Isu Kudeta Partai Demokrat
SBY Sebut Sejumlah Pejabat Negara yang Namanya Dicatut dalam Isu Kudeta Demokrat: Tidak Masuk Akal
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mulai angkat bicara terkait upaya kudeta kepemimpinan di Partai Demokrat.
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Saat itu AHY menyebut ada gerakan yang ingin merebut kepemimpinannya di Partai Demokrat dengan menyelenggarakan kongres luar biasa.
Kemudian menjadikan Demokrat sebagai kendaraan politik pada Pemilu 2024.
Baca juga: Peringatkan Orang yang Ingin Ambil Alih Demokrat, SBY: Partai Kami Bukan untuk Diperjualbelikan
Demokrat menyebut gerakan itu melibatkan Moeldoko serta sejumlah kader dan mantan kader.
Sejumlah nama yang mencuat yakni Marzuki Alie, Muhammad Nazaruddin dan politisi aktif Demokrat Jhoni Alen Marbun.
Moeldoko telah membantah tudingan tersebut.
Ia mengaku tak punya hak untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat karena bukan bagian dari internal partai.
Sebut Dirinya Difitnah Jenderal Bintang 4
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkap dirinya pernah dituduh menunggangi dan mendanai Aksi 212 pada akhir 2016.
Menurutnya, tuduhan itu pun sudah sampai terdengar ke telinga Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Para kader Demokrat tahu bahwa pada tanggal 2 Desember 2016 yang lalu di Jakarta ada aksi massa yang jumlahnya sangat besar, yang kemudian terkenal dengan sebutan Aksi 212.
Baca juga: Berpesan pada Kader Demokrat untuk Tak Lakukan Pembalasan, SBY: Keadilan Itu Hanyalah sebuah Harapan
Ternyata ada laporan, baik yang secara serius disampaikan kepada Presiden Jokowi, maupun yang tidak, yang mengatakan bahwa SBY-lah yang menunggangi, dan yang juga mendanai Aksi 212 itu," ujar SBY, dalam video yang diterima Tribunnews.com, Rabu (24/2/2021).
SBY memaparkan bahwa orang yang menuduh dirinya menunggangi dan mendanai Aksi 212 adalah seorang petinggi jenderal bintang empat.
Presiden RI ke-6 itu mengaku mendapat informasi tersebut juga dari seorang jenderal bintang empat. Hanya saja SBY tak menjelaskan secara rinci dari institusi mana jenderal-jenderal tersebut berasal.
"Informasi itu disampaikan kepada saya oleh seorang petinggi 'berbintang empat', dan konon yang melaporkan kepada Presiden Jokowi adalah petinggi 'bintang empat' yang lain," jelas dia.
SBY kala itu sempat mengkonfirmasi informasi yang diterimanya kepada wakil presiden saat itu yaitu Jusuf Kalla (JK) hingga Menkopolhukam saat itu Wiranto.