Breaking News:

Isu Kudeta Partai Demokrat

Punya Slogan Mengumpulkan yang Tercecer, Max Sopacua akan Batalkan Pemecatan 7 Kader Demokrat

Mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua menyatakan akan membatalkan pemecatan tujuh kader yang dianggap berkhianat.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Mohamad Yoenus
Capture YouTube Kompas TV
Mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua dalam konferensi pers kongres luar biasa (KLB) di Hotel The Hills, Deliserdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021). 

TRIBUNWOW.COM - Mantan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua menyatakan akan membatalkan pemecatan tujuh kader yang dianggap berkhianat.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers yang ditayangkan di kanal YouTube Kompas TV, Jumat (5/3/2021).

Diketahui ketujuh kader tersebut, termasuk para politikus senior, dianggap telah terlibat dalam isu kudeta Demokrat dan hendak menggulingkan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Foto yang beredar di Medsos terkait adanya KLB Partai Demokrat di The Hill Hotel and Resort Sibolangit.
Foto yang beredar di Medsos terkait adanya KLB Partai Demokrat di The Hill Hotel and Resort Sibolangit. (Istimewa / Grup Wa Jurnalis)

Baca juga: Bawa Spanduk Tolak Moeldoko dan Tuntut KLB Dibubarkan, Pengurus Demokrat Medan Nyatakan Setia ke AHY

Maka dari itu, Max dan rekan-rekan partainya memutuskan membuat kongres luar biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara.

"Selama ini kedengarannya sepihak. Anda mungkin sering menonton saya di televisi berdebat mengenai masalah ini," singgung Max Sopacua mengungkapkan tujuan KLB.

Diketahui KLB ini diselenggarakan sayap Demokrat yang kontra terhadap AHY dan ayahnya, Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Max mengaku hanya ingin mengembalikan kiprah Demokrat seperti pertama kali didirikan pada 2001.

Menurut dia, hal ini tujuan utama para kader senior Demokrat menyelenggarakan KLB.

Ia menyebut bahkan kelompok itu memiliki nama tersendiri.

"Saya ingin hanya meluruskan peristiwa dari 2001 tatkala partai ini dibuat, itu berjalan lurus terus ke depan. Sehingga kelompok yang membuat KLB ini disebut namanya kelompok garis lurus," kata salah satu pendiri Demokrat ini.

"Kami ingin lurus," tegasnya.

"Sehingga terciptalah tagline kita, 'Mengumpulkan yang Tercecer' untuk kembali ke Partai Demokrat seperti yang kita cita-citakan pada 2001," tambah Max.

Baca juga: Sebut Demokrat Makin Jago Pencitraan setelah Ditinggalkannya, Ruhut Sitompul: Ngeri, Surati Presiden

Selanjutnya, Max menjamin keanggotaan kader yang hadir dalam KLB akan tetap aman.

Ia menegaskan anggota DPC dan DPD yang hadir tidak perlu khawatir akan dipecat.

"Kami sudah sampaikan kepada semua DPC dan DPD, jangan takut untuk dipecat," tegas Max.

"Dengan KLB ini selesai. Kita menganulir semua keputusan yang memecat Anda," ungkapnya.

Pemecatan para kader yang diputuskan pengurus di bawah kepemimpinan AHY akan dibatalkan.

Max menyebut DPP baru yang dibentuk dalam KLB akan dikembalikan.

"Tidak ada pemecatan. Pemecatan itu berlangsung di DPD yang lama. Tapi dengan DPP yang hasil KLB, tidak ada lagi pemecatan," terang Max.

"Kami menganulir semuanya, termasuk mereka yang sudah dipecat, mari kita kembali. Makanya ada tagline 'Mengumpulkan yang tercecer'," tandasnya.

Lihat videonya mulai menit 11.20:

15 Tahun Kenal SBY, Tri Yulianto Ungkap Alasannya Tak Pernah Protes

Pendiri Partai Demokrat Tri Yulianto mengungkap alasannya tidak dapat menyampaikan kritik kepada mantan Ketua Umum yang kini menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored, Kamis (4/3/2021).

Tri Yulianto diketahui telah dipecat karena diduga terlibat Gerakan Pengambilalihan Kekuasaan Partai Demokrat (GPK-PD) alias kudeta.

Baca juga: Dipecat dari Demokrat, Tri Yulianto Beberkan Sifat SBY: Kalau Mau Nabok Orang Tidak Langsung

Mulanya, ia mengakui tidak memiliki hak suara karena bukan DPP atau DPC Demokrat.

"Tapi ketika partai ini lama-lama keluar dari jalur, otomatis terpanggil naluri politik saya," kata Tri Yulianto.

"Acuan politik kita partai ini dibangun sebagai partai modern, partai terbuka, humanis, dan bukan partai keluarga. Bukan partai oligarki kekeluargaan, bukan dinasti," ungkapnya.

Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam acara rapat pimpinan Ketua Umum Demokrat dengan jajaran Ketua DPD, Jakarta, 1 Februari 2021.
Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam acara rapat pimpinan Ketua Umum Demokrat dengan jajaran Ketua DPD, Jakarta, 1 Februari 2021. (HO/ Tribunnews)

Yulianto sebagai satu di antara pendiri mengaku tahu persis komitmen awal yang ingin dibentuk dalam Demokrat.

Ia menyinggung elektabilitas Demokrat semakin turun saat ini.

Yulianto menyimpulkan publik memang tidak menerima kepemimpinan partai keluarga.

Diketahui kedua putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat serta Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menjabat berbagai posisi strategis di partai.

Baca juga: SBY Disebut Tak Berjasa di Demokrat, Jansen Sitindaon Langsung Beberkan 4 Peran SBY untuk Partai

"Bapaknya ketua umum, anaknya sekjen. Rakyat enggak bodoh, baru pertama dalam sejarah politik Indonesia saat pemilu terbuka 1955, bapaknya ketua umum partai, anaknya sekjen," papar Yulianto.

"Terus kemarin hasil KLB (kongres luar biasa), bapaknya ketua majelis tinggi, anaknya ketua umum, anaknya yang satu menjadi ketua fraksi, merangkap wakil ketua umum, wakil banggar," lanjut mantan anggota DPR ini.

Yulianto mengklaim banyak daerah yang merasakan kerisauan dan menyampaikan aspirasi mereka melalui politikus senior Demokrat.

Ia mengakui memang tidak pernah secara langsung protes kepada SBY.

Alasan utamanya adalah tidak pernah ada kesempatan berbicara kepada SBY, bahkan setelah 15 tahun saling mengenal.

"Begini, 15 tahun kita kumpul sama Pak SBY, saya enggak mau tambah enggak mau kurang. Yang namanya dipanggil ke Cikeas, tidak ada yang namanya dialog interaktif," ungkap Yulianto.

"Jadi kita diundang ke Cikeas hanya mendengar nasihat atau pidato Pak SBY, setelah itu bubar. 15 tahun, Pak, kalau saya sudah maklum banget," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta)

Tags:
Max SopacuaPartai DemokratKongres Luar Biasa (KLB)KudetaSibolangitDeliserdangSumatera Utara
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved