Terkini Daerah
Soal Aksi Blusukan, Pejabat Kemensos Sebut Risma Sangat Peduli Warga Miskin: Kami Sangat Terpanggil
Dirjen Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat menyebut, Mensos Risma adalah sosok yang sangat peduli terhadap masyarakat kurang mampu.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Aksi Tri Rismaharini melakukan blusukan di Jakarta, seusai menjabat posisi Menteri Sosial (Mensos) menuai banyak dukungan namun tak sedikit juga pihak yang memberi kritikan.
Ketika melakukan aksi blusukan, Risma biasanya menyambangi warga-warga pinggiran seperti pemulung, penghuni bantaran kali hingga kolong tol.
Seorang pejabat Kementerian Sosial menyebut, Risma sangat berpihak kepada masyarakat miskin.

Baca juga: Pengamat Minta Mensos Risma Reshuffle Staf, Singgung Rawan Korupsi: Tempatkan Orang yang Ibu Percaya
Hal itu diungkapkan oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat saat mendampingi Risma melakukan kunjungan kerja ke Balai Karya "Mulya Jaya" Jakarta, Kamis (7/1/2021) seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Harry menjelaskan, kunjungan Risma ke balai tersebut sebagai tindakan langsung dari Mensos untuk mencari solusi penanganan masyarakat pinggiran seperti masyarakat yang tinggal di kolong jembatan, bantaran kali serta permukiman kumuh lainnya.
Berdasarkan penjelasan Harry, selama Risma menjadi Mensos, mantan Wali Kota Surabaya itu telah berkunjung ke sejumlah tempat yang sumber permasalahannya adalah kemiskinan, korban kekerasan, eksploitasi, hingga masyarakat terlantar.
“Kami sangat terpanggil karena Mensos begitu besar keberpihakannya kepada masyarakat yang sangat miskin," tutur Harry.
Harry berkomitmen menyelesaikan masalah-masalah sosial yang dialami oleh masyarakat.
"Sebagai pelaksana di Kemensos, Kami harus melakukan upaya-upaya lanjutan yang sifatnya bisa menyelesaikan masalah. Misalnya, mereka bisa akses terhadap layanan kebutuhan dasar (identitas, pendidikan, kesehatan, pekerjaan),” ujar Harry.
“Dari kegiatan kunjungan Mensos ke lapangan, intinya adalah sebuah proses rehabilitasi sosial yang terintegrasi dengan pemberdayaan sosial, dan ending-ya adalah kemandirian, sehingga PM (penerima manfaat) betul-betul naik kelas, terangkat,” tegas Harry.
Sementara itu, dalam kunjungan ke alai Karya "Mulya Jaya" Jakarta, Risma mengaku, siap memberikan pendampingan kepada para penghuni balai rehabilitasi atau penerima manfaat hingga benar-benar sukses.
Risma ingin balai rehabilitasi sosial bisa membuat para penerima manfaatnya bisa sepenuhnya mandiri.
Ia pun berkeinginan agar para penerima manfaat terus didampingi agar mengetahui sejauh mana mereka telah berkembang.
“Kita harus tau progresnya, sampai kita harus tau mapping hasil survey mereka itu pendapatannya berapa. Itu harus kita pantau supaya outputnya jelas. Jadi kalau kita mau bantu orang sampai menghantarkan orang itu bener-bener sukses,” ujar Risma.
Risma ingin agar para penerima manfaat mendapat ilmu mulai dari membuat produk hingga memasarkan produk tersebut.
“Jadi tidak sekedar melatih PM membuat produk, tapi juga bagaimana cara memasarkan produk, packaging-nya harus bagus, jadi orang tertarik untuk membeli. Dan dari awal sudah diajarkan pemasaran produk secara online” kata Risma.
Mantan Wali Kota Surabaya itu juga tidak keberatan untuk menyekolahkan para penerima manfaat di balai rehabilitasi.
“Kita harus dorong kalau ada PM yang punya potensi, enggak apa-apa untuk dikembangkan potensinya, disekolahkan atau dilatih lagi. Jadi, kita pastikan mereka harus mentas,” pungkas Mensos.
Pemulung Merasa Dikurung
Pendapat berbeda datang dari seorang pemulung yang dipindahkan Risma ke balai rehabilitasi.
Katsubi (69), seorang pemulung yang dipindahkan oleh Risma ke balai rehabilitasi justru mengaku tidak betah, bahkan merasa dikurung.
Ia merupakan seorang pemulung yang kini menempati Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis Pangudi Luhur Bekasi.
Katsubi merasa tak betah tinggal di balai rehabilitasi karena sudah terbiasa beraktivitas di luar ruangan.
Selama tinggal di dalam balai rehabilitasi, Katsubi mengaku jadi jarang beraktivitas.
"Ya kalau pesan saya kalau tugas, tugas lah yang bagus. Kalau orang dikurung-kurung begini kurang bebas, kemerdekaan itu hilang. Biasa dijalan sih ya," kata Kastubi, Kamis (7/1/2021).
Baca juga: Dituduh Jadi Pemulung Settingan saat Risma Blusukan, Penjual Poster: Orang Enggak Tahu Kebenarannya
Baca juga: Blusukan Mensos Risma di Jakarta Tuai Kritik, Pengamat: Kalau di DKI Itu Tugas Gubernur Lah
Katsubi mengatakan, ia telah bertahun-tahun menjalani profesi memulung di Ibu Kota.
Sehari-hari ia biasa beraktivitas di sekitar kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat.
"Kalau kita lagi bawa karung gini datang orang-orang dermawan bawa mobil ngasih Rp 20.000, kadang Rp 50.000," jelas Kastubi.
Kastubi yang tinggal sendirian di Jakarta mengaku bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Sebelum dipindahkan oleh Risma ke balai rehabilitasi, Katsubi mengaku saat itu ia sedang tidur saat didatangi oleh sang Menteri Sosial.
"Dia (Risma) bilang 'sudah Pak tinggal di rumah saya saja'. Ternyata rumahnya di sini (balai)," kata Kastubi.
Katsubi dan beberapa penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) kini menempati balai rehabilitasi. (TribunWow.com/Anung)
Artikel ini diolah dari Kompas.com dengan judul "Dimasukkan Risma ke Balai Rehabilitasi, Pemulung: Kemerdekaan Hilang" dan Tribunnews.com dengan judul Mensos: Menolong Orang Harus Sampai Tuntas