Kabar Tokoh
Dituduh ASN Radikal oleh GAR Alumni ITB, Din Syamsuddin Balikkan Kata-kata: Mereka Radikal Itu
Din Syamsuddin menanggapi tuduhan radikal yang disampaikan oleh Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB).
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menanggapi tuduhan radikal yang disampaikan oleh Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Apa Kabar Indonesia di TvOne, Rabu (24/2/2021).
Diketahui GAR Alumni ITB melaporkan Din dengan enam poin tuduhan, termasuk dugaan pelanggaran etis aparatur sipil negara (ASN) dan radikalisme.

Baca juga: Din Syamsuddin Dilaporkan GAR ITB dengan Tudingan Radikal, Pengamat: Yang Lapor Mestinya Malu
Menurut Din, pemahaman banyak orang tentang radikalisme adalah hal yang salah, apalagi selalu dikaitkan dengan agama tertentu.
"Padahal istilah itu sendiri salah kaprah, mengalami distorsi dalam pemakaiannya," jelas Din Syamsuddin.
Ia menyebut dirinya terlibat dalam berbagai gerakan perdamaian antaragama yang melawan ekstremisme.
"Sebenarnya di dunia, kebetulan saya ikut terlibat countering violent extremism, melawan ekstrem kekerasan," ungkapnya.
Din melanjutkan, istilah radikal dapat memiliki makna positif.
Sebagai contoh beragama dapat dilakukan dengan radikal, yakni harus berdasar pada akarnya.
"Sementara kalau radikal ada konotasi positif. Beragama harus radikal," ungkap anggota Presidium Koalisi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini.
Baca juga: Din Syamsuddin Dilaporkan GAR ITB dengan Tudingan Radikal, Pengamat: Yang Lapor Mestinya Malu
"Beragama secara radikal itu berpegang pada akar-akar agama. Beragama secara radikal berpegang pada unsur-unsur nilai keagamaan," terangnya.
Mantan Wasekjen DPP Golkar ini menyebut makna itu sering diselewengkan.
Akibatnya muncul gerakan anti-radikalisme, seperti GAR Alumni ITB.
Din menyinggung justru kelompok tersebut yang mencerminkan tindakan radikal.
"Di Indonesia ini agaknya enggak paham, istilah itu disalahgunakan dan disalahpahami," papar Din.