Terkini Daerah
Penjual Ayam Geprek Nyambi Jadi PSK, Penghasilan Tak Tentu Tarif Masih Ditawar hingga Rp 100 Ribu
organisasi pemerhati pekerja seks memperkirakan lebih dari 277.000 orang yang berkecimpung dalam profesi ini di Indonesia kehilangan pendapatan 70%
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Untuk bertahan hidup, Maya kadang nekad mencari tamu hingga ke pinggiran jalan dengan cara duduk di warung kelontong yang masih buka.
Bermain petak umpet dan adu lari dengan pasukan Satpol PP adalah tantangannya.
Baca juga: Kuasa Hukum Akhirnya Buka Suara soal Gisella Anastasia Akui Pemeran Video Syur hingga Jadi Tersangka
"Kita colong-colongan sama razia… Saat pandemi, razia dua-tiga kali datangnya dalam semalam," kata Maya.
Bukan hanya itu, kebutuhan hidup yang terus berjalan juga disiasati dengan utang dari warung ke warung.
"Dari warung sini, warung sana. Kalau punya uang kita bayar. Kalau enggak ya utang lagi, dimaki-maki sedikit sih, tapi enggak apa-apa yang penting bisa hidup dulu," cerita Maya.
Berusaha Ganti Profesi
Namun, sebulan terakhir ini Maya merintis usaha kuliner.
"Ayam geprek, terus lumpia basah, seblak, es krim buat anak-anak, pangsit dibungkus-bungkus."
Modalnya ia pinjam dari teman dan anak kekasihnya.
"Aku juga bersyukur bisa makan di sini, bisa makan di usaha ini. Biar pun usaha masih kecil-kecilan kadang-kadang hari ini sepi, besok enggak tahu, namanya jualan ada sepinya ada enggaknya," katanya.
Selama berjualan, ia mulai jarang untuk mencari tamu, kecuali dagangannya sedang sepi pembeli.
"Kita masih ke depan (jalan) juga, tapi jarang. Seminggu itu aku bisa satu kali," kata Maya.
Baca juga: Rekam Jejak Kedekatan Gisel dan MYD Terjadi 10 Tahun Lalu, Cerita ke Teman Sudah Punya Nomor Gisel
Pilihan menjadi Pekerja Seks
Maya mengaku menjadi pekerja seks sejak usia 15 tahun.
Saat itu, perempuan sal Jawa Barat ini diiming-imingi seorang teman bekerja di sebuah restoran di Jakarta.