Breaking News:

Pesawat Sriwijaya Air Jatuh

Masuk Hari ke-6, Belum Ada Pencerahan soal Black Box Bagian 2, Tim Penyelam: Ada Dugaan Kuat

Dirops Kopaska TNI AL Kolonel Laut Johan Wahyudi mengungkapkan perkembangan terkini pencarian bagian kedua black box (kotak hitam) Sriwijaya Air.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Tribunnews.com/Irwan Rismawan
Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu ditunjukkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021). FDR Sriwijaya Air SJ 182 yang ditemukan oleh tim penyelam TNI di perairan Kepulauan Seribu selanjutnya akan dibawa KNKT untuk dilakukan pemeriksaan. 

TRIBUNWOW.COM - Dirops Kopaska TNI AL Kolonel Laut Johan Wahyudi mengungkapkan perkembangan terkini pencarian bagian kedua black box (kotak hitam) Sriwijaya Air SJ 182.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Kompas Siang, Kamis (14/1/2021).

Diketahui tim penyelam masih mencari keberadaan cockpit voice recorder (CVR) di perairan Kepulauan Seribu pada hari keenam pascakecelakaan.

Penampakan puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Selasa (12/1/2021).
Penampakan puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Selasa (12/1/2021). (Capture YouTube Kompas TV)

Baca juga: Bagian 2 Black Box Sriwijaya Air Lepas dari Pemancar Sinyal, Tim Evakuasi Akui Sulit: Tinggal Visual

Sementara itu bagian pertama kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) sudah ditemukan.

Johan menyebut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah menganalisis perkiraan lokasi CVR di lokasi pesawat jatuh.

"Tadi kita sudah di-briefing di KRI Nigel. Oleh KNKT kita diberikan estimasi yang kemungkinan ada dugaan kuat CVR-nya di situ," terang Johan.

Ia membenarkan tim menggunakan alat transponder untuk membantu pencarian CVR tersebut.

Alat transponder ini membantu memudahkan koordinat bawah laut yang diperkirakan menjadi lokasi jatuhnya CVR.

Diketahui alat pemancar sinyal yang terdapat di CVR terlepas, sehingga tidak dapat segera diketahui lokasi pastinya.

"Kemudian untuk memudahkan koordinat mencari di bawah permukaan, itu tadi dibekali alat transponder oleh KRI Nigel," papar Johan.

"Kalau misalnya kita mencari posisi di atas permukaan itu tidak sama dengan di bawah permukaan," jelas dia.

Baca juga: 6 Jenazah Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Berhasil Dikenali, Berikut Identitas Lengkapnya

Ia menjelaskan transponder digunakan tim penyelam untuk berkomunikasi dengan kapal yang ada di permukaan air.

"Transponder itu nanti seharusnya digunakan oleh penyelam, kemudian turun ke bawah, setelah itu penyelam bisa dikendalikan dari KRI Nigel," kata Johan.

"Jadi untuk memudahkan tim penyelam TNI AL untuk menemukan posisi yang pasti di bawah permukaan atau di seabed, di kedalaman 17 meter itu," jelasnya.

Johan memberi contoh tim KNKT yang ada di KRI Nigel akan memberi arahan kepada tim penyelam ke mana harus bergerak di bawah laut.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Tags:
PesawatSriwijaya AirBlack BoxPenyelamKomite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved