Terkini Nasional
Bahas Dalang di Balik Makar Demokrat, M Qadari Singgung Upaya Balas Dendam: Lebih Baik Disebutkan
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qadari menduga adanya unsur balas dendam di balik munculnya gerakan pengambilalihan Partai Demokrat.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qadari menduga adanya unsur balas dendam di balik munculnya gerakan pengambilalihan Partai Demokrat.
Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube Kompas TV, Senin (1/2/2021).
M Qadari menganggap ada yang janggal di balik pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Baca juga: Soal Tudingan Orang Dekat Jokowi Terlibat Rencana Kudeta Demokrat, Djarot: Dibuktikan Saja
Baca juga: Dituding Jadi Dalang Makar Demokrat, Moeldoko Minta Nama Jokowi Tak Dibawa-bawa: Itu Urusan Saya
Pasalnya, saat ini Partai Demokrat tidak dalam kondisi genting hingga perlu diambilalih oleh pihak lain.
"Apa latar belakang dari gerakan untuk mengganti ketua umum saat ini, AHY?," ujar M Qadari.
Ia juga turut menyayangkan AHY yang tak secara gamblang menyebut orang-orang yang diduga jadi pelaku gerakan tersebut.
Menurut M Qadari, jika itu dilakukan, akan mempermudah proses analisanya.
"Kita melakukan analisa tentu akan lebih mudah, akan lebih bisa berjalan lebih baik jika disebutkan nama orang yang ada di balik gerakan ini," ungkap M Qadari.
"Sehingga kemudian lebih mudah menganalisisnya."
Terkait hal itu, ia lantas menyinggung pernyataan AHY.
Baca juga: Soal Tudingan Orang Dekat Jokowi Terlibat Rencana Kudeta Demokrat, Djarot: Dibuktikan Saja
Baca juga: Soal Tudingan Orang Dekat Jokowi Terlibat Rencana Kudeta Demokrat, Djarot: Dibuktikan Saja
M Qadari pun membeberkan sejumlah dugaannya.
Termasuk, kemungkinan adanya unsur balas dendam dari mantan kader Partai Demokrat.
"Dari yang beredar kan katanya ada yang aktif di Demokrat, ada juga mantan Demokrat, terus ada pejabat tinggi," ujarnya.
"Pejabat tinggi yang dekat dengan Pak Jokowi untuk dijadikan kendaraan politik."
"Kalau menurut saya, bisa jadi misalnya kepengurusan sekarang itu tidak puas dengan AHY."
"Kemudian yang lama mungkin balas dendam karena sudah tidak jadi pengurus lagi," tambah M Qadari.
Lebih lanjut, M Qadari menyebut motif gerakan tersebut belum bisa diketahui.
Pasalnya, tak disebutkan figur pasti yang menjadi dalang gerakan pengambilalihan tersebut.
"Yang sekarang konon kabarnya sebagai kendaraan politik ke Pilpres 2024."
"Yang nomor 1,2, 3, baru bisa kita terima argumentasinya kalau kita tahu siapa orangnya."
"Jadi motif ini tidak lepas dari figur."
"Sejauh tidak disebut figurnya, hanya motifnya saja, kita agak sulit untuk menerima atau menolak adanya asumsi gerakan tersebut," tukasnya.
Simak videonya berikut ini mulai menit ke-2.33:
Moeldoko Dituding Terlibat
Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko, menjawab tudingan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sebelumnya, AHY menyebut pejabat di sekitar Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah bekerja sama dengan sejumlah oknum untuk mengambilalih Partai Demokrat.
Terkait hal itu, Moeldoko menyampaikan bantahannya.
Pasalnya, nama Moeldoko disebut-sebut sebagai pejabat Jokowi yang berperan di balik gerakan pengambilalihan Partai Demokrat.

Baca juga: Tanggapan Moeldoko soal Isu Keterlibatan dalam Gerakan Kudeta Demokrat: Jangan Mudah Baper
Baca juga: Jawab Tudingan Demokrat, Moeldoko: Jangan Sedikit-sedikit Ganggu Pak Jokowi dalam Hal Ini
Melalui konferensi pers virtual, Senin (1/2/2021), Moeldoko menyebut Jokowi bahkan tak tahu apa pun soal isu gerakan ini.
Karena itu, ia meminta semua pihak untuk tak menyangkutpautkan isu ini dengan Jokowi.
"Beliau (Jokowi) dalam hal ini tidak tahu sama sekali, enggak tahu apa-apa dalam hal isu ini. Jadi itu urusan saya, Moeldoko ini bukan selaku KSP," ujar Moeldoko, dikutip dari Kompas.com, Senin (1/2/2021)
Tak hanya itu, Moeldoko juga meminta Partai Demokrat berhenti menuding istana.
Ia juga memperingatkan Partai Demokrat agar tak mengusik Jokowi.
"Jangan sedikit-sedikit Istana. Dalam hal ini saya mengingatkan, sekali lagi jangan sedikit-sedikit Istana dan jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini," terang Moeldoko.
Mantan Panglima TNI itu lantas menceritakan awal mula tuduhan itu dilayangkan kepadanya.
Baca juga: Singgung Sikap PKS dan PAN, Refly Harun: Mengapa Kemudian Demokrat Harus Diambil Alih?
Baca juga: Sehari Sebelum AHY Umumkan Gerakan Kudeta Demokrat, SBY: Banyak Cara Berpolitik yang Bermoral
Moeldoko mengaku ada sejumlah orang datang padanya secara bergantian.
Ia berupaya menyambut tamu itu tanpa mengetahui maksud kedatangan mereka.
"Berbondong-bondong ya kita terima. Konteksnya apa saya juga enggak mengerti," ungkap Moeldoko.
"Dari obrolan-obrolan itu biasanya saya awali dari pertanian karena memang saya suka pertanian."
"Berikutnya pada curhat tentang situasi yang dihadapi. Ya saya dengarkan saja."
Ia mengaku turut prihatin mendengar curhatan para tamu tersebut.
Setelah pertemuan itulah, muncul sejumlah isu soal Partai Demokrat.
Menurutnya, sejak saat itulah namanya terus digunjingkan.
"Saya sih sebetulnya prihatin ya dengan situasi itu. Sebab saya juga bagian yang mencintai Demokrat," jelas Moeldoko.
"Ya Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan itu ya silakan saja. Saya tidak keberatan."
Moeldoko menyebut tak memermasalahkan bergulirnya isu ini.
Namun, ia cukup menyayangkan pernyataan AHY.
"Kalau anak buahnya nggak boleh pergi ke mana-mana ya diborgol aja kali ya," tukasnya. (TribunWow.com)