Terkini Nasional
Ridwan Saidi Tak Percaya Risma Temukan Tunawisma di Sudirman-Tamrin: Pakai Rasio Dong
Nama Menteri Sosial Tri Rismaharini tidak hentinya menjadi perbincangan dan sorotan publik.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Nama Menteri Sosial Tri Rismaharini tidak hentinya menjadi perbincangan dan sorotan publik.
Terbaru, dalam aksi blusukan yang dilakukan, Risma menemukan tunawisma atau gelandangan di sekitaran jalan protokol Sudirman-Tamrin, Jakarta Pusat.
Menanggapi hal itu, Budayawan Ridwan Saidi mengaku tidak percaya dengan temuan dari Risma yang menyebut masih ada gelandangan di kawasan tersebut.

Baca juga: Viral Ditemui Risma, Pemulung Ini Bantah Benda yang Dipegang saat Itu Smartphone: Enggak Ada HP
Baca juga: Risma Blusukan, Pengamat Teringat Ucapan Jokowi sebelum Jadi Gubernur DKI: Manuver Semakin Kencang
Dilansir TribunWow.com dalam acara Kabar Petang, Kamis (7/1/2021), Ridwan Saidi menilai Jalan Sudirman-Tamrin bukan tempat ideal bagi seorang tunawisma untuk menyambung hidup.
"Tunawismanya kagak ada, kayaknya kita rumuskan dulu masalahnya dengan benar," ujar Ridwan Saidi.
"Baru tinggal di Jakarta belum cukup sebulan tidak bisa menentukan Jakarta."
Meski tidak mengelak bahwa di Jakarta masih ada persoalan gelandangan, Ridwan Saidi memastikan bahwa keberadaannya tidak di Sudirman-Tamrin.
Menurutnya tidak masuk akal ketika gelandangan justru memilih berkeliaran di estalase Ibu Kota tersebut.
"Saya 78 tahun tinggal di Jakarta, kalau menjadi tunawisma pencariannya apa, di Sudirman-Tamrin speednya tinggi orang bergerak," kata Ridwan Saidi.
"Tidak bisa minta-minta, enggak ada lagi mobil mogok, cari makan di mana?" jelasnya.
"Itu enggak bener, pakai rasio dong sekarang zaman cloud system."
Baca juga: Bantah Risma Pencitraan Blusukan demi Maju di Pilpres 2024, KSP: Mau Bekerja Baik Kok Direcokin
Selain mengomentari soal temuan tunawisma di Sudirman-Tamrin, Ridwan Saidi juga menanggapi soal adanya gelandangan yang tidur di kolong jembatan.
Dikatakannya bahwa kondisi kolong jembatan saat ini sudah tidak memungkinkan untuk ditempati.
"Saya ini orang sini, yang tidur di kolong jembatan juga kagak ada karena tubir kali itu sekarag curam dan licin tidak bisa dipanjat kayak dulu," ungkapnya.
Lebih lanjut, dirinya tidak ingin Risma sembarangan dalam membuat kesimpulan tentang Kota Jakarta.
"Saya researcher 30 tahun saya research dan saya tinggal di sini puluhan tahun," kata Ridwan Saidi.
"Jadi jangan mengambil kesimpulan sembrono, kita di sini orang-orang yang terpelajar di Jakarta," tegasnya menutup.
Simak videonya mulai menit ke- 7.07:
Pengamat Politik: Sangat Keras, Menyindir Anies
Aksi blusukan dari Menteri Sosial Tri Rismaharini di DKI Jakarta menuai pro dan kontra.
Meski banyak yang memberikan pujian, tidak sedikit juga mengkritik apa yang dilakukan oleh Risma dan menyebutnya sebagai pencitraan.
Sementara itu menurut pengamat politik Ujang Komarudin, aksi Risma turun ke jalan hingga ke gorong-gorong bawah jembatan memberikan pesan tersendiri.

Baca juga: Blusukan Risma Disebut Pencintraan dan Cari Popularitas, Aria Bima: Apakah Bu Risma Masih Butuh Itu?
Menurutnya, pesan tersebut khususnya ditujukan kepada Pemerintah Provinsi DkI Jakarta dan lebih khususnya lagi adalah kepada Gubernur Anies Baswedan.
"Ketika blusukan itu kan ada pesan yang akan disampaikan oleh Risma," ujar Ujang Komarudin, dilansir dari acara Apa Kabar Indonesia Pagi, Kamis (7/1/2021).
Ujang mengatakan bahwa secara tidak langsung tindakan dari Risma tersebut memberikan kritik ataupun tamparan kepada Pemprov DKI.
Dengan begitu, menunjukkan bahwa pekerjaan rumah Pemprov DKI terkait persoalan sosial di Ibu Kota masih banyak yang belum diselesaikan.
"Misalnya ini lho Pak Anies misalkan kok ada banyak tempat-tempat kumuh di Jakarta, masih banyak keranjang-keranjang kemisikinan. Itu kritik, itu tajam sekali sebenarnya," katanya.
"Jadi blusukan itu bermakna politik sangat keras, katakanlah menyindir Anies," jelasnya.
Baca juga: Gelandangan Banyak Muncul setelah Risma Rajin Blusukan ke Jakarta, bahkan Berasal dari Luar Ibu Kota
Meski dinilai tidak ada salahnya yang dilakukan Risma lantaran masih berkaitan dengan bidang kerjanya di Kemensos, Ujang tetap menyebut agak berlebihan.
Terlebih dikatakannya tidak ada koordinasi dengan pemegang kekusaan pemerintah daerah, dalam hal ini adalah wali kota maupun gubernur.
"Padahal kalau kita mau bekerja dengan benar, maka harusnya Kemensos atau menterinya berkoordinasi dengan Pemkot, dengan Wali Kota untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan di Ibu Kota," pungkasnya.(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)