Virus Corona
Alasan Ridwan Kamil Tak Bisa Ikuti Jejak Jokowi Jadi Penerima Vaksin Pertama: Dimulai dari Pak Wagub
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil memastikan tidak bisa mengikuti langkah dari Presiden Joko Widodo untuk menjadi pejabat pertama yang disuntik vaksin
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil memastikan tidak bisa mengikuti langkah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi pejabat pertama yang bakal disuntikkan vaksin Covid-19.
Seperti yang diketahui, Jokowi sebelumnya memastikan dan menegaskan akan menjadi orang pertama yang disuntik vaksin yang kemudian diikuti para pejabat lainnya.
Dilansir TribunWow.com dalam tayangan YouTube KompasTV, Selasa (29/12/2020), Ridwan Kamil mengatakan bahwa orang pertama yang akan divaksin di Jawa Barat adalah Wakil Gubernur, Uu Ruzhanul Ulum.

Baca juga: Siap Dampingi Jokowi Disuntik Vaksin Covid-19 Pertama Kali, Ganjar Pranowo: Agar Masyarakat Yakin
Baca juga: Ini Perhitungan Pemerintah soal Kelompok yang Divaksin Covid-19, Menkes Budi: Butuh 426 Juta Dosis
Dalam kesempatan itu, Ridwan Kamil mulanya menyatakan kesiapan dari pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Barat untuk melakukan program vaksinasi.
Dirinya juga mengungkapkan jumlah kebutuhan vaksin untuk masyarakat Jawa Barat.
Dengan provinsi yang jumlah penduduknya terbanyak di Indonesia, Ridwan Kamil mengaku membutuhkan dosis vaksin yang tidak sedikit.
"Kita sedang menghitung minimal Jawa Barat membutuhkan 67 juta dosis vaksin," ujar Ridwan Kamil.
"Sudah siap kurang lebih seribuan puskesmas dan 90-an rumah sakit sudah dilatih dalam persiapan vaksin yang kemungkinan akan diselenggarakan di minggu ketiga bulan Januari (2020)," jelasnya.
Mantan Wali Kota Bandung itu lantas mengaku tidak bisa mengikuti langkah dari Jokowi untuk menjadi orang yang menerima vaksin di Jawa Barat.
Alasannya menurut Ridwan Kamil hal itu berkaitan dengan dirinya yang sedang menjadi relawan dalam uji coba vaksin di Bio Farma.
Baca juga: Wilayah dengan Risiko Penularan Covid-19 Tinggi Jadi Prioritas Distribusi Vaksin Sinovac
Oleh karenanya, ia menyebut pejabat pertama yang kemungkinan akan menerima vaksin Covid-19 adalah Wakil Gubernur.
"Saya sendiri tidak diizinkan disuntik vaksin lagi karena nanti akan tercampur dengan vaksin yang diujicobakan di Bio Farma," kata Ridwan Kamil.
"Jadi kemungkinan tokoh-tokoh Jawa Barat yang mengikuti teladan Pak Presiden kemungkinan dimulai dari Pak Wakil Gubernur dan pejabat lain yang akan ditentukan," ungkapnya.
Simak videonya mulai menit ke- 0.40
Mutasi Virus Corona, Menristek: Pengembangan Vaksin Tetap on Track
Covid-19 atau Virus Corona jenis baru mulai menyebar di Inggris dan berbagai negara lainnya.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (25/12/2020) varian baru Virus Corona yang diberi nama VUI 202012/01 itu diklaim memiliki tingkat penularan lebih tinggi dibandingkan virus aslinya.
Menanggapi hal itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) RI, Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa sejauh ini kondisi tersebut belum mempengaruhi pengujian vaksin yang sedang dilakukan.
Baca juga: Satgas Covid-19: Distribusi Vaksin akan Dilakukan Bertahap, Diutamakan pada Wilayah Berisiko Tinggi
Baca juga: Uji Coba Sementara di Turki Sebut Vaksin Covid-19 Sinovac 91,25% Efektif, Beri Efek Samping Berikut
Oleh karenanya, dirinya memastikan bahwa keefektifan dari vaksin yang diuji masih sesuai dengan karakter Virus Corona yang menyebar di Tanah Air.
"Paling tidak sampai mutasi yang terjadi di Inggris ini belum ada bukti bahwa trend ini atau varian ini mengganggu efektivitas dari vaksin," ujar Bambang.
"Jadi pengembangan vaksin tetap on track," tegasnya.
Meski begitu, menurutnya tidak menutup kemungkinan bahwa mutasi Virus Corona itu juga terjadi di Indonesia.
Dengan begitu maka harus ada pembaruan vaksin untuk menyesuaikan dengan karakter virusnya.
Hal itu berkaca pada penyebaran Virus Flu yang terus dilakukan peng-update-an vaksinya.
"Tetapi kita jangan lupa bahwa virus SARS-CoV-2 ini bagian dari keluarga besar Virus Corona atau sangat dekat dengan Virus Flu," katanya.
"Khusus untuk flu saat ini vaksinnya harus diupdate atau diganti setiap dua atau tiga tahun karena mutasi."
"Jadi artinya meskipun sampai saat ini mutasi itu tidak menganggu pengembangan vaksin, tetapi kita tetap melakukan survenlens sehingga kita tahu suatu saat apakah ketika terjadi mutasi baru hingga virusnya berubah karakternya barangkali perlu dilakukan modifikasi terhadap vaksinya," pungkasnya.
Simak videonya lengkapnya:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)