Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Masuk Hari ke-6, Belum Ada Pencerahan soal Black Box Bagian 2, Tim Penyelam: Ada Dugaan Kuat
Dirops Kopaska TNI AL Kolonel Laut Johan Wahyudi mengungkapkan perkembangan terkini pencarian bagian kedua black box (kotak hitam) Sriwijaya Air.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Dirops Kopaska TNI AL Kolonel Laut Johan Wahyudi mengungkapkan perkembangan terkini pencarian bagian kedua black box (kotak hitam) Sriwijaya Air SJ 182.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Kompas Siang, Kamis (14/1/2021).
Diketahui tim penyelam masih mencari keberadaan cockpit voice recorder (CVR) di perairan Kepulauan Seribu pada hari keenam pascakecelakaan.

Baca juga: Bagian 2 Black Box Sriwijaya Air Lepas dari Pemancar Sinyal, Tim Evakuasi Akui Sulit: Tinggal Visual
Sementara itu bagian pertama kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) sudah ditemukan.
Johan menyebut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah menganalisis perkiraan lokasi CVR di lokasi pesawat jatuh.
"Tadi kita sudah di-briefing di KRI Nigel. Oleh KNKT kita diberikan estimasi yang kemungkinan ada dugaan kuat CVR-nya di situ," terang Johan.
Ia membenarkan tim menggunakan alat transponder untuk membantu pencarian CVR tersebut.
Alat transponder ini membantu memudahkan koordinat bawah laut yang diperkirakan menjadi lokasi jatuhnya CVR.
Diketahui alat pemancar sinyal yang terdapat di CVR terlepas, sehingga tidak dapat segera diketahui lokasi pastinya.
"Kemudian untuk memudahkan koordinat mencari di bawah permukaan, itu tadi dibekali alat transponder oleh KRI Nigel," papar Johan.
"Kalau misalnya kita mencari posisi di atas permukaan itu tidak sama dengan di bawah permukaan," jelas dia.
Baca juga: 6 Jenazah Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Berhasil Dikenali, Berikut Identitas Lengkapnya
Ia menjelaskan transponder digunakan tim penyelam untuk berkomunikasi dengan kapal yang ada di permukaan air.
"Transponder itu nanti seharusnya digunakan oleh penyelam, kemudian turun ke bawah, setelah itu penyelam bisa dikendalikan dari KRI Nigel," kata Johan.
"Jadi untuk memudahkan tim penyelam TNI AL untuk menemukan posisi yang pasti di bawah permukaan atau di seabed, di kedalaman 17 meter itu," jelasnya.
Johan memberi contoh tim KNKT yang ada di KRI Nigel akan memberi arahan kepada tim penyelam ke mana harus bergerak di bawah laut.