Terkini Daerah
Sekeluarga Asingkan Diri di Hutan karena Diejek Miskin, Tak Pernah Dapat Bansos meski Sudah Didata
Satu rumah tangga keluarga miskin hidup menderita di Tepi Hutan Desa Sipangko, Kecamatan Angkola Muaratais, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Editor: Tiffany Marantika Dewi
"Karena kita ini orang susah dan miskin yang enggak punya apa-apa jadi dipandang sebelah mata dan diejek-ejek."
"Enggak tahan lagi dengan ejekan-ejekan itu, terpaksa awak pergi menyendiri di pinggir hutan ini,"terang Oloandi.
Kini, Oloandi hidup di Pinggir Hutan Kecamatan Angkola Muaratais.
Hidup di dalam gubuk berlantai tanah, dengan dinding yang gampang ditembus.
Baca juga: Ribuan Pasien Covid-19 Sembuh Berkat Plasma Konvalesen, PMI Sayangkan Pendonor Masih Sedikit
Bersama anak dan istrinya, buruh panjat kelapa setiap malamnya tidur dengan alas karpet seadanya.
Ancaman gigitan nyamuk hutan dan binatang buas lainnya tak lagi dia hiraukan.
Melewati malam tanpa lampu penerangan juga sering dialami keluarga tersebut.
Selain karena memang tidak ada listrik tersambung ke Gubuk pamannya tersebut, Oloandi tak punya cukup uang membeli lilin.
Saat ini Anak Oloandi yang paling sulung sudah duduk di bangku kelas satu SD.
Setiap hari, Oloandi menemani anaknya ke sekolah dan anaknya tersebut harus berjalan sejauh 5 Km agar bisa sampai ke sekolah.
Baca juga: Pacaran Lewat WhatsApp, Siswa SMA Langsung Ajak Bertemu setelah Dikirimi Foto Pacar Tanpa Busana
Tidak ada jalan lain untuk membeli beras dan keperluan dapur lainnya, termasuk menyambung sekolah anaknya selain menjadi buruh panjat kelapa.
Oloandi juga tidak punya lahan untuk bercocok tanam, dampaknya anaknya yang masih berusia satu tahun pun nyaris tak pernah minum susu.
Paling tinggi penghasilan Oloandi dalam sehari dari upah memanjat kelapa hanya 50 ribu rupiah saja.
Sulitnya lagi, dalam seminggu jasanya hanya 2 kali dipakai toke, artinya seminggu hanya bisa menghasilkan 100 ribu rupiah saja.
"Hanya 50 ribu rupiah per hari. Tertentu juga, itu pun kadang satu hari ini ada, besok kadang enggak ada. Kadang mau, dalam seminggu cuma dua kali," terang Oloandi.