak Ingin jadi Kacang Lupa Kulit, Ruhut Sitompul Sedih Moeldoko Dituduh Demokrat: Jangan Halu KLB
Sedangkan dilihat dari sudut pandang Moeldoko, Salim Said mengaku juga tidak memiliki alasan.
"Lalu dikatakan Moeldoko calon presiden, bagaimana mau jadi calon presiden, ada dua soal yang menarik. Tak seorang pun mantan Panglima TNI, Jenderal bintang empat setelah reformasi yang berhasil menjadi presiden," ungkap Salim said.
"Wiranto, tidak, Prabowo, bintang tiga juga tidak."
"Jadi dari jejak itu, sulit membayangkan Pak Moeldoko yang bukan orang partai tidak punya pengalaman politik, ujug-ujug menjadi calon presiden kalau didukung Partai Demokrat," tegasnya.
Mendengar penjelasan dari Salim Said, Karni Ilyas lantas menyimpulkan bahwa yang dimaksud adalah kedua kubu sedang memperebutkan 'pepesan kosong'.
"Jadi yang diperebutkan ini menurut Bung Salim, pepesan kosong?" tanya Karni Ilyas memastikan.
"Saya mau mengatakan itu, Anda mengucapkan itu. Saya tidak sampai hati. Saya kan teman baik Pak SBY, saya kenal baik anaknya," jawab Salim Said.
"Tapi sebenarnya lebih kurangnya itulah yang terjadi," imbuhnya.
Simak videonya mulai menit ke- 10.28:
Jokowi Kaget tapi Happy-happy Saja
Partai Demokrat sampai saat ini terus menjadi sorotan publik, terlebih ketika Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko dipilih menjadi ketua umum (Ketum) partai melalui kongres luar biasa (KLB) di Deliserdang.
Keberadaan kubu Moeldoko ditentang habis-habisan oleh kubu Demokrat yang dipimpin ketum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Menanggapi isu tersebut, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sempat kaget namun masih biasa-biasa saja.
Reaksi Jokowi itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dalam acara Mata Najwa, Rabu (10/3/2021).

Baca juga: Darmizal Menangis Sesenggukan Menyesal Dukung SBY saat Bahas KLB, Demokrat: Jangan Buat Drama
Awalnya host acara Mata Najwa, Najwa Shihab mempertanyakan apakah Istana terganggu atau tidak dengan isu Demokrat yang saat ini dikaitkan dengan turunnya indeks demokrasi di Indonesia.
Mahfud mengiyakan, bahwa isu Demokrat saat ini merugikan negara secara keseluruhan.
"Mungkin merugikan citra negara, bukan hanya pemerintah," kata Mahfud.
Mahfud menambahkan, indeks persepsi demokrasi di Indonesia turun akibat masyarakat yang ribut satu sama lain, dan anti toleransi.
Terkait langkah Moeldoko, Mahfud menyebut hal itu adalah urusan pribadi Moeldoko.
Mahfud lalu menyoroti sikap Presiden Jokowi soal aksi Moeldoko.
Ia menyinggung soal jabatan Kepala KSP Moeldoko yang merupakan hak prerogatif Jokowi sebagai kepala negara.
Menurut penjelasan Mahfud, Jokowi tidak bereaksi berlebihan ketika mengetahui Moeldoko melakukan manuver politik terhadap Partai Demokrat.
Baca juga: NgakuTak Kaget Moeldoko jadi Ketum Demokrat Versi KLB, Gatot Nurmantyo: Persis Terjadi
“Tetapi kalau saya melihat kesan presiden, ya hepi-hepi saja, tuh," ujar Mahfud.
"Ya, (memang) dia kaget betul, ketika tahu bahwa Pak Moeldoko (terlibat)."
"Tetapi beliau tidak merasa ini merusak sesuatu gitu, tidak. Diam saja, tuh,” kata Mahfud.
Mahfud kemudian bercerita bahwa Mensesneg Pratikno mengatakan bahwasanya Jokowi terkejut mengetahui manuver politik Moeldoko.
Kendati demikian, Mahfud menyinggung soal kebiasaan Jokowi yang nampak tersenyum biasa tapi tiba-tiba mengambil langkah nyata.
"Nanti itu terserah Pak Jokowi, kadang kala Pak Jokowi itu kan senyum-senyum diam, tapi tindakannya muncul tiba-tiba," tandasnya. (TribunWow/Elfan Fajar Nugroho/Anung)